68. Ejekan

256 43 1
                                    

Pagi hari ini, saat ingin berangkat ke sekolah. Rayhan dikejutkan di depan mobil orangtuanya, sudah berdiri puluhan bodyguard. Mereka menunduk hormat pada Rayhan yang baru datang dengan kebingungan yang tak ia mengerti maksud semua ini.

Ia menoleh pada Raka, yang juga turut ikut dalam barisan itu. Ini aneh, ia berasa seperti seorang pangeran yang di hormati oleh banyak orang. Dan Rayhan tidak suka itu. Hidup sederhana adalah hal yang paling membahagiakan untuknya. Dan kini, bukankah orangtuanya terlalu berlebihan?

"Pa, ini semua apa?"

Raka hanya menampilkan tersenyum pada Rayhan,"papa sengaja menambah bodyguard untuk jaga kamu di sekolah."

Rayhan semakin bingung. Ia sama sekali tak paham mengapa mereka tiba-tiba menjadi berlebihan. Rayhan udah besar, dan bis jaga diri sendiri. Dan biasanya juga tak perlu sampai seperti ini.

"Tapi pa. Ray gak mau, Ray kan udah besar masa harus pake bodyguard sih. Ray bisa jaga diri sendiri, gak perlu sampai begini," Rayhan protes. Ia menolak bodyguard yang akan menjaganya.

"Ray please. Dengarkan papa kali ini. Semuanya papa lakukan demi kebaikan kamu, keselamatan kamu. Saat ini, kamu harus ada yang jaga 24 jam, dan tolong jangan tolak itu," Raka sampai memohon agar Rayhan mau menerimanya.

Rayhan menggelengkan kepalanya pelan. Ia memikirkan bagaimana pandangan teman-temannya di sekolah, saat ia datang dengan bodyguard itu. Dan pastinya mereka ditugaskan sampai di kelasnya.

"Tapi pa. Keselamatan yang papa maksud itu apa? Papa berbicara kayak Ray mau di bunuh aja. Apa sih maksud papa, kok tiba-tiba aneh gini."

Raka terdiam sebentar, memikirkan jawaban yang kiranya tak akan membuat Rayhan curiga.

"Bukan gitu. Kamu tahu kan, kamu anak tunggal, anak kami satu-satunya. Dan jika kamu kenapa-napa pasti mama mu akan hancur sekaki. Jadi, papa memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk jaga kamu. Lagipula, sesuatu yang buruk bisa terjadi dimana saja. Jadi untuk menjamin kamu baik-baik saja. Papa memutuskan untuk melakukan ini. Percayalah ini semua demi kebaikan kamu Ray," jelas Raka panjang lebar.

Rayhan menghela nafas panjang. Ia tahu, bukan ini jawaban sebenarnya. Ada yang dirahasiakan mereka. Tapi apa itu? Kalau menyangkut dirinya kenapa gak mau memberitahu rayhan. Kan dirimu udah besar udah bisa mengerti.

"Tapi pa. Papa kayak menyembunyikan sesuatu dari Rayhan deh," ujar anak itu dengan tatapan menyelidik pada Raka yang tampak gelagapan.

"Kamu ngomong apa sih. Gak ada yang disembunyikan. Udah berangkat sana, udah mau telat ini. Jangan protes."

Rayhan tak lagi memprotes, ia akhirnya menerima. Meskipun masih kesal, namun perkataan orang tua harus ia turuti, selama itu baik. Dan tujuan ayahnya pun sebenarnya baik, untuk menjaganya.

****

Rayhan sampai di sekolah. Ia masuk dengan diikuti oleh bodyguard-bodyguard itu. Raka tadi berpesan, untuk menjaga Rayhan bahkan sampai dikelasnya. Meski, tadi mendapat penolakan dari Rayhan, tapi para bodyguard itu akan lebih menurut pada perintah Raka.

Rayhan berjalan dengan menundukkan kepalanya. Menulikan pendengaran nya, saat sepanjang jalan ia mendengar tertawaan dan ejekan dari siswa-siswi disekolah ini. Rayhan sebenarnya tak tahan mendengar cemohan mereka yang menghinanya. Namun, tak bisa ia lakukan, mengingat statusnya disekolah ini hanyalah siswa penyandang beasiswa.

Ia tak punya kuasa seperti anak lain, yang berasal dari kalangan atas. Mungkin mereka berpikir, mengapa ia bisa memiliki bodyguard padahal dirinya hanyalah anak miskin. Inilah salah satu alasan ia menolak permintaan papanya.

Namun, apa boleh buat. Keinginan Raka benar-benar tak bisa dibantah. Dan Rayhan akan mencari tahu sendiri apa alasan dibalik permintaannya itu.

Rayhan terus melangkah tak peduli dengan omongan mereka. Hingga kini, Rayhan sampai di depan kelasnya. Baru saja ia ingin masuk, namun dihentikan oleh Aldi, Daniel dan Samuel.

"Wih. Ada anak miskin bawa bodyguard nuh. Wow! Menakjubkan," ucap Aldi sambil tertawa keras. Diikuti oleh siswa-siswi lain yang berada di sana.

"Duh, kok bisa ya? Udah kayak pangeran aja," Daniel ikut meledek. Membuat suara tawa yang lain semakin keras.

"Dari duit dari mana tuh, bisa nyewa bodyguard. Padahal sekolah aja karena beasiswa. Upss!" ujar Samuel sembari meletakkan tangannya, karena ucapannya tadi. Dan setelahnya ia juga tertawa mengejek.

"Mencuri kali," timpal Daniel.

"Gak usah sok-sok an lu. Anak miskin gak pantas bawa bodyguard. Pantasnya dibully," Aldi menyeringai pada Rayhan yang sedari tadi hanya diam mendengar ejekan mereka.

Rayhan tidak bisa menutup, jika hatinya sakit mendengar mereka. Namun, ia juga tak bisa melawan.

Tiba-tiba, salah satu bodyguard yang sudah tak tahan mendengar ucapan Aldi dan teman-temannya. Langsung maju, dan menarik kerah seragam Aldi.

"Jaga omongan anda, jika tak tahu sopan santun! Anda tidak tahu siapa den Rayhan. Dan sebaiknya anda tutup mulut, sebelum saya yang akan merobek mulut anda!" ujar Bodyguard itu dengan marah. Ia tidak akan tinggal diam jika ada yang menganggu Rayhan.

Melihat kejadian itu, semua siswa langsung terdiam. Namun berbeda dengan Aldi yang justru menyeringai atas perlakuan bodyguard itu. "Lo pikir gue takut!" ucapan dari Aldi, membuat sang bodyguard semakin marah. Ingin sekali ia menunju wajah remaja di depannya ini.

Namun, Rayhan dengan cepat maju ke depan, sembari memohon,"om, cukup om. Tolong lepasin dia!"

"Tapi den, dia udah kurang aja," Bodyguard itu tak paham mengapa harus dilepaskan. Bukankah anak ini sudah menghina Rayhan.

"Tolong om lepasin. Ray gak papa," meskipun ia sakit hati, mendengar ucapan Aldi. Namun, ia tak akan membalasnya dengan kekerasan. Biarlah suatu hari nanti, anak itu sadar dengan kesalahannya sendiri.

Bodyguard itu tak punya pilihan lain. Akhirnya menurut dan melepaskan Aldi,"Jika bukan karena den Rayhan. Saya pastikan kamu akan habis ditangan saya. Jadi jangan macam-macam!"

Setelahnya, bodyguard itu kembali ke belakang Rayhan, setelah memberi peringatan.

Daniel dan Samuel juga bergegas menghampiri Aldi. "Lo gak papa?" tanya Daniel khawatir.

Namun, bukannya menjawab pertanyaan dari Daniel. Justru Aldi melemparkan tatapan tajam pada Rayhan. "Urusan kita belum selesai, dan lo akan mendapatkan balasannya. Ingat itu!"

Aldi beserta Daniel dan Samuel segera beranjak dari sana. Merek tak masuk ke kelas melainkan meninggalkan sekolah dengan amarahnya. Ia harus melampiaskan kekesalannya ini.

Tak jauh dari sana, Raja mengamati apa yang baru saja terjadi. Ia bahkan merekam saat kejadian tadi. Lalu mengirimkannya pada Edgar.

"Sepertinya, mereka udah tahu. Kalau anda sudah kembali. Sekarang apa perlu kita bertindak lebih cepat?" ucap Aldi yang sedang menelpon Edgar.

"Buatlah lebih menyenangkan."

"Maksud anda?" Raja tak paham dengan alasan dari Edgar.

"Pikirkan sendiri."

Setelah mengatakan itu Edgar mematikan sambungan telponnya. Tak peduli jika Raja akan mendengus kesal.

18 Desember 2022

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang