Bab 1

26.5K 1.7K 125
                                    

"Anjing! Apa-apaan nih? Ulang-ulang, ngga terima gue!"

"Santai bro, kalo kalah mah kalah aja kali"

"Berisik lo ya!"

"Sewot banget!"

"Bodoamat!"

"Lo berdua sama-sama berisik!"

"Diem lo! Anak kecil nyambung aja!"

"Berisik!!"

Jay sedikit meninggikan suaranya saat dirinya tengah fokus menatap layar tablet, membuat mereka semua kompak menoleh pada daddynya yang sudah mengeluarkan aura gelap.

Ya, sang daddy tengan marah setelah menahan sabar melihat keributan di didalam ruang kerjanya ini.

Entah apa yang ada di pikiran mereka hingga membuat ide untuk menemani sang daddy bekerja diruangannya.

Dari semenjak Jay pulang kerja kemarin, ketiga anaknya ini sibuk dengan dunianya masing-masing.

Si sulung ribut dengan gamenya, si tengah ribut dengan nyanyian yang nada kemana lirik kemana, si bungsu yang awalnya diam tiba-tiba menyahut dengan ucapan pedas bikin kedua kakaknya marah.

Bahkan ketika Jay menyapa anak-anaknya, yang ia dapat bukan kata-kata manis melainkan umpatan kotor dari mulut mereka. Jay sudah tidak mengerti lagi bagimana cara menghadapinnya. Dilembutin, sudah Jay lakuin. Mau dikasarin, tapi anak sendiri. Jay menyerah, ia angkat tangan. Ia selalu menyabarkan diri tapi mereka juga selalu membuat hatinya panas.

Yang ada dipikiran Jay saat ini hanya satu, anak-anaknya sudah mulai tidak menghormatinya setelah mommy mereka meninggal dunia.

Anak-anaknya menjadi tidak terurus dan tak terdidik secara sempurna.

"Kalian bisa ngga sih, sehari aja ngga ngomong kasar? Malu loh di dengernya"

Ketiga anaknya lantas diam menunduk mendengarkan wejangan sang daddy.

"Namanya juga anak-anak, dad.." Cicit Sungchan.

"Kalian bukan anak-anak lagi, kalian udah remaja seharusnya bisa mengontrol diri kalian sendiri"

"Ya dad, maaf.." Saut mereka.

Jay hanya bisa menghela nafas, selalu saja mereka meminta maaf tapi ujung-ujungnya melakukan kesalahan yang sama. Bosan Jay dengarnya!

"Sekarang kita makan, dan jangan ada keributan lagi!" Jay berucap dingin, tapi sepertinya mereka ini tak takut dengan Jay. Mereka mengacuhkan daddynya.

Ketiga anak Jay sudah siap-siap untuk mengambil nasi ditambah lauk pauknya, sebelum si sulung dan si tengah kembali meributkan hal yang tidak penting.

Mereka merebutkan centong nasi.

"Gue duluan, sat!"

"Lo ngga liat tangan gue duluan yang megang nih centong?!"

"Ya lo ngalah kek sama adek!"

"Ngga ada hubungannya, anjing!"

BRAAKKK..!!

Lagi, kali ini Jay marah dan menggebrak meja makan. Ia sudah tidak tahan sama tingkah mereka, terutama mulut-mulut kasar itu. Memang diantara ketiga anaknya, hanya Mark dan Jeno lah yang sering sekali ribut.

Mark meneguk liurnya secara cepat, ia takut waktu melihat daddynya menatap tajam mereka dengan rahang yang mengeras.

Dengan cepat Mark menyentil tangan Jeno yang masih bertenger manja di centong nasi, membuat si empu memekik pelan menatap sebal kakaknya.

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang