23 olimpoade {REVISI}

1K 78 6
                                    

Saat Pulang sekolah, Rayhan di jemput oleh Dinda dan dalam perjalanan Rayhan hanya diam sambil melamun memikirkan apakah keputusannya tepat, ia ragu atas apa yang harus ia lakukan selanjutnya. gimana seandainya jika ia hanya akan mempermalukan nama sekolah nya.

Sebenarnya Rayhan termasuk anak yang pintar, hanya saja waktu yang di berikan tidak akan cukup untuk belajar apa lagi dia siswa baru. Meskipun pelajarannya gak jauh berbeda dari sekolahnya dulu. Tapi, tetap saja Rayhan takut, selama ini Ray memang tak pernah mengikuti lomba lomba yang memperlibatkan kecerdasan itu.

"Apa yang harus Rayhan lakukan?" batin Ray bertanya dengan perasaan yang gusar dan bingung.

"Ya Allah bantu hamba mu ini, hamba tak berharap menjadi juara satu, tapi setidaknya hamba bisa mengganti handphone papa yang Ray rusak," doa Rayhan dengan penuh harap.

Dinda yang melihat putranya tampak tak seperti biasanya, ia ingin bertanya namun di urungkan karena mereka telah sampai di apartement.

Setelah mobil berhenti, Rayhan turun terlebih dahulu, kemudian masuk ke apartement tanpa menunggu Dinda yang masih memarkirkan mobil.

Saat ia telah masuk, tak sengaja Ray melihat papanya yang sedang makan, ia hanya menatapnya sebentar kemudian lanjut ke kamar guna membersihkan diri dan belajar untuk mempersiapkan lombanya.

Rayhan akan berusaha meskipun nanti tak sesuai dengan harapannya, setidaknya Rayhan sudah berusaha.

Ray duduk di meja belajar setelah mengambil buku yang di berikan oleh Bu sari tadi, ada tiga buku tebal dengan halaman yang begitu banyak. Mungkin bagi sebagain orang mereka tak akan mau membuka buku buku itu, sama halnya dengan Ray, tapi keadaan lah yang membuatnya harus mempelajari semuanya dalam waktu yang terbilang singkat.

Saat mulai membuka salah satu buku, kepalanya mendadak pening dan pusing saat melihat berbagai rumus yang sangat sulit, ia bahkan belum mempelajarinya.

Lama kelamaan kepalanya makin pusing, Rayhan menjambak rambutnya frustasi. Baru di halaman pertama saja Rayhan udah membuatnya pening gimana dengan tiga buku tebal dalam waktu 3 hari.

"Ray harus gimana?" Gumam Rayhan menatap buku buku yang tebal nya bukan main. Ray menyandar kepalnya ke sandaran kursih, ia memejamkan matanya untuk menghilangkan beban pikirannya.

Sekitar 5 meni ia melakukan hal itu.

"Bodoh banget sih lu Ray, udah tau waktunya gak banyak, lu juga siswa baru gimana bisa lu menang melawan 120 siswa yang cerdas cerdas," maki Rayhan pada dirinya sendiri. Anak itu menghembuskan nafasnya kasar, sepertinya pilihannya adalah sebuah kesalahan, jangankan dapat juara satu Ray bisa juara 119 aja udah senang banget. Gak ada harapan buat Ray untuk menang.

Rayhan mengambil ponselnya mencoba mencari di internet tapi sayangnya handphone nya mati, ia lupa mencharger nya tadi. Lagi lagi masalahnya bertambah.

"Kalo gini gimana gue bisa belajarnya? Komputer? Laptop? Tapi sayangnya tuh benda gak gue bawa."

Tok. Tok.

"masuk," ucap Rayhan dari dalam kamar ketika mendengar seseorang mengetuk pintunya.

Setelah mendapat izin, Dinda masuk ke dalam kamar dan melihat putranya yang sedang belajar. Tak biasanya Rayhan belajar, Kalo jam segini pasti anak itu akan bermain game di ponselnya.

"Tumben belajar," ucap Dinda seakan seperti sindirin.

"Ma kebetulan ada disini, bisa pinjam handphone mama?" pinta Ray sambil menyodorkan tangannya dengan telapak tangan yang terbuka.

"Ambil aja di atas meja dekat sofa," ucap Dinda sambil duduk di ranjang.

Setelah mendapat ijin, Rayhan segera berlari ke sofa dan tak butuh waktu lama ia kembali ke kamar dengan membawa handphone mamanya.

"Buat apa?" tanya Dinda penasaran ia pun mendekati Rayhan yang sudah kembali duduk di meja belajar.

"Mmm gini ma, kan tadi ada guru yang Rayhan lupa namanya. Dia datang ke kelas Ray dan ngasih tau tahu akan diadakan olimpiade antar sekolah tapi waktunya cuma 3 hari, dan Rayhan ikut."

"Lo ngapain ikut?" tanya Dinda.

"Soalnya gak ada yang mau kecuali yang namanya Daniel juga ikut," kata Rayhan "karena hadiahnya bisa ganti ponsel papa"lanjut Rayhan dalam hati.

"Gue gak masalah lu mau ikut, cuma lu masih baru di sekolah itu dan pastinya bakal susah banget buat menguasai materinya dengan cepat,"ucap Dinda yang membuat Rayhan semakin khawatir. Kalo Rayhan kalah kan berarti ia sama saja mempermalukan sekolahnya.

Rayhan menunduk sedih, benar juga apa yang di katakan Dinda, ia tak mungkin bisa menang.

"Gak usah sedih, nanti gue bantu buat lu lebih paham," ujar Dinda membuat Rayhan kembali ceria.

"Terima kasih banyak ma," kata Rayhan girang.

***

Di sekolah.

Setelah Rayhan memasuki kelasnya, ia terus saja menghafal dan berusaha memahaminya materinya, Samuel yang sedang bermain game terganggu dengan Rayhan yang berisik.

Dengan kesal Samuel berdiri dan pindah ke bangku kosong yang pemiliknya belum datang, Samuel duduk di bangku yang agak jauh dari Rayhan untuk melanjutkan permainannya.

Rayhan tak peduli pada Samuel yang pergi karena ia berisik. Tujuannya hanya satu bersungguh sungguh belajar dan menang.

Saat pelajaran berlangsung pun Rayhan masih menghafal dengan melihat bukunya yang ia letakkan di laci agar tak ketahuan.

Daniel sama seperti Rayhan, tak memperhatikan guru ya g sedang mengajar.

Saat istirahat Rayhan tak berniat ke kantin untuk mengisi perutnya, baginya belajar lebih penting.

Daniel itu orangnya pintar, jadi cukup dengan membacanya sebentar ia akan mengingatnya dalam jangka waktu yang lama kecuali memang jika ia belum mempelajarinya maka ia akan kesulitan.

"Heh anak baru," kata Aldi menghampiri meja Rayhan.

"Gue punya nama," kata Rayhan tak mengalihkan pandangannya dari buku.

"Sorry nama lu terlalu menjijikkan buat gue ucapin," kata Aldi.

"Lu ngapain di antar jemput sama kak Dinda? Lu siapanya kak Dinda?"

Rayhan tak menjawab ucapan dari seseorang yang ia yakini dari hari pertama telah membencinya.

Melihat Rayhan yang tampak tak mempedulikan nya membuat Rayhan menggertak meja membuat Rayhan terkejut tapi berusaha tetap tenang.

"Lu tuli atau lu gak punya mulut," bentak Aldi marah.

"Pendengaran gue masih sangat baik dan siapa lo yang pengen tau hubungan gue dengan Bu Dinda," balas rayhan dengan tenang tak ada kemarahan sedikit pun.

"Lo gak tahu siapa Aldi?" Kata Samuel yang sedari tadi hanya menyimak.

Rayhan menggelengkan kepalanya
"Aldi itu keponakannya pak Zico, kepala sekolah," jelas Samuel.

Rayhan tak menyangka kalo orang di depannya ini adalah keponakan dari teman papanya.

"Jadi. lu jangan pernah cari masalah sama Aldi, atau lu bakal di keluarin dari sekolah," jelas Samuel.

Setelah mengatakan itu, Aldi dan Samuel keluar dari tak lupa memperingati Rayhan.

Rayhan tak peduli dengan apa yang dikatakan mereka karena ia juga mengenal om Zico jadi ia tidak mungkin di keluarkan dari sekolah.


3 Mei 2021

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang