Bab 4

13.3K 1.4K 23
                                    

Jay hampir dibuat mati berdiri melihat pesan singkat kartu kreditnya sebesar tujuh belas juta dan itu hanya untuk sekali makan. Seingat Jay, hari ini ia tidak pergi kemana-mana.

Lantas tagihan siapa yang masuk ke rekeningnya ini?

"DADDY.. YOUR HANDSOME BOY CAME HOME!!"

Mark berteriak waktu ia dan Sungchan pulang sekolah, namun kali ini tidak bareng dengan Jeno. Iya, mereka bertiga memang disekolahkan ditempat yang sama. Namun membawa kendaraan masing-masing, itu pun kalo salah satunya tidak ada yang malas.

Jay yang kebetulan sedang menikmati kopi sorenya menoleh pada pintu utama dimana kedua anaknya berjalan menuju tempat Jay duduk.

"Daddy mau tanya sesuatu sama kalian"

"Apa, dad?" Tanya Mark saat mendudukan dirinya disampin Jay, diikuti Sungchan dihadapannya.

"Apa dari kalian ada yang pake kartu kredit daddy?"

Mark diam, namun matanya melirik Sungchan. Sungchan yang dilirik menahan gugup waktu Jay ikut menatapnya.

"Adek bisa jawab?" Tanya Jay pada Sungchan.

Sungchan menggaruk tengkuknya, agak tersenyum kaku tak berani menatap balik Jay.

"Hehe.. Aku yang pake kartu kredit daddy"

Bener kan, udah ketebak.. Pasti salah satu anaknya!

"Dipake buat apa sampe sebanyak ini?" Tanya Jay lagi mencoba bersabar kali ini.

"Eummm.. buat teraktir temen-temen, dad"

"Teraktir apa sampe tujuh belas juta?"

"Y-ya... teraktir makan, dad"

"Atas dasar apa kamu teraktir temen-temen kamu?"

Sungchan mendengus pelan, daddynya ini banyak sekali pertanyaan "karena adek kalah taruhan"

Ucapan Sungchan membuat Jay menggeram tertahan. Bagaimana tidak? Anak ketiganya ini memang sangat boros, gampang sekali menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting.

Bukannya pelit, namun anak-anaknya ini bukan sekali dua kali melakukan itu. Mereka melakukan apapun yang mereka mau tanpa memikirkan bagaimana lelahnya ia bekerja. Jay memang ingin membahagiakan anak-anaknya, namun bukan dengan cara seperti ini. Mereka semakin seenaknya dengan Jay.

"Dek.. sekali aja daddy minta kamu buat ngga boros, bisa?" Jay mencoba halus bicara dengan anaknya, emosi pun tidak akan menyelesaikan masalah mengingat mereka juga tidak mudah untuk dilawan.

"Kapan aku boros? Kan daddy sendiri yang bilang kalo aku butuh apa-apa tinggal pake kartu yang daddy kasih, emang salah?" Jawab Sungchan dengan santainya.

"Daddy emang kasih kartu itu ke kamu, dan seharusnya kamu gunain buat kepentingan sekolah, bukan dihamburin buat hal yang ngga penting!" Jay sedikit menaikan suaranya, jawaban Sungchan benar-benar tidak bisa ditoleransi lagi.

"Daddy kenapa cuma nyalahin aku? Kak Mark sama kak Jeno juga sering kaya gitu, tapi ngga pernah tuh daddy marah-marah kaya gini. Seharusnya daddy marah juga dong sana mereka, bukan cuma sama aku doang!"

"Sungchan!" Bentak Jay.

"Kenapa? Daddy ngga terima sama omongan aku? Seharusnya daddy intropeksi diri kenapa anak-anak daddy lebih milih seneng-seneng diluar dibanding sama keluarganya sendiri. Karena daddy terlalu sibuk kerja! Daddy lebih mendahului kerjaan dibanding kebahagiaan anak-anaknya! Daddy sendiri yang udah didik kita kaya gini! Jadi daddy jangan pernah nyalahin anak-anak daddy!" Sarkas Sungchan lalu pergi menuju kamarnya.

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang