Bab 12

11.9K 1.3K 9
                                    

"Jay, kamu yakin ngomong secepat ini ke mereka?

"Yakin.. kenapa ngga?"

Taeri menatap sebal Jay yang duduk dikursi kemudi. Jay sendiri pandangannya masih fokus kejalan sambil sebelah tangannya yang nganggur ia gunain buat genggam tangan Taeri.

Jay mau antar Taeri pulang, sedangkan anak Jay udah pulang duluan. Mereka bawa mobil yang berbeda dengan daddynya. Anak-anak nebeng dimobil Mark.

Taeri pun mengeratkan genggamannya, "Eh... kamu kenapa?" Tanya Jay melirik sebentar Taeri.

"Kamu tuh kalo aku nanya jawab yang bener coba!"

"Itu aku udah bener sayang"

Taeri mendengus malas, "yaudah jawab pertanyaan aku yang tadi!"

"Iya aku beneran yakin, yakin banget malah!"

"Kamu yakin mereka bisa terima aku?" Lirih Taeri. Perempuan ini agak sedikit ragu saat melihat reaksi anak-anak Jay tadi.

"Kok kamu jadi ngga yakin gitu sih? Kamu tenang aja ya, mereka pasti bakal suka sama kamu. Lagian kamu itu pilihan terbaik buat aku, dan aku yakin mereka mengerti sama pilihan daddynya" Jelas Jay mencium punggung tangan Taeri, "--)agian aku udah siapin semuanya tau" lanjutnya.

Taeri mengernyit, "kamu siapin semuanya? Sejak kapan?"

"Sejak malam aku minta kamu jadi istri aku. Aku ngga pernah main-main sama ucapan aku, Ri. Semenjak dari situ aku langsung siapin semuanya. Karena aku yakin mau nikahin kamu, jadi kamu tinggal terima beres"

* * *

Ketiga anak Jay sudah sampai dirumah, sekarang mereka tengah berkumpul diruang keluarga. Niat mereka kali ini ingin membahas perempuan tadi.

"Kak.. lo agak risih ngga sih sama tatapan tante itu. Siapa deh namanya?" Tanya Sungchan.

"Taeri kalo ngga salah" Jawab Jeno.

"Nah iya, Taeri. Gue takut tau kak ditatap begitu, serem banget"

"Lo pikir gue ngga? Mana gue pas banget duduk didepannya lagi"

Mark bergedik ngeri waktu ingat dirinya disenyumi oleh Taeri. Cantik sih, tapi entah kenapa senyumannya menakutkan.

"Gue takut kalo dia galak. Kalo misalkan dia sayangnya cuma sama daddy doang gimana? Terus kita dicuekin gitu aja, terus daddy buang kita, terus daddy pilih-pilih sayangnya, terus--hmmpptt"

Sungchan dengan cepat membungkam mulut Jeno dengan tangannya. Ia pikir kakaknya ini mulai tidak waras ucapannya.

"Lo tuh ya tampang doang sangar, tapi hobi banget nonton film imajinasi! Kebanyakan bergaul sama Nana jadi begini nih!" Sungchan agak sewot juga tuh dengarnya. Ya kali daddynya bakal begitu, eh tapi bisa saja sih.?

"Kenapa bawa-bawa cewe gue?!" Tanya Jeno tak kalah sewot.

"Ya, terus gue bawa-bawa siapa? Cewe gue? Kan lo tau sendiri gue belum punya!"

"Lo berdua kenapa malah ribut sendiri sih? Bukannya bantuin gue kek cari solusi!" Mark menatap jengah kedua adiknya dengan kedua tanganya ikut menutup mulut mereka. Haaa, bisa gila Mark lama-lama jika berdekatan terus dengan dua bocah ini.

"Kita gagalin aja rencana pernikahan mereka nanti!" Usul Jeno.

Mark berdecak, "ya mana bisa tolol! Lo kaya ngga tau daddy aja kalo punya rencana besar pasti anak buahnya udah berjejer disana"

Jeno dan Sungchan kompak mengangguk dengan ucapan kakaknya itu.

"Gini deh, kan daddy lagi nganterin tante itu.. nah begitu daddy pulang, kita introgasi daddy. Gimana?"

Mereka bertiga saling lirik, "DEAL!!" lalu berucap dengan kompak.

* * *

Setibanya Jay dirumah, ia merasa heran dengan tatapan ketiga anaknya yang dibuat seseram mungkin. Cih, apalagi kali ini? Batin Jay.

"Daddy, bisa kita ngobrol sebentar?"

Mark berbicara dengan suara dibuat seserius mungkin, begitu pun dua adiknya. Tapi dimata Jay itu hanyalah tatapan biasa, tidak ada seram-seramnya, malah terkesan menggemaskan.

"Ada apa?" Tanya Jay setelah duduk dihadapan mereka.

"Daddy sebelumnya kenal tante itu dimana?"

"Tante Taeri?" kemudian diangguki mereka, "--dia sekretaris daddy" lanjutnya.

Sungchan membolakan matanya, "Sekretaris? Kok bisa sih daddy mau sama sekretaris daddy sendiri?" Tanyanya sedikit tak percaya.

Iyalah dirinya belum percaya. Dulu kan mommy mereka mantan model, masa dapat penggantinya seorang sekretaris biasa? Tidak habis pikir.

"Iya.. mau lah, emang kenapa? Ada yang salah?" Jawab Jay dengan santai, tak memperdulikan tatapan heran mereka. Toh, Jay sudah banyak mengenal Taeri dibanding anak-anaknya.

"Daddy harus batalin pernikahan daddy!" Timpal Jeno membuat Jay melebarkan matanya, tak percaya dengan ucapan yang baru ia dengar.

"Loh, kenapa? Ngga bisa gitu dong!"

Mark berdecak, "karena dia pasti mau sama hartanya daddy doang, makannya dia mau diajak nikah!"

"Sok tau kamu. Tante Taeri tuh ngga kaya gitu!" bela Jay.

"Ya sekarang gini aja deh, dad. Daddy itu terkenal dikalangan pembisnis mana pun, daddy juga banyak nongol dikoran, majalah, sampai tv. Jadi ngga heran dong kalo perempuan diluar sana banyak yang ngincer daddy, atau lebih tepatnya ngincer ke hartanya daddy aja"

"Betul apa kata adek! Kita ngga mau daddy dimanfaatin cuma karena uang" Ucap Jeno membenarkan perkataan Sungchan, begitupun Mark. Mereka kompak mengompori daddynya untuk tidak melanjutkan pernikahan mereka nanti.

"Biarin aja kalo tante Taeri emang manfaatin uang daddy, seenggaknya daddy tau kalo dia manfaatin daddy untuk keperluan apa aja. Kebetulan juga daddy bingung gimana cara abisin uang daddy yang ngga abis-abis itu. Lagian kaya kalian ngga begitu aja, kalian juga kalo lagi ada butuhnya baru nurut sama daddy. Daddy lebih merasa dimanfaatin sama kalian dibanding tante Taeri" Balas Jay masih dengan pembawaan santai.

kali ini ucapan Jay berhasil membuat mereka bungkam. Apa yang Jay bilang tepat mengenai hati mereka. Mereka seakan berpikir jika ucapan itu malah menjadi boomerang untuk mereka sendiri. Ah, kenapa Jay harus bikin anak-anaknya kalah telak sih? Kan jadi susah lagi mikirnya buat batalin pernikahan Jay dan Taeri.

"Udah deh, mending kalian ngga usah cape-cape mikirin rencana buat gagalin pernikahan daddy. Karena gimana pun, daddy udah yakin sama keputusan yang daddy ambil. Jadi kalian jangan pernah berpikir kalo daddy bakal terpengaruh sama ucapan-ucapan ngarang yang kalian bikin. Sekarang kalian tidur, besok sekolah. Oke.. bye anak-anak ganteng daddy~"

Jay pergi menuju kamar dengan menahan tawanya. Meninggalkan tiga bocah itu dengan ekspresi wajah seperti, em.. Kaget? Melongo? Heran? Ah, entahlah.. intinya mereka tak percaya saja Jay punya pikiran begitu hingga membuat mulut mereka sedikit menganga. Kalo saja Taeri tidak banyak kasih cara untuk menghadapi mereka, mungkin Jay akan kepikiran dengan kata-kata kompor anaknya tadi.

Kebiasaan seorang bapak Jay yang baperan!

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang