[ R E V I S I ]
S E L E S A I
Jayson Jung, atau biasa dikenal Jay.
Seorang duda nan kaya memilih untuk menikahi kekasihnya yang tidak lain adalah sekretarisnya sendiri.
Dia memiliki 3 orang putra dengan watak, manner, maupun attitude yang buruk. Ber...
Setelah seminggu Jay melamar Taeri, ia pun makin semangat untuk pergi ke kantor. Ia juga jadi sering berangkat pagi-pagi untuk menjemput calon istrinya itu. Sebenarnya bukan keinginan Taeri, tapi apalah daya jika definisi bucin sudah melekat pada diri Jay. Iya, jadi itu semua memang keinginan bapak itu sendiri.
Ketiga anak Jay sudah rapih dengan seragam sekolahnya, berjalan menuruni tangga mendapati sang daddy sudah rapih dengan setelan kantornya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dari yang adek perhatiin muka daddy belakangan ini seneng terus. Baru menang tender lagi, dad?" Tanya si bungsu setelah duduk dikursinya, disusul oleh kedua kakaknya.
"Daddy juga akhir-akhir ini sering banget berangkat pagi" saut si tengah kemudian.
"Daddy lagi sembunyiin sesuatu yang kita ngga tau, ya?" Timpal si sulung.
Jay yang mendapat sederet pertanyaan dari mereka cukup menanggapinya dengan tersenyum hingga menampakan dua cacat dipipinya itu yang mana membuat mereka jadi saling lirik mempertanyakan, apa yang terjadi dengan daddynya.
"Kalo daddy mau kenalin seseorang ke kalian, kalian ngga keberatan 'kan?" Tanya Jay yang sekarang kembali pada mode serius menatap tiga putra dihadapannya.
"Seseorang? Siapa? Apa itu orang penting?" Mark bertanya disela sarapannya.
"Mungkin bagi kalian orang ini belum terlalu penting. Tapi buat daddy, orang ini sangat berpengaruh penting dihidup daddy"
"Dad.. langsung intinya aja" Saut Jeno.
Jay menghela pelan nafasnya, "Daddy mau kenalin calon mommy baru buat kalian"
Ucapan Jay membuat ketiga anak itu langsung memberhentikan suapannya, saling tatap dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Maksudnya daddy mau nikah lagi, begitu?" Tanya Sungchan agak tak suka mendengar kata -calon- dari mulut daddynya.
"Iya.. daddy berencana akan menikahinya dalam waktu dekat ini. Daddy rasa udah saatnya daddy mencari pendamping untuk menemani masa tua daddy. Daddy juga perlu seseorang untuk bantu mengurus kalian"
"Daddy pikir kita anak kecil yang masih harus diurusin? Kita udah besar, dad. Kita juga bisa urus diri kita sendiri!" Saut Jeno. Ia pikir daddynya ini apa-apaan menganggap mereka seolah masih anak kecil.
"Ohya? Kalian merasa diri kalian bukan anak kecil lagi? Lalu apa buktinya? Dilihat dari tingkah kalian aja belum mencerminkan jika kalian mampu untuk mengurus diri sendiri" Jay masih berusaha tenang menghadapi cecaran anak-anaknya.
"Daddy ngeraguin kita? Tau apa daddy tentang anak-anak daddy? Yang daddy tau cuma kerja-kerja-kerja! Jangan pikir daddy tau segalanya!" Jawab Sungchan tak kalah tegas dari sang kakak.
"Daddy tau kok tentang anak-anak daddy. Dari kaka yang suka merokok diam-diam di toilet belakang sekolah, kak Jeno yang suka bolos dan lebih milih tidur diperpustakaan, adek yang suka pake uang sekolah buat jajan ini dan itu. Jangan dikira daddy ngga tau, daddy punya banyak bukti tentang kelakuan buruk kalian!"
Jay memang tau tentang kelakuan mereka. Jay secara tidak langsung mempekerjakan seorang guru bayaran yang bertugas mengawasi setiap tingkah anak-anaknya mengingat mereka selalu saja membuat masalah disekolah, dan Jay sangat kecewa saat mengetahui segala hal buruk tentang mereka selama ini.
"Tapi daddy egois! Daddy mau nikah lagi tanpa izin dari kita! Kita ini anak-anak daddy!" Sarkas Mark.
"Makannya daddy ingin mempertemukan kalian dengan calon ibu baru kalian nanti. Dan soal egois, kapan daddy egois sama kalian? Kapan daddy ngga turutin semua permintaan kalian, hm?" Jay masih menguatkan diri agar tak meledak begitu anak-anaknya mulai memojokkannya.
"Daddy ngga sayang bearti sama kita!" Selak Sungchan.
"Kasih tau daddy kapan daddy pernah ngelakuin itu? Apa kalian hidup kekurangan? Apa kalian hidup kesusahan?"
"Kalo daddy sayang sama kita, daddy ngga bakal berencana buat menikah lagi! Itu namanya daddy egois karena memutuskan masalah itu secara sepihak tanpa rundingan sama kita!" Jawab Jeno.
Oke cukup! Perkataan anak-anaknya mulai tidak masuk akal. Mereka berkata seolah Jay telah melakukan kesalahan besar. Kesabaran Jay pun mulai menipis, ia tak terima jika anak-anaknya selalu meninggikan suara mereka saat beradu argumen denganya.
Ingat, bagaimana pun disini Jay masih orangtua mereka. Tidak sepantasnya mereka berbicara sarkas seperti itu.
"Kalo kaya gini namanya kalian yang egois! Apa daddy harus terus ngerasain hidup sendirian disaat kalian akan bahagia bersama keluarga kalian nanti? Kalian ingin daddy hidup terus dalam bayangan masa lalu dengan mommy kalian dulu?! Apa daddy ngga berhak buat bahagia? Daddy juga perlu seseorang yang mau menemani daddy untuk menghadapi kalian. Kalian semakin lama semakin ngga terkendali! Daddy ngga sanggup kalo harus urus kalian seorang diri! Daddy ngga bisa sepenuhnya mengawasi kalian disaat daddy juga sibuk dengan pekerjaan daddy. Daddy ngga minta banyak dari kalian, daddy hanya perlu seorang pendamping untuk merawat dan memperhatikan kalian. Daddy tau daddy udah lalai dalam mendidik kalian, daddy lalai sebagai orangtua. Daddy ngga mau kalian merasa terabaikan lagi seperti apa yang daddy dan mommy lakuin dulu. Tolong mengerti daddy untuk kali ini. Daddy lakuin ini semua bukan hanya untuk daddy, tapi untuk kalian! Daddy ingin kalian merasakan kembali kasih sayang dari seorang ibu. Apa daddy salah ingin melakukan yang terbaik untuk keluarga daddy? Untuk anak-anak daddy?"
Mereka diam menghadapi Jay yang mulai tersulut emosi. Mereka takut dengan aura daddynya yang begitu gelap. Jujur mereka juga belum pernah lihat Jay semarah ini. Lagi pula, apa yang Jay bilang semuanya benar, Jay juga perlu pendamping untuk dirinya dan anak-anak.
Tapi mereka juga tidak ingin Jay menikah lagi. Mereka hanya takut Jay kembali dimainkan perasaannya, mereka takut daddynya diselingkuhi oleh laki-laki lain. Jay memang trauma, tapi anak-anaknya jauh lebih trauma.
Mereka ingin daddynya bahagia, tapi tidak dengan menikah lagi.
"Terserah daddy! Tapi satu hal yang perlu daddy tau, sampai kapan pun Mark ngga akan pernah menyukai perempuan itu" Tegas Mark pada ucapannya. Ia berdiri, mengambil tasnya dan pergi begitu saja.
"Kalo daddy masih nekat, silahkan. Karena Jeno juga bakal ngelakuin hal yang sama kaya kaka!"
"Harusnya daddy lebih memperhatikan kita, intropeksi diri karena daddy udah lalai jadi orangtua. Bukannya malah pengen nikah lagi" Sungchan menaikan sudut bibirnya, tersenyum seperti meremehkan ucapan Jay.
Akhirnya mereka semua pergi meninggalkan Jay dengan perasaan sangat hancur mendengar kata demi kata yang menyakiti hatinya.
Jay diam dengan nafas tak teratur. Apa ia sesalah itu hingga anak-anaknya marah dan melarang diriny untuk bahagia?
Tapi ingatkan kalian jika Jay bukan orang yang gampang menyerah? Jika anaknya keras, maka ia harus bisa lebih keras! Maka dari itu Jay akan tetap mempertahankan Taeri bagaimana pun caranya. Jay tidak akan lemah menghadapi anak-anaknya kali ini! Ia ingin bahagia, ia juga ingin keluarganya bahagia!