Bab 7

12.3K 1.3K 23
                                    

Sudah satu bulan ini Taeri bekerja di perusahaan Jay, dan Jay juga semakin gencar mendekati Taeri.

Satu hal yang Jay pahami dari Taeri adalah.. Taeri sangat susah untuk didekati!

Bukan hal mudah untuk berdekatan dengannya, walau sekedar mangajak ngobrol pun tidak ada bahasan lain selain pekerjaan.

Ya, Taeri ngobrol dengan Jay hanya membahas kerjaan. Diluar itu, Taeri tidak menganggap lebih ucapan Jay. Tapi bukan Jay namanya jika cepat menyerah.

"Eummm... Taeri, apa kamu sibuk?"

Ah, pertanyaan macam apa itu? Seharusnya Jay bisa lihat jika Taeri saja sedang membereskan beberapa tumpukan kertas bekas meeting tadi. Jay tidak enak sendiri, sepertinya duda ini sedang salah tingkah.

Taeri melihat bossnya sedang mengajaknya bicara pun menaruh berkas itu dengan cepat, "engga, pak. Apa ada hal lain yang perlu saya kerjakan?" Tanyanya tersenyum manis.

Oh ayolah Taeri, stop melakukan itu. Jay gemetar, apa kamu tidak melihatnya?

"Eumm.. saya ada keperluan lain dengan kamu, ka-kamu bisa menemani saya sebentar?"

Jujur ya.. Jay deg-degan, ia takut Taeri akan menolaknya lagi seperti yang sudah-sudah. Tapi tenang, Jay tidak kapok.

Prinsip seorang Jayson Jung. Pasal satu, Jay tidak pernah gagal. Pasal dua, jika Jay gagal kembali pada pasal satu. Okey, terserah Jayson Jung ya..

"Apa tentang pekerjaan? Jika iya, saya tidak keberatan menemani bapak"

Kan, apa Jay bilang! C'mon Taeri, mau dijadiin istri kok ya susah banget sih? Batin Jay.

Jay mengusap tengkuknya, "bu-bukan soal kerjaan, ta-tapi...."

"Tapi?" Taeri menautkan alisnya, ia pikir bossnya ini kenapa sangat gugup saat bicara dengan bawahannya? Padahal disini kan ia bossnya, aneh..

"Saya mau ajak kamu makan siang.." Ucap Jay dengan suara pelan, tapi Taeri dapat mendengarnya.

Ia pun tersenyum, sepertinya tidak masalah bukan sekali-sekali menerima ajakan bossnya itu? Mengingat Jay juga tidak mengenal lelah untuk selalu mengajaknya makan siang.

"Boleh, pak. Mau makan siang dimana?"

Jay membulatkan matanya, tidak percaya jika usahanya ini membuahkan hasil. Taeri menerima ajakannya! Gotcha! Jay seperti mendapat jackpot. Mimpi indah ini mah..

"Ka-kamu serius?" Tanyanya lalu mendapatkan balasan berupa anggukan dari sekretarisnya itu.

Yes, Jay berhasil. Satu langkah lagi Jay akan menjadikan Taeri miliknya. Jay akui ia memang tertarik dengannya sejak pandangan pertama.

* * *

Sekarang mereka berdua tengah makan siang bersama dikafe dekat kantor, Mereka duduk saling berhadapan. Jay tak hentinya melirik Taeri yang sedang fokus dengan ponselnya. Biasalah, sekretaris memang sibuk mengurus berbagai keperluan bossnya.

"Taeri.. maaf sebelumnya kalo saya lancang bertanya ini. Sebelumnya, apa kamu sudah punya.. Eummm.. Pacar?"

Damn! Pertanyaan macam apa itu Jay? Kenapa lancang sekali bertanya seperti itu? Apa Jay tak lihat wajah Taeri yang menatapnya heran? Sungguh sekarang Jay tengah merutuki kebodohannya sendiri.

Saat Jay menggerutu dalam hati, Taeri malah terkekeh kecil menanggapinya "belum ada, pak. Saya belum menemukan yang pas"

Cihuy~ jackpot kedua untuk Jay! Taeri single, Jay single. Perpaduan yang pas bukan jika mereka bisa bersama?

"A-ah, begitu.. saya pikir kamu sudah ada pacar" Jay tersenyum canggung, sedangkan Taeri berusaha menahan tawanya melihat telinga Jay yang memerah.

Ada apa dengan bossnya ini? Apa ia sedang malu? Ah, sangat menggemaskan sekali. Eh..?

Disaat mereka larut dalam obrolan, tiba-tiba Jay melihat Jeno memasuki kafe dengan menggenggam tangan seorang gadis manis. Jay yakin pasti itu kekasihnya.

"Loh.. aunty Taeri~" Pekik Nana saat melihat tantenya. Taeri yang mendengar lengkingan itu pun mengalihkan atensinya pada suara tersebut.

"Nana.. kamu ngapain disini? Emang udah waktunya pulang sekolah?"

"Heheh.. hari ini sekolah di pulangin cepet aunty, guru-gurunya ada rapat dadakan" Jelas sang ponakan. Taeri hanya mengangguk paham.

Jeno yang berdiri disamping Nana hanya memandang datar Taeri, lalu melirik daddynya "daddy sendiri ngapain disini?" tanyanya agak sedikit ketus.

Ingatkan kalian jika anak-anak Jay tidak terlalu menyukai Taeri?

"Daddy makan siang, apa lagi?"

"Sama sekretaris daddy doang? Berdua?" Jeno kembali melirik Taeri dengan pandangan sinis. Taeri yang ditatap hanya membalasnya dengan senyuman.

"Tadinya mau satu kantor, cuma kayanya ngga muat, jadi yaa.. saya dan pak Jay hanya berdua saja" Balasnya dengan tenang.

Jujur Jay sekuat tenaga menahan tawanya agar tak meledak melihat Jeno kicep akibat kalah telak dengan ucapan Taeri. Jay pikir Taeri orang yang tak mampu membalas perkataan oranglain, tapi sepertinya Jay harus membuang jauh-jauh pikiran itu mulai sekarang.

"Ohya Na. Kamu kenal sama perempuan ini?" Jeno menunjuk Taeri dengan dagunya pada Nana. Nana pun mengangguk, "kenal lah, dia tuh tante aku. Kakaknya papa" Ucapan Nana membuat Jeno dan Jay terkejut. Kenapa dunia sempit sekali? Pikir mereka berdua.

"Jadi kamu anaknya Yuta?" Tanya Jay diangguki Nana. Jay juga baru tau jika Jeno memiliki kekasih yang berbeda. Karena setau Jay, pacar Jeno yang dulu itu buka Nana namanya. Ah, Jay jadi iri melihat anaknya yang gampang sekali berganti-ganti pacar.

"Kenapa kamu beda banget sama tante kamu ini?" Jeno kembali bertanya, namun sepertinya menyindir Taeri. Entahlah, Jeno agaknya tidak begitu suka dengan Taeri. Taeri seperti perempuan menyebalkan yang suka melarang ini dan itu.

Memang sangat jelek pikiran Jeno itu. Jangan diikuti ya teman:')

"Jeno! Jaga ucapan kamu!" Jay segera menyadarkan anaknya agar lebih bertindak sopan kepada orang yang lebih tua darinya, ia tidak ingin emosi disaat yang tidak tepat seperti ini.

Lagi, Taeri mendengar itu cukup dengan mengeluarkan senyum terbaiknya. Tapi dimata Jay, itu adalah senyum yang menakutkan. Oh ayolah.. perempuan itu punya beribu arti dalam setiap senyuman bukan?

"Jelas kami berbeda, dari segi umur saja sudah bisa dilihat. Lagi pula kamu itu kan anak sekolah, harusnya bisa lebih pintar dari saya dong? Masa membedakan itu aja kamu ngga bisa dan malah bertanya ke Nana? Apa kamu ngga malu? Nana aja bisa kok bedain"

Skak! Lagi-lagi Jeno dibuat bungkam dengan balasan Taeri. See, Taeri memang perempuan pintar. Tidak salah Jay menjadikan ia sebagai targetnya.

Jeno yang merasa kesal pun akhirnya menarik Nana pergi dari kafe itu. Membuat Jay jadi tidak enak dengan perlakuan anaknya tadi.

"Taeri.. tolong maafkan Jeno, ya. Ngga seharusnya Jeno bicara seperti itu sama kamu" Ucap Jay sedikit lirih, ia malu dengan perilaku sarkas anaknya.

"Ngga apa-apa, pak.. saya memakluminya, namanya juga remaja"

"Tapi itu ngga sopan, gimana pun juga kamu lebih tua darinya. Maafkan Jeno karena udah kurang ajar sama kamu"

Taeri tetap tersenyum menanggapinya, "kita sebagai orang yang lebih tua memang harus sedikit keras menghadapi anak dengan sifat seperti Jeno, tapi tidak dengan kekerasan. Saya yakin Jeno anak yang baik, hanya saja dia belum menyadari itu"

Tanpa sadar Taeri malah menggenggam tangan Jay yang berada diatas meja. Tidak ada maksud lain, Taeri hanya berusaha menenangkan Jay yang sangat merasa bersalah atas tindakan Jeno tadi. Namun sepertinya Taeri belum sadar jika perbuatannya itu malah membuat Jay keringat dingin.

Dia gugup Taeri! Hey~ sadar itu..

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang