46. FLASBACK OFF

836 80 14
                                    

"Sampai Gue mati pun, gue gak akan pernah biarin Dinda, istri gue bersama pria gak punya hati seperti lo! Pria bajingan yang dengan teganya telah membuat anak gue sekarat dan menyebabkan sahabat gue mati."

Raka berucap dengan tatapan tajam, nafasnya naik turun, ia sangat marah akan semua yang telah di perbuat oleh pria Dajjal di hadapannya.

"Untuk milikin Dinda, sampai mati pun lo gak akan berhak!" ucap Raka.

Edgar tertawa menyeramkan saat mendengar ucapan Raka kepadanya. Baginya itu adalah sebuah lelucon.

"Gak berhak ya?" ucap Edgar dengan suara yang di lembut lembut kan. Namun, detik berikutnya ia malah kembali tertawa ketika melihat Raka yang begitu menahan emosinya. Edgar mengenal Raka, dan ia tahu Raka bukanlah seseorang yang penyabar, dan Raka saat ini perlu di beri sebuah penghargaan karena telah berhasil menahan emosinya selama bermenit menit.

"Tapi gue rasa, yang lebih gak berhak itu elu deh. Lo kan cuma bocah yang kebelet nikah muda, upss," ucap Edgar menunjuk ke arah Raka.

"ANJ*NG LO!" Raka hendak menerjang Edgar, sudah cukup ia menahannya sedari tadi. Tapi langkahnya tertahan saat melihat Edgar mengacungkan kembali pistol nya.

"Jangan bergerak. Sekali lagi lo bergerak maka peluru ini akan menembus jantung lo, Raka," Ucap Edgar mengancam.

"CUKUP!"

"Cukup atas apa yang telah lo perbuat. Kalo memang nyawa gue jadi taruhannya gue rela, asalkan gue melihat jasad lo lebih dulu," ucap Raka tanpa rasa takut jika seandainya peluru itu akan melukainya kapan saja.

"Gue udah cukup menahan amarah gue atas apa yang lo perbuat pada putra gue dan sahabat gue. Edgar lo kali ini gak akan mendapatkan ampun dari gue, apa yang lo perbuat akan gue balas."

"Nyawa di bayar dengan nyawa!" Raka berucap dengan nada suara yang sangat menyeramkan dan jangan lupakan tatapannya yang tajam layaknya seorang psikopat yang ingin membunuh musuhnya saat ini juga.

Sebelum menyerang Edgar, Raka terlebih dahulu melumpuhkan anak buah yang mencoba melindungi tuannya itu. Dengan tinjuan, pukulan dan tendangan, hanya dalam beberapa menit ke delapan pria berbadan kekar itu sudah terkapar tak bernyawa di atas lantai. Membalas atas apa yang mereka perbuat kepada putranya kecilnya.

"Lihat! Sekarang para anak buah lo yang gak berguna itu sudah tak bernyawa. Dan inikah yang berniat membunuh gue," Raka menatap Edgar dengan menaikkan sebelah alisnya mengejek.

"Anj*ng," umpat Edgar.

"Dan sekarang kini giliran lo, Edgar!"

Bukannya merasa takut, Edgar malah tertawa. Tawa yang jika di dengar sangat menyeramkan, dan sangat tidak layak untuk di per dengarkan.

"HA HA HA."

"Jangan bermimpi terlalu tinggi, Raka. Lo emang telah berhasil membunuh mereka. Tapi jangan berharap kalo lo bisa menghancurkan gue, itu gak akan pernah terjadi," ucapnya dengan begitu yakin.

Edgar memang meyakini bahwa Raka tak akan pernah melukainya atau melakukan sesuatu kepadanya. Ia mengenal Raka dari dulu, ia tahu bagaimana sifat Raka. Raka sedari kecil sering sekali bermanja manja padanya, dan Raka begitu menyayangi nya. Jadi hal mustahil jika ia mati di tangan Raka.

"Kenapa lo begitu yakin gue gak bisa melukai lo. Setelah apa yang lo perbuat pada anak kesayangan gue, Rayhan. Putra gue gak salah apa apa dan lo buat dia terkapar lemah di lantai. Dan gue akan balas semua perbuat keji lo Edgar. Ingat itu!" Raka berucap dengan nada menggebu.

"Oke. Kalo itu mau lo, sekarang lo maju dan lawan gue," ucap Edgar menantang.

Namun, sebelum Raka ingin melawan Edgar, tiba tiba saja pintu ruangan itu di dobrak dari luar.

Berdatangan para teman, serta beberapa polisi. Dengan cepat polisi itu memborgol Edgar lalu segera membawanya pergi. Serta beberapa polisi yang lain membawa jasad Satria dan juga kedua teman Rayhan.

"Rak... Satria hiks," Haikal berucap dengan air mata yang segera mengalir dari kedua matanya.

Mereka tak menyangka akan terjadi kejadian seperti ini. Penculikan dan pembunuhan yang di lakukan Edgar, mantan sahabat mereka, kematian Satria dan kini Rayhan, dan kedua temannya yang kini kritis. Segera di lakukan ke rumah sakit.

"Ini semua salah gue, hiks.. ," Raka berucap dengan bersimpuh dan memeluk tubuh putranya, Raka menangis se jadi jadinya.

"Jangan pernah salahkan diri lo sendiri. Raka ini bukan salah lo, ini semua sudah takdir," Rion menenangkan Raka dengan menepuk nepuk bahunya, mencoba menguatkan sahabatnya yang sedang hancur.

"Benar. Takdir yang terjadi sangat tak terduga. Kita harus bisa menerima semuanya," Jay menimpali, dengan berlinang air mata ia mengusap pelan rambut Rayhan yang sudah di penuhi dengan darah.

"Gue akan terima jika Edgar hanya di hukum penjara. Gue ingin dia mati," Raka kembali berucap dengan suara yang begitu lemah membuat para sahabat nya sangat tak tega melihat keadaan Raka yang begitu hancur.

Ini memang pertama kalinya, mereka melihat Raka se hancur ini. Ketua mereka yang begitu sulit di taklukkan, sangat di takutkan kini hancur dengan air mata pedih atas takdirnya.

"Iya Raka gue tau. Tapi biarkan lah kepolisian saja yang menghukumnya. Dan pasti ia akan mendapat balasan di akhirat kelak. Lo harus ikhlas Raka."

"Dan sekarang kita harus membawa Rayhan ke rumah sakit sekarang, sebelum semuanya terlambat," Jay berucap.

Flashback Off

"Lalu apakah orang yang melukai nak Rayhan itu masih hidup?" tanya dokter itu.

"Saya gak tahu, dan saya gak peduli. Mungkin saja dia sudah membusuk di penjara," Raka menjawab dengan mengepalkan tangannya.

"Apa anda begitu yakin?" Gumamnya pelan.

Apa yang anda katakan?" tanya Raka karena ia tak begitu mendengar kata dokter itu.

"Iya saya mengerti perasaan mas Raka. Kehilangan orang yang kita sayang memang begitu menyakitkan, dan jika saya berada di posisi mas Raka, saya juga akan melakukan hal yang sama," ucap Dokter itu dengan suara sedihnya.

"Maka dari itu, tolong bantu keponakan saya dokter, agar ia tak pernah mengingat lagi ingatannya."

"Saya akan berusaha membantu anak mas, tapi sebelumnya saya tidak pernah menangani kasus seperti itu, tapi saya akan berusaha semaksimal mungkin," ucap Dokter dengan penuh keseriusan.

"Baik. Terimakasih banyak dok, tolong bantu keponakan saya. Saya tak ingin membuat Rayhan harus kembali mengingat kejadian pedih itu. Kejadian yang tak seharusnya ia alami di saat usianya masih sangat kecil itu," ucap Dika penuh harap pada sang dokter.

Dokter itu tersenyum menanggapinya.

"Baik kalo gitu, kami permisi dokter," ucap Dika karena sedari tadi Raka hanya terdiam, entah apa yang ia pikirkan.

"Silahkan."

Setelah kepergian mereka, diam diam dokter itu menyunggingkan sebuah senyuman.

3 maret 2022

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang