📸 Case 6.3

838 139 8
                                    

Mereka langsung berkumpul di sebuah restoran dekat Sungai Taehwa untuk berdiskusi tempat selanjutnya sambil makan siang.

"Jadi, maksud dari kertas ini apa?" Tanya Winwin yang sedaritadi menatap kertas yang tergeletak di atas meja.

"Apa kita disuruh mencari kota yang penuh dengan keramik? Dari jalan hingga bangunan?" Tanya Lucas bingung.

"Kau ini, mana ada kota begitu." Kata Hendery yang lelah dengan pikiran absurd Lucas.

"Kota keramik... Bukankah itu Icheon?" Tanya Jungwoo sambil menatap mereka semua.

"Benar juga. Icheon adalah kota keramik disini." Kata Haechan sambil memegang dagunya, berpikir.

Mark menatap kertas itu. Rasanya ada yang janggal di kertas itu, tapi ia belum menemukannya. "Aneh... Petunjuk-petunjuk ini aneh." Gumamnya.

"Jadi, apa kita akan ke Icheon besok?" Tanya Renjun setrlah berhasil memasukkan satu suap makanannya.

"Kita baru 2 hari menginap di Ulsan, masa sudah pergi lagi? Dan bahkan Icheon jauh." Rengek Lucas.

Winwin menatap Lucas. "Tapi, kalau kita segera ke Icheon, kita lebih cepat menyelesaikan kasus dan dapat libur." Kata Winwin untuk menyemangati Lucas dan yang lainnya.

"Jadi, kita akan berangkat besok?" Tanya Jungwoo. "Jika iya, aku akan memesan tiket kereta kesana segera." Tambahnya.

Semua langsung menatap Mark. "Bagaimana, Mark?" Tanya Hendery.

Mark terdiam. Ia masih memikirkan hal janggal yang ia rasakan.

"Mark." Haechan menepuk pundak Mark pelan, membuat Mark tersentak kaget.

"Ah? Iya,maaf. Apa tadi?" Tanya Mark linglung.

"Kau ini kenapa, Mark? Kok melamun?" Tanya Haechan.

Mark menggeleng. "Tidak, jadi ada apa?" Tanya Mark.

"Kita akan langsung pergi ke Icheon atau tidak?" Tanya Renjun mengulang pertanyaan Jungwoo.

Mark mengangguk. " Kita akan segera pergi."

💮💮💮

Malam harinya, mereka semua sudah menyiapkan baju di dalam koper untuk besok.

"Bajuku hanya cukup untuk 2 hari kedepan... Apa kita bisa pulang dulu ke Seoul dan mengganti baju bawaan?" Tanya Renjun kesal.

"Entahlah, nanti kita tanyakan pada Mark saja." Kata Winwin sambil melipat rapi bajunya.

Haechan juga mengeluh karena hanya punya 2 pasang baju lagi yang hanya cukup dipakai 1 hari saja. "Aku akan belanja saja disana." Ucapnya sambil memasukkan baju ke dalam koper.

"Kau tidak sayang uangmu? Lebih baik bulak-balik dengan budget murah daripada beli ditempat nanti." Kata Renjun sambil memasukkan skincare miliknya ke tas kecil yang ia bawa.

"Kalau begitu buang waktu banget, Njun. Kita harus efektif dan efisien." Kata Haechan mengingatkan.

Renjun mendengus. "Mana ada efisien beli baju baru daripada kembali untuk mengambil baju ganti." Kata Renjun.

Jungwoo dan Winwin hanya terkikik melihat dua sahabat itu adu mulut. "Nah, Winwin, kau mau pilih pulang dulu atau beli?" Tanya Jungwoo tiba-tiba.

"Mau pulang saja. Kata Tuan Nakamoto, aku harus hemat." Kata Winwin yang sudah tiduran di kasur.

Jungwoo mengangguk dan ikut tiduran di sebelah Winwin, mengamati Renjun dan Haechan yang masih adu mulut.

"Sudahlah, kalian tunggu besok dan tanya Mark saja!"

💮💮💮

Pagi harinya, mereka sudah check out dari hotel dan memesan taksi untuk pergi ke stasiun.

Di taksi 1, sedikit ribut karena Renjun dan Haechan masih berdebat soal baju. Winwin yang duduk diantara keduanya di kursi belakang hanya bisa diam mematung dan Jungwoo hanya berdoa untuk kenyamanan telinga Winwin.

Di taksi 2, keadaan cukup tenang sampai Lucas ribut dengan Hendery masalah cemilan yang mereka bawa.

"Minta dong, Dery. Pelit banget." Kata Lucas sambil mencoba mengambil chiki milik Hendery.

"Tidak mau, kau sudah makan pocky tadi." Kata Hendery sambil melindungi chiki miliknya.

Mark yang duduk di kursi depan tak peduli keadaan dua rekannya itu.

"Sudah sampai."

Setelah membayar taksi, ketujuhnya langsung masuk ke stasiun dan menunggu kereta datang.

"Mark, apa nanti kita bisa pulang dulu ke Seoul?" Tanya Renjun.

"Memang kenapa?" Tanya Mark.

"Aku tidak bawa baju ganti banyak. Aku mau ambil baju juga." Kata Renjun sambil mengeluh karena pakaian kotornya memberatkan koper yang ia bawa.

"Yasudah." Kata Mark tak acuh.

Renjun memekik senang dan menatap ejek pada Haechan. "Tuh, boleh pulang." Kata Renjun.

Terdengar kereta api yang mulai mendekat kearah stasiun. Dari pengumuman, itu adalah kereta api yang melaju dari Ulsan menuju Icheon.

💮💮💮

Di kereta api, mereka asyik sendiri. Jungwoo dan Winwin yang memainkan ponsel mereka, Renjun dan Haechan yang makan cemilan, Lucas yang tidur sambil membuka mata, Hendery yang bertukar pesan dengan istrinya, dan Mark yang memperhatikan keluar jendela.

"Mark."

Yang dipanggil menoleh, menatap Haechan yang berada di seberangnya. "Apa?" Tanya Mark.

"Aku butuh kepastian."

Ucapan itu membuat mereka semua menatap Haechan, kecuali Lucas yang masih tidur.

Mark menaikkan sedikit sudut bibirnya, menatap lekat pada Haechan dan mengangguk.

"Setelah kasus ini selesai."

Bersambung...

Hai hai haii
Aku up yang ini dulu ya :v

Tapi, aku masih bingung ini endingnya gimana, mana makin hari makin aneh.. serius deh keluar jalur :')

Ada yang mau kasih usul?

Hehe :>

Makasih udah baca ^^
Jangan lupa vomment nya ^^
Maaf kalau ada typo :'v
Sampai jumpa~

99,9% truth from a lawyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang