55. Raka, si juara balapan

709 65 4
                                    

Hei guys.. Aku update nih, sebenarnya lagi sakit, dan gak ke sekolah. Tapi menyempatkan diri untuk menulis.. Semoga suka yaa.

Happy reading...

Balapan kali ini, lagi dan lagi di menangkan oleh sang juara. Siapa agi kalau bukan Raka Aprilio Dhian, sang juara yang sampai saat ini belum ada yang bisa mengalahkannya.

Kemenangan yang ia capai membuat heboh para penonton yang menyaksikan balapan itu. Termasuk, anggota BlackCarlos yang setia mendukung ketua mereka.

Sang lawan yang angkuh itu hanya bisa menahan kesal menerima kekalahan. Bukan hanya dia, tetapi banyak ketua genk motor yang begitu ingin mengalahkan sang ketua BlackCarlos namun hanya berakhir dengan kegagalan. Bahkan, karena ambisinya yang begitu besar,  pernah ada yang melakukan hal curang yang membahayakan nyawa. Namun tetap saja Raka lah pemenangnya.

Reza menghampiri Raka yang sedang merayakan kemenangannya bersama BlackCarlos. Dengan tatapan angkuhnya ia berkata, "Gue belum kalah. Tunggu pertandingan selanjutnya, dan gue akan menang."

Ucapan penuh keseriusan itu malah mendapat respon dengan tawa yang keras dari anggota BlackCarlos. Raka hanya diam tak ikut tertawa, karen bagaimana pun juga, ia bukanlah orang yang bahagia diatas kekalahan orang lain.

"Gue tunggu," balas Raka singkat.

Reza berbalik lalu melangkah pergi, namun ucapan dari mereka membuat ia memberhentikan langkahnya.

"Kalau kalah sih, kalah aja. Gak usah sok jago," sindir Billy.

"Udah tau gak akan menang. Kenapa harus pake nantang in lagi, gak malu tuh kalau lo kembali kalah," lanjut Rama.

"Omongan doang yang angkuh, tapi gak bisa menang dari ketua kita," ejek Rizal.

"Duh. Harga diri gue jatuh, tuh," timpal Ardi di sambut dengan tawa dari mereka semua.

"HA-HA-HA."

Dengan kepalan tangan yang mengerat. Reza melangkah menjauh.

"Tunggu pembalasan dari gue."

"Eh, gue dengar dari Roy, kalau Rayhan sakit ya?" tanya Radit menghentikan tawa mereka.

"Hah?! Serius lo?" tanya Hendry yang baru tahu.

"Benar Rak?" tuntut Fajar. Mendapat anggukan dari Raka.

"Ray, sakit apa?" tanya Jay penasaran.

Raka mengedikkan bahu tak tahu, "Gue gak tahu, paling demam."

"Kalau tahu Rayhan sakit. Kenapa gak pulang tadi," tuntut Fajar menatap Raka.

"Ho oh. Masa lo lebih mementingkan balapan, sih!" ujar Hendry menyetujui.

Raka menghela nafas. Mendapat respon dari teman-temannya yang sepertinya marah pada tindakannya.

"Kalau gue pulang, harga diri gue bisa jatuh di tangan si Reza tadi. Masa harus kalah sebelum bertanding," Raka membela diri.

Fajar berdecak kesal mendengar jawaban dari Raka. Namun, ia memilih tak menanggapi.

"Yaudah, sekarang lo pulang deh, kasihan Istri lo sendirian jagain Rayhan," usul Jay.

"Ini juga gue mau pulang."

"Eh Rak, tapi lo harus siap-siap deh," ujar Rizal membuat mereka mengernyitkan bingung dengan ucapan si manusia humoris itu.

"Siap-siap untuk apa?" Rio bertanya dengan polos.

"Siap-siap di amuk macan. HA-HA-HA."

Rizal tertawa dengan sangat keras. Dan diikuti oleh member BlackCarlos saat melihat wajah masam Raka yang kesal di ejek oleh Rizal.

"Anj-"

"Eits. Kalau udah jadi papa muda, gak boleh ngumpat," mereka kembali tertawa. Rizal itu tipe orang yang humoris dan selalu bisa mencairkan suasana.

"Hubungannya apa!" sarkas Raka marah.

"Ya jelas ada hubungannya lah. Menurut logika gue nih, ya. Dari tahun 1753 dijelaskan bahwasanya mengumpat bagi seseorang yang sudah memiliki anak ta- hmmm... Hmmm."

Penjelasan dari Professor Rizal terhenti saat Hendry membekap mulutnya dengan tangan. Lalau dibiarkan bisa saja Rizal menjelaskan panjang kali lebar. Gak ingat waktu.

"Yang jomblo mending diam!" ucap Hendry yang ditujukan pada Rizal, padahal aslinya dia juga jomblo.

Kebersamaan mereka saat berkumpul seperti ini adalah hal kecil yang membahagiakan. Disertai dengan canda tawa dan duka yang menemani persahabatan mereka sampai detik ini. Mereka sudah sangat mengenal satu sama lain. Dan berjanji tak akan ada pengkhianat lagi di BlackCarlos.

BlackCarlos yang mereka bangun bersama-sama sejak zaman sekolah, adalah sebagai tanda bukti kuatnya persahabatan diantara mereka. Kepercayaan sudah tak dapat diragukan lagi. Mereka saling mengerti dan saling membantu ketika salah satu diantara mereka terkena masalah.

"Raka, lo udah mau pulang?"

"Ya."

"Kayaknya nih ya, menurut analisis gue. Rayhan akan marah pada lo," ujar Rizal setelah berhasil melepaskan diri dari Hendry. Ia berjalan ke dekat Raka, karena takut jika Hendry kembali membekapnya.

"Emang lo peramal yang bisa tahu," sela Billy.

"Ya bukan sih. Tapi coba deh lo berada di posisi Ray. Gimana perasaan lo ketika bokap lo malah memprioritaskan balapan nya daripada pulang untuk menjaga lo yang sedang sakit," jelas Rizal membuat mereka tertegun.

"Gak juga sih," respon Jay dengan datar.

Rizal mengerucutkan bibirnya. Ketahuilah, meskipun tampan. Tetapi di umur Rizal yang sekarang jika bertingkah seperti itu akan lebih ke menjijikkan.

"Gak juga-gak juga. Coba deh Jay lo ingat. Dulu tuh lo ngambek sambil ngamuk dijalan karena ayah lo lebih milih nonton pertandingan bola sampai lo gak di jemput," balas Rizal membuat mereka menahan tawa.

"Gak usah ngungkit masa lalu," tegas Jay tak terima.

"Dari pada kalian ribut gak jelas. Mending kasih gue solusi, biar Ray gak marah nanti."

"Kasih aja sesuatu," saran Dimas.

"Benar. Semacam hadiah permintaan maaf an gitu."

"Tapi gue 'kan gak tahu, si Ray suka apa. Secara kan dia baru-baru ini tinggal sama gue," balas Raka dengan lesu.

"Oh iya,ya. Coba lo pikir sesuatu yang kayaknya dia inginkan," ucap Fajar.

Raka berfikir sejenak. Dan teringat suatu malam, Ray pernah mimpi menyebut kata 'mobil.'

"Kayaknya sih, Ray lagi pengen mobil."

"Hah?! Mobil," ujar mereka terkejut tapi di respon dengan santai oleh Rizal.

"Serius lo, kalau Ray pengen mobil?" tanya Roy memastikan. Dan mendapat anggukan dari Raka.

"Yaudah. Kalau urusan mobil, sama gue aja," Rizal dengan senang hati menawarkan diri membantu.

"Jangan percaya sama si Rizal, sesat dia," sela Hendry.

"Sirik aja lu!"

"Raka tenang saja. Jika urusan mobil serahin sama gue. Gue bantuin pilih yang paling bagus untuk Ray, sekalian gue juga mau beliin Ray hadiah."

"Oke. Tapi kalau sampai Ray gak suka. Lo harus tanggu jawab," setuju Raka.

"Siap, boss."

"Sok tajir lo Zal!" sindir Hendry.

"Jelas dong," balas Rizal angkuh.

Mereka yang sudah hendak pergi, namun dihentikan oleh suara ponsel Rion yang berbunyi.

"Siapa?" tanya Fajar.

"Adek gue," balas Rion lalu mengangkat telepon itu, siapa tahu hal penting.

Setelah panggilan ditutup secara sepihak di seberang sana. Ekspresi Rion berubah. Lebih tepatnya ia sedang menahan emosi.

"Ada apa?" tanya Jay penasaran, melihat perubahan sikap Rion.

"Samuel di culik," Rion berkata lirih.

10 mei 2022

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang