Bab 33

11.6K 1K 12
                                    

Semenjak Taeri diberhentikan paksa oleh Jay, ia jadi tidak memiliki sekretaris yang membantu segala jadwalnya. Jay agak kelabakan karena tumpukan pekerjaan yang membuat ia harus menanganinya seorang diri, hingga akhirnya Jay meminta Yuta untuk dicarikan sekretaris baru.

"Permisi, pak. Sekretaris yang baru sudah datang" Ujar Yuta saat berada dihadapan Jay.

Meskipun Yuta adik iparnya, tapi tetap saja jika dikantor ia memanggil Jay dengan sebutak pak.. profesional kerja.

Jay menelisik sekretaris barunya ini. Cukup cantik, tapi tetap saja cantikan istrinya.

"Silahkan duduk" Ucap Jay dengan datar, "--sekarang silahkan kamu memperkenalkan diri"

Perempuan dihadapan Jay ini tentu sangat gugup saat Jay memandangnya tanpa ekspresi apa pun, bahkan nada bicaranya pun terkesan dingin. Tapi satu yang ia suka, Jay tampan dan berkharisma. Iyalah.. Jayson Jung.

"Awas ya dad pulang kantor minta dikerokin"😒 -mommy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Awas ya dad pulang kantor minta dikerokin"😒 -mommy

"Hey, kenapa kamu bengong?" Jay menjentikan jarinya saat perempuan itu malah memandangi wajahnya.


"Oh.. i-iya maaf, pak" gugupnya. "--nama saya Nayla, umur saya dua puluh lima tahun, saya sebelumnya pernah bekerja di ***** sebagai sekretaris juga" lanjutnya memperkenalkan diri.

Jay mengangguk pelan sambil membaca berkas profile milik Nayla ini. Dari yang ia lihat pada pengalaman kerjanya, perempuan ini cukup memenuhi kriteria perusahaan.

"Baik.. kalo begitu kamu saya terima, besok kamu sudah mulai bekerja dan saya harap di hari pertama kamu besok, kamu bisa hadir tepat waktu karena diperusahaan ini sangat menjaga kedisiplinan"

Lagi, Jay dibuat heran karena Nayla terus memandanginya tanpa berkedip padahal dirinya sedang berbicara.

"Kamu paham kan apa yang saya bilang barusan?"

"Pa-paham, pak. Paham!" Jawab cepat Nayla.

"Yasudah.. kalo begitu ada yang ingin kamu tanyakan?" Tanya Jay mendapat gelengan dari Nayla, "--oke.. saya rasa cukup sampai disini, kamu boleh pulang"

Setelah Jay mempersilahkan Nayla pulang, ia pun pergi meninggalkan ruangan Jay disertai seringaian kecil yang tentu hanya Nayla sendiri yang mengerti arti dari senyuman itu.

* * *

Makan siang kali ini seperti biasa tiga bapak, sebut saja -pagarbetis, papa garang badan atletis- sedang kumpul bersama untuk sekedar ngobrol-ngobrol santai.

Makan siang kali ini seperti biasa tiga bapak, sebut saja -pagarbetis, papa garang badan atletis- sedang kumpul bersama untuk sekedar ngobrol-ngobrol santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yut.. lo dapet sekretaris itu dimana sih?" Tanya Jay dihadapan Yuta.

Yuta yang lagi makan pie otomatis sedikit dongak waktu diajak ngobrol "kenapa emang, mas?"

"Ngeliatin gue gitu banget, risih sumpah"

Jo disampingnya berdecak, "halah, biasanya juga demen lo"

"Itu dulu waktu gue masih jadi duda, lah sekarang kan gue udah nikah. Jaga hati, jaga mata, brooo"

Jo dan Yuta terkekeh kecil saja menanggapinya.

"Tapi gimana, cakep kan mas pilihan gue?" Tanya Yuta.

"Boleh sih. Eh tapi ngga deh, jauh Taeri kemana-mana"

"Emang sekretaris lo yang baru itu kenapa?" Tanya Jo kemudian.

"Setiap gue ajak ngobrol dia malah bengong ngeliatin gue, ngga kedip-kedip"

"Serius? Hahah, doi demen kali sama lo"

"Jangan sampe lah, Yut.."

"Inget Jay, jangan main-main sama Taeri. Dia itu otak sama kelakuannya sebelas dua belas kaya Chitra. Sweet, but psycho"

Jo bergedik waktu ingat Chitra marah-marah, sedangkan Jay meneguk liurnya cepat karena omongan Chitra. Lalu Yuta? Ah, ia mah santai makan saja, soalnya kan Wini kalem-kalem gimanaaa... gitu :')

* * *

Hari ini hari dimana ketiga anak-anak Jung mulai menjalani home schooling. Mereka bergegas menyiapkan kebutuhan-kebutuhan untuk belajar nanti dari mulai buku, alat tulis, dan sebagainya.

Guru yang Taeri pilih juga berdasarkan seleksinya sendiri. Ia tidak mau guru yang mengajar anak-anaknya tidak lebih pintar dari mereka. Namun yang lebih penting adalah, guru tersebut mampu menghadapi anak-anak berkelakuan luar biasa seperti mereka ini.

Seperti sekarang. Awalnya mereka memang semangat mendengarkan penjelasan sang guru, namun sepertinya mereka mulai merasakan bosan. Terlihat dari tadi mereka terus saja menguap.

"Mark.. duduk yang tegap!" Tegur guru tersebut karena Mark malah menidurkan kepalanya diatas meja.

"Sungchan berhenti ngunyah, ini lagi belajar!" Tegurnya lagi saat Sungchan ketauan sedang makan cemilan.

"Jeno.. hey bangun!" Tegurnya lagi menguncang tubuh Jeno saat mendaptkan anak itu tidur.

"Ini kalian kenapa jadi kaya gini sih? Baru dua jam belajar loh.. masa udah males-malesan?!"

"Aduh bu Irene, kita tuh ngantuk" Seru Mark sambil menguap.

"Iya, bu. Lagian kan ini udah siang, udah waktunya kita istirahat. Laper tau, bu!" Ujar Sungchan menepuk-nepuk perutnya.

Sedangkan Jeno? Fix dia tidur!

Guru yang dipanggil Irene tersebut menghela nafas panjang, menggeleng lihat kelakuan ketiga anak dihadapannya ini. Kok ada ya anak modelannya seperti mereka? Pikir Irene.

Kemudian Irene melirik jam tangannya dan memang jam sudah menunjukkan untuk makan siang. Akhirnya Irene menghampiri Taeri yang sedang duduk diteras belakang menikmati teh dinginnya sambil membaca majalah. Nikmat sekali ya nyonya Jung :')

"Permisi bu..."

Taeri mengalihkan atensinya saat Irene berdiri didepannya.

"Ini sudah waktunya makan siang, dan anak-anak saya berikan waktu istirahat selama satu jam" lanjut Irene.

"Oh sudah waktunya istirahat ternyata.. bu Irene sekalian aja makan siang disini sama anak-anak, kebetulan saya juga tadi masak banyak" tawar Taeri dengan ramah.

"Ngga usah, bu. Saya bisa makan siang diluar. Sekalian saya mau ambil beberapa berkas dikampus" tolaknya dengan ramah juga.

Iya, jadi Irene ini mahasiswi yang menyambi jadi guru private sebagai pekerjaan sampingan.

Setelah Irene pamit untuk urusannya, Taeri berjalan keruang tengah menghampiri ketiga anaknya untuk melihat hasil dari belajar mereka.

Namun namanya ekspetasi memang tak sesuai realita..

Taeri pikir anak-anaknya sedang membereskan buku-buku mereka untuk bersiap makan siang, namun nyatanya dia malah melihat meja yang berantakan, Jeno sudah terbaring dilantai karpet memeluk bantal sofa dengan mata terpejam, Mark bermain game dengan gadgetnya, dan Sungchan? Kemana anak itu? Sampai mata Taeri mengadah ke penjuru sudut ruangan dan menemukan sosok jangkung sedang duduk di meja makan dengan pipi menggembung, aih.. anak itu sudah makan duluan ternyata.

Taeri menggeleng lemah melihat keadaan seperti ini.

"Ini kok ya anak-anakku begini banget sih?" Gumam Taeri sambil memijat pelipisnya.

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang