Bab 16

12.4K 1.3K 10
                                    

Semalaman Taeri terus mengawasi 'anak-anaknya' belajar hingga pukul sepuluh malam. Sebenarnya Taeri ngantuk, tapi ia tidak boleh kalah sama rasa kantuknya. Yang ada mereka malah keenakan untuk tidak belajar.

Jika Taeri ngantuk, maka anak-anak itu jauh lebih mengantuk. Tapi ingat, mereka masih sayang nyawa jika harus tidur ditempat. Jangankan tidur, merem saja mereka tak berani.

Jadi mereka putuskan untuk terus belajar walau mata sudah tak bisa diajak kompromi. Alhasil, mereka tidur dengan sangat lelap hingga lupa bahwa pagi ini harus sekolah.

Taeri yang memang terbiasa bangun pagi dengan sigap membangunkan mereka dikamar masing-masing. Oh ya jika kalian bertanya dimana Taeri tidur, tenang.. ia tidur dikamar tamu kok, kan belum boleh tidur dikamar Jay. Tidak sopan sembarangan tidur dikamar orang walaupun Taeri calon istrinya.

Setelah membangunkan mereka, Taeri lanjut membuat sarapan. Perlu diingat juga ia itu sangat suka masak, jadi Taeri dengan senang hati melakukannya. Apalagi untuk ketiga anak itu.

Dari atas sana terdengar derap langkah kaki yang tak beraturan. Ia yakin pasti anak-anak tengah kelabakan mencari sesuatu, ia tau sebab Nana juga suka seperti itu.

"KAKA, DASI GUE LO TARO DIMANA?" Teriak Sungchan didepan kamar Mark.

"Kaka lo yang mana? Kaka lo ada dua, panggil yang bener!" Itu bukan Mark yang jawab, melainkan Jeno. Jeno menyembulkan kepalanya dibalik pintu kamar saat dengar ada yang meneriakinya.

"Lo ngga liat gue lagi berdiri didepan kamar siapa?!" Jawab Sungchan mendelik sinis.

"Ya lagi lo teriak kaka doang! Wajarlah gue nongol!"

BRAK..!

Jeno menutup pintu kamarnya dengan kencang membuat Sungchan mendelik sebal. Jeno itu sensian sekali.

"Apaan?" Tanya Mark santai setelah membuka pintu kamarnya, ia sudah memakai seragam sekolah.

Sungchan mengadahkan tangannya, "dasi, mana?"

"Kenapa nanya gue? Kan itu dasi lo"

"Kemaren lo pinjem buat lewatin pemeriksaan ya. Jangan pura-pura lupa lo!"

Kemudian Mark mikir sebentar. Ia mengingat waktu kemarin saat ada razia kelengkapan seragam digerbang sekolah, Mark lupa membawa dasinya sehingga meminjam dasi Sungchan agar selamat dari hukuman.

"Oh iya deh, ada ditas gue"

Sungchan memutar matanya, "pikunan lo, najis!"

"Bacot lo, ah!" kemudian berjalan turun kebawah, "--JENONG, BURUAN! LAMA GUE TINGGAL LO YA" lanjutnya meneriaki Jeno.

"SABAR ANAK SETAN!" Saut Jeno balas meneriakinya.

"Sialan!" Gumam Mark diketawai Sungchan.

Saat sampai dimeja makan, Mark dan Sungchan kebingungan melihat begitu banyaknya sarapan yang tersedia dimeja makan. Apa iya bibi Shin sudah datang sepagi ini? Tumben sekali bibi Shin masak banyak. Karena biasanya jika sedang bersama Jay, paling mereka hanya sarapan roti isi saja, itu yang ada didalam pikiran mereka.

"Akhirnya kalian bangun juga. Tadi waktu tante bangunin kalian ngga bangun-bangun. Baru mau tante bangunin lagi"

Mereka berdua menganga tak percaya dengan seseorang dihadapannya ini. Mereka pikir semalam hanya mimpi jika Taeri berada dirumahnya, ternyata bukan. Dia nyata! Oh astaga..

"Tante beneran ada disini, aku pikir semalem cuma mimpi" Ucap Jeno begitu sampai meja makan.

"Tau, ngga enak banget pagi-pagi liat tante" Sinis Mark.

Sedangkan Sungchan hanya diam saja memperhatikan perubahan raut wajah Taeri akibat mulut licin kedua kakaknya.

Taeri berusaha tersenyum walau sebenarnya hati ia sakit mendengar itu. Mood Taeri pagi ini sedang baik, dan langsung hancur saat itu juga. Lama-lama mulut anak ini memang keterlaluan, tapi bukan Taeri namanya jika ia tidak bisa menanganinya.

"Kalo kalian ngga suka, ngga usah diliat" Ucap Taeri dengan santai sambil tangannya menaruh beberapa piring.

"Gimana ngga diliat, kita ini punya mata!" Saut Mark.

"Arahin aja mata kalian kearah yang lain"

"Kenapa bukan tante aja yang pergi dari hadapan kita?" Saut Jeno.

Taeri mengangguk pelan, "maunya sih gitu, tapi sayangnya ngga bisa. Daddy kalian udah titipin kalian sama tante soalnya" kemudian tersenyum.

"Tante pikir kita barang dititipin?!"

"Entahlah, daddy kalian sendiri yang bilang gitu"

Mereka.. kecuali Sungchan, menahan kesal pada pagi hari ini. Kenapa Taeri pintar sekali menjawab sih? Lagian kedua kakaknya ini bodoh sekali! Siapa suruh berdebat dengan perempuan, perempuan itu punya seribu satu cara untuk membolak balikan omongan, pikir Sungchan begitu.

Setelah sedikit perdebatan, akhirnya mereka kalah dan sarapan bersama dalam keadaan hening. Hanya suara dentingan sendok dan garpu saja yang terdengar. Jarak duduk mereka dengan Taeri pun cukup berjauhan, yah namanya juga lagi kesal.

Selesai sarapan mereka bergegas untuk sekolah, namun langkah kaki mereka berhenti saat Taeri bersuara.

"Tunggu dulu sebentar" cegah Taeri sambil menghampiri mereka.

Mereka pun mau tidak mau berhenti dari pada harus ribut lagi dengannya. Taeri memperhatikan penampilan mereka satu persatu, menelisik ke berbagai arah.

Mark mendengus malas melihatnya, "tante ngapain ngeliatin kita kaya gitu sih?"

"Kalian sekolah dengan penampilan kaya gini?"

Tentu Taeri bertanya seperti itu, sebab cara mereka berpakaian tidak menunjukan bahwa mereka adalah seorang pelajar. Mereka tidak memakai dasi, baju tidak dimasukan, dan celana menggantung. Pantas mereka sering dapat hukuman soal kerapihan seragam.

"Kenapa? Kita udah biasa" Tanya ketus Sungchan, akhirnya anak ini bersuara juga.

"Pake dasi kalian, bajunya dimasukin. Dan soal celana, pulang sekolah nanti tante akan belikan yang baru"

Mereka lagi-lagi cuek dengan ucapan Taeri. Mereka pikir siapa dia? Jay saja tidak pernah mempersalahkannya kok.

Iya itu karena daddy kalian sudah cape menasehati kalian yang mana masuk kuping kanan keluar kuping kiri!

"Siapa tante berani nyuruh-nyuruh kita?" Saut Jeno menatap Taeri seakan menantang. Sedangkan ia malah tersenyum menanggapinya "tanpa tante bilang juga kalian pasti tau siapa tante. Sekarang kalian turuti ucapan tante, atau...."

Taeri menggantungkan ucapannya, kemudian merogoh saku celananya dan memutar-mutar kunci mobil didepan mereka.

"Tante anter kalian sekolah. Kalian mau pilih yang mana?" lanjutnya tersenyum senang dengan mengedipkan sebelah matanya.

Damn! Lagi-lagi mereka harus kalah dengan Taeri. Mereka ini sedang menantangnya, tapi kenapa perempuan kecil ini tidak ada takutnya?

"Terserah! Yang penting tante jangan pernah deket-deket sama kita"

Ucap Mark menahan marah, lalu pergi meninggalkan Taeri diikuti kedua adiknya. Pikir mereka dari pada harus satu mobil dan mendengarkan ocehan panjang Taeri selama diperjalanan, lebih baik mereka turuti keinginan mamalia satu ini. Tapi ingat, mereka melakukan itu juga dengan terpaksa alias mau tidak mau.

"HATI-HATI DIJALAN ANAK-ANAKKU" Taeri berteriak riang sambil melambaikan tangan pada mereka bertiga, dimana itu malah membuat ketiganya semakin kesal dan menutup pintu mobil secara kasar. Menatap jengah perempuan dengan hormon keceriaan diatas rata-rata itu.

Tapi tidak dengan Taeri, ia malah senang dengan respon anak-anaknya. Menyenangkan sekali ternyata saat mereka mau menuruti ucapannya.

Baiklah Taeri, kamu menang lagi kali ini :')

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang