Bab 24

12.1K 1.3K 30
                                    

Jay masih terbaring lemah diatas ranjang. Ia sudah siuman, namun tidak boleh banyak bergerak karena jahitan diperutnya belum kering sempurna. Taeri merasa dirinya sangat lega saat Jay berhasil melewati masa kritisnya, kini tugasnya merawat Jay hingga bapak satu itu sudah benar-benar dibolehkan pulang dari rumah sakit.

Taeri dengan telaten mengupas kulit apel yang ia genggam. Saat bangun dari tidurnya Jay langsung mengeluh lapar. Berhubung Jay meminta diwaktu yang kurang tepat, jadi Taeri hanya memberinya buah saja. Kebetulan buah yang ia bawa cukup banyak, bisa lah untuk mengganjal lapar diperut Jay.

"Aku liat-liat kamu makin cantik aja sih, Ri"

Taeri memutar malas kedua matanya. Satu hal yang kalian belum tau, selain mengeluh lapar, Jay juga selalu berbicara jika Taeri semakin cantik. Taeri tau dirinya cantik, tapi Taeri lama-lama bosen juga mendengarnya.

"Kamu tuh ya.. lagi kaya gini masih aja ngegombal" ucap Taeri sambil memberi potongan apel pada Jay.

Jay terkekeh pelan mendengar ocehan Taeri, ia semakin dibuat geli saat semburat merah sedikit tercetak di pipinya.

"Aduh-duh-duh"

"Kan! Kan! Kan!"

Taeri memekik kaget saat Jay tiba-tiba memegang perutnya.

"Makannya jangan kebanyakan ketawa! Udah tau lukanya belum kering!"

"Iya-iya.. abis aku suka tau ngga liat kamu ngomel-ngomel kaya gini" jawab Jay mencubit pelan pipi Taeri.

"Ih apa sih, Jay!" Taeri menepis tangan itu.

Jay menatap sekeliling ruangannya. Disini hanya ada mereka berdua, lalu kemana anak-anaknya? Ini kan weekend, bukan kah seharusnya mereka menjenguk Jay?

"Ri.. anak-anak mana?" Jay bertanya dengan lirih, ia pikir apa mereka marah karena Jay telah membentak bahkan menamparnya?

"Mereka masih dirumah"

"Mereka kesini ngga ya? Aku kangen"

Taeri tersenyum mengusap bahu Jay. Meskipun Jay kecewa dengan anak-anaknya, tapi ia tetap menyayangi mereka. Taeri tau betul jika Jay pasti merasa menyesal atas perlakuannya malam itu.

"Mereka pasti kesini.. cuma kayanya mereka ragu deh"

"Ragu kenapa? Apa mereka marah sama aku?"

Taeri menggeleng, "ngga, mereka ngga marah sama kamu. Tapi Chitra"

"Chitra? Maksud kamu Chitra yang marah sama aku, gitu?"

"Bukan, Jay.. tapi anak-anak takut kalo mereka kesini terus ketemu Chitra" Taeri terkekeh setelahnya.

Jay mengernyit bingung. Kok anak-anaknya malah takut dengan Chitra, bukan dirinya?

"Kamu kenapa ketawa?"

"Kamu tau ngga sih, Jay.. Chitra tuh marah besar sama mereka gara-gara tau alasan kamu sampe dirawat kaya gini. Bahkan Mark diancam sama dia kalo hubungannya dan Chani ngga bakal dia restuin. Gimana ngga nangis coba mereka"

Jay membulatkan matanya, "mereka nangis?"

"Iya.. Chitra nyadarin mereka sama omongannya yang kelewat pedes. Sebenernya aku bisa lakuin itu, bahkan aku udah geregetan banget sama mereka. Tapi liat mereka nangis jujur aku ngga kuat, ditambah lagi kondisi kamu yang kritis. Jangankan marah, ngomong aja susah"

Jay tertegun atas ucapan Taeri, segitu perhatiannya ia pada Jay dan anak-anaknya. Jay semakin mantap ingin menikahi Taeri. Dan.. ohya, jangan lupakan agar Jay menanam saham pada perusahaan Jo sebagai ucapan terimakasih dirinya pada Chitra karena sudah menyadarkan anak-anaknya.

Step Mother For Jung's (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang