43. Masa lalu Rayhan •Alasan Edgar

789 77 8
                                    

Di sebuah ruangan yang sudah di penuhi dengan genangan darah di mana mana, terdapat tiga anak yang tengah terbaring tak berdaya. Kedua anak itu sudah tak sadarkan diri, sedangkan satu lainnya masih sadar, meskipun ia sudah tak memiliki tenaga untuk membuka matanya.

Rayhan, anak itu masih tersadar, dengan posisi menyamping membelakangi Edgar yang masih tertawa puas. Dia puas akhirnya rencananya untuk membunuh Rayhan sudah berhasil.

Dendamnya beberapa tahun lalu telah terpenuhi, ia telah berhasil membuat Rayhan tak bernyawa saat ini. Meskipun sebelumnya ia sempat gagal membunuh anak dari mantan sahabatnya itu.

"Hahaha. Ini lah yang gue inginkan, seharusnya dari dulu lo udah mati dan kalau bisa tak pernah lahir untuk melengkapi rumah tangga nyokap bokap lo yang busuk itu."

Edgar mendekat ke Rayhan yang ia kira sudah tak bernyawa itu. Manusia yang tak punya hati itu, masih sempat untuk menendang punggung rapuh Rayhan. Menimbulkan rasa sakit dua kali lipat dari seorang anak yang masih berumur 8 tahun.

"Lo itu cuma beban buat siapa pun, bukan kesayangan seperti yang lo selama ini kira. Mereka cuma pura pura baik, termasuk orang tua lo yang sangat pandai bersandiwara. Coba lo pikir siapa yang bakal merelakan masa muda dan masa depannya hancur untuk di jodohkan hanya karena sebuah perjanjian konyol."

"Gak ada seorang pun yang mengharap lo lahir ke dunia ini. Dan lo gak pantas untuk terus menghirup udara segar. Karena semakin lo berada di dunia ini, lo bakal semakin tersiksa. Dan seharusnya lo bersyukur, karena gue lo bisa ke neraka di detik ini, meskipun seharusnya lo memang gak pernah melihat dunia ini.

"Rayhan, seharusnya gue gak pernah melakukan ini, seharusnya lo bahagia. Tapi sayang karena kedua orang tua lo lah yang membuat gue seperti ini. Dan lo menjadi pelampiasan atas dendam gue pada mereka."

"Gue kasih tahu sesuatu. Ibu lo Dinda, dia adalah sahabat kecil gue, gadis cantik yang selalu gue jaga dari kecil, yang selalu gue manjakan, yang selalu ada di sampingnya. Namun sayangnya, orang tua dari Dinda malah menjodohkannya dengan Raka, si playboy yang menjadikan perempuan sebagai mainan saja."

"Gue kecewa, marah dan gak terima saat Dinda malah di jodohkan dengan Raka, sedangkan gue hanya di anggap sebagai sahabat enggak lebih. Gue yang jaga dia, selalu menemani, tapi kenapa harus si Raka yang jadi suaminya. Kenapa bukan gue!"

"Gue mencintai Dinda dari dulu, jauh sebelum mereka saling mengenal. Namun, secara perlahan Dinda mulai berubah. Dia lebih sibuk dengan suaminya, menghabiskan waktu berdua. Bahkan saat gue cuma pengen ngobrol sebentar, Raka selalu ada di dekat Dinda gak pernah ada waktu lagi buat gue dan Dinda."

"Gue sangat kecewa. Gue selalu sabar dan mengalah selama ini, gue pikir mereka gak akan pernah saling mencintai dan akan segera bercerai. Namun ternyata apa yang ada di pikiran gue gak terjadi. Malah setelah satu tahun pernikahan mereka, Dinda di nyatakan positif hamil dan semakin gak ada harapan buat gue dapetin Dinda lagi."

"Itu semua gara gara lo Rayhan! Karena lo hadir saat itu mereka tetap bersama sampai sekarang, dan kini mereka berdua sangat saling mencintai. Dan gue? Gue hanya menderita, gue hanya merasakan sakit. Wanita yang gue cintai harus di rebut dengan pria asing yang seharusnya tak pernah datang."

"Gue benci sama ayah lo, dan gue juga benci sama lo Rayhan. Jika lo dan ayah lo gak pernah ada di kehidupan Dinda. Pasti gue bakal hidup bahagia bersama Dinda sekarang."

"Dengan gue membunuh lo, pasti Raka bakal sangat terpukul dan hancur. Karena kehancuran Raka lah yang sangat gue inginkan. Meskipun gue tak bisa membunuh si playboy itu, tapi melihat ia terpuruk karena kepergian anak kesayangannya, itu sudah bisa mengobati sedikit luka gue selama ini," ucap Edgar dengan pandangan yang masih terus tertuju pada anak malang di hadapannya.

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang