14. bersama papa {Revisi}

1.3K 83 2
                                    

🌼Happy reading🌼

Setelah puas bermain dengan Rayhan, akhirnya tamu tamu tak di undang itu pulang ke habitat masing masing.

Dan kini tinggallah Raka dan Rayhan di apartement. Dua pasangan dan ayah itu hanya diam dan melalukan aktivitas sendiri, seperti Raka yang sibuk dengan ponsel miliknya dan Rayhan yang sibuk dengan pikirannya.

Raka dan Rayhan tadinya udah akrab namun sekarang terjadi kecanggungan antara keduanya.

Rayhan sebenarnya bosan, tapi papanya itu sama sekali tak peka ia asik sendiri bermain ponsel. Tanpa tahu saja kalo anaknya itu tengah dilanda kebosanan. Rayhan kan termasuk anak yang gampang bosan, gampang bad mood.

Ingin berteriak tapi takut jika papanya itu akan marah, jadi yang bisa Rayhan lakukan hanya duduk tenang di sofa sembari memperhatikan papanya yang sibuk dengan dunianya sendiri. Berasa patung dia.

20 menit berlalu dan Rayhan masih tetap berada di posisinya.

"Papa Rayhan bosan," ucap Rayhan pada akhirnya namun tak mendapat respon dari Raka membuat Rayhan kesal.

Ingin bermain handphone namun ponselnya sedang di charger, mau nonton tapi acaranya ngebosenin, mau keluar tapi gak dibolehin mama. Terus Rayhan harus apa dong. Kalo masih di rumah om Dika, kan enak ada Rafi dan Rafa tapi di sini, berasa gak di anggap. Nyesal deh Rayhan datang ke sini.

"PAPA!" teriak Rayhan memanggil papanya dengan kesal karena diabaikan.

"Hmm," gumam Raka masih fokus pada ponsel.

"Papa Ray bosan," rengek anak itu kayak bocah 5 tahun. Melupakan harga dirinya, bertingkah layaknya anak kecil.

Raka mendongakkan kepala, menatap putra semata wayangnya yang berdiri di depan dirinya dengan pandangan kesal.

"Main sana," usir Raka seakan tak peduli.

"Pengennya sih gitu, tapi main apa,"kata Rayhan masih merengek.

"Main apa kek, main Barbie aja,"kata  Raka santai tanpa dosa.

Rayhan yang mendengarnya serasa ingin menukar Raka dengan papa baru yang lebih tampan, kaya, dan tentunya ada akhlak, gak kayak Raka.

"Papa pikir aku perempuan, disuruh main Barbie," marah Rayhan. Ia pun memalingkan wajahnya ke sembarang arah, malas menatap wajah papa nya yang sok tampan.

"Yah makanya jangan berisik, gue sibuk."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Raka kembali bermain ponsel.

Rayhan yang abaikan, semakin ngambek.

"Apa ponsel itu lebih penting dari Ray?" Tanyanya tiba tiba lalu berlari ke kamarnya, tak lupa menutup pintu kamar dengan keras.
Ngambek ceritanya.

Raka berhenti bermain ponsel sejenak, setelah kalimat menyakitkan itu dilontarkan padanya.

"Sorry Ray," batin Raka. Ia tak mampu berbuat apa apa, selain kata maaf yang hanya dirinyalah yang mendengar.

***

Satu jam berlalu, Rayhan masih berada di kamarnya tak lupa juga ia menguncinya bahkan saat Dinda datang pun, Rayhan masih belum keluar. Dia memang bukanlah anak kecil lagi yang di bentak dikit ngambek, namun bagaimana pun juga ia terlalu kesal dengan papa nya itu.

"Ray mana?" Tanya Dinda saat tak menemukan keberadaan Rayhan, dirinya baru saja pulang.

"Jangan bilang kalo Lo buang dia,"tebak dinda ngasal.

"Ihh yang kok tebakannya benar banget," ucap Raka dengan tersenyum menyebalkan.

"Bisa gak sih Lo itu serius dikit," ucap dinda masih sabar. Untung suami, kalau bukan udah dia gadai terus cari papa baru buat Ray.

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang