Arkan membawa Rayhan ke sebuah ruangan yang cukup menakutkan. Ruangan yang tampak seperti penyanderaan. Namun Rayhan tak tahu karena ia hanya lah seorang anak kecil yang pernah berada di situasi seperti ini.
Setelah sampai, Rayhan segera turun dari gendongan Arkan.
"Om ini dimana? Ray mau pulang."ucap Rayhan dengan nada merengek."Lo jangan banyak nanya!"bentak Arkan.
Rayhan yang di bentak pun, terkejut karena tiba tiba om nya yang begitu dia sayang malah bersikap berbeda dari biasanya. Om nya yang tak pernah membentak kini malah bersikap kasar pada Ray.
"Gak. Pokoknya rayhan harus pulang, om sengaja kan bawa ray kesini. Ini tempat apa om?" kata rayhan yang takut akan perubahan Arkan padanya.
Tanpa menjawab pertanyaan dari rayhan kecil, Arkan si pemuda berusia 25 tahun itu melangkah keluar tanpa mengunci pintu. Tugas nya telah selesai yaitu membawa rayhan ke bangunan tua dan kumuh ini. Ia melangkahkan kakinya tanpa.mempedulikan Rayhan yang berteriak agar di lepaskan.
Sedangkan rayhan yang di tinggalkan pun hanya bisa menangis, di pojok ruangan, ia lelah suaranya udah hampir habis untuk memanggil manggil om nya itu agar berbalik dan mengajaknya pulang.
"Ray gak suka tempat ini. Lepasin, Ray mau pulang," ucap Rayhan dengan suara yang melemah.
Sebelum benar benar pergi, arkan berkata pelan di depan pintu "maafin om ray, om terpaksa membawa kamu ke sini, om jahat demi keselamatan anak om, kamu yang harus tersiksa. Semoga aja papa kamu segera datang."
Reza dan raja yang bersembunyi di belakang lemari usang itu, melihat Arkan yang keluar dari sebuah ruangan tanpa membawa rayhan. Kemudian arkan berjalan ke sebuah ruangan yang terletak paling ujung.
Melihat situasi telah aman, reza dan raja segera membuka pintu yang tadinya di masuki oleh Arkan. Reza yakin rayhan ada di dalam ruangan itu.
Reza sangat bersyukur karena pintu nya tak di kunci, jadi memudahkan mereka untuk masuk, dan melihat apakah benar rayhan ada di dalam.
"Ray!" pekik reza menghampiri rayhan yang sedang menangis sembari menelungkupkan kepalanya di atas lutut.
Rayhan mendongakkan kepalanya dan langsung di sambut dengan pelukan hangat dari reza dan raja.
"Kak esa, raja. Ray takut... Hiks,"ucap rayhan setelah melepaskan pelukan nya.
Rayhan cukup senang karena kedua sahabat nya berada di sini, setidaknya ia tak perlu terlalu takut. Ya rayhan akui karena kecerobohannya yang gampang mempercayai seseorang membuat nya terjebak di sini.
"Udah gak papa. Jangan nangis lagi, ada kak esa. Kakak janji akan melindungi kalian dan keluar dari sini," ucap bocah 9 tahun dengan yakin.
"Maafin ray kak. Tadi gak dengerin kata kalian, andai aja ray gak ikut om arkan mungkin kita gak akan ada disini."ucap rayhan merasa bersalah.
"Gak papa, kan semuanya udah terjadi," ucap raja.
"Mending kita cari cara, gimana kita bisa keluar dari sini."
Ketiga bocah sd itu pun, hendak melangkah ke pintu, namun urung tatkala dua pria berbadan besar dan berwajah sangar. Ray segera bersembunyi di belakang punggung reza, dirinya sungguh ketakutan.
"Ray takut...," lirih rayhan.
"Mau kemana kalian," tanya salah satu dari mereka, memandang ketiga bocah itu.
"Mau keluar. Kenapa? Gak boleh," jawab reza seakan menantang.
"Kak esa jangan gitu entar om om nya ngamuk loh," peringat raja memukul pelan pundak reza.
Kedua pria itu geram dan langsung menghajar reza, raja dan rayhan habis habisan.
Pukulan, tendangan dan tamparan mereka bertiga dapatkan dari kedua pria itu. Kini ketiga bocah tak bersalah itu telah di penuh lebam dan rasa sakit yang mereka rasakan.
"Ini lah akibatnya ketika kalian berani melawan kami," ucap salah satu dari mereka dengan dingin.
"Ayo kita laporkan pada bos Edgar, dia pasti akan senang mengetahui hal ini," ucap yang lainnya.
Setelah mengatakan itu, kemudian kedua pria dewasa itu pun pergi meninggalkan ketiga bocah yang tampak mengenaskan, dan tak lupa juga mereka mengunci pintu agar mereka tak bisa kabur.
"Kak... Sakit," lirih rayhan merasakan sakit di sekujur tubuhnya .
Ini adalah kali pertama nya Ia merasakan kekerasan fisik, iyalah siapa coba yang berani menganggu bocah menggemaskan kayak rayhan.
"Badan raja juga sakit semua," adu raja mendekati rayhan di pojok ruangan.
Reza yang paling tua di antara mereka pun, memeluk kedua teman yang sudah ia anggap sebagai adik. Mencoba menenangkan meskipun sebenarnya ia juga ketakutan.
Reza sudah bertekad akan melindungi mereka meskipun nyawa nya lah yang menjadi taruhan. Reza bocah 9 tahun itu, sangat menyayangi rayhan dan dulu ia pernah berjanji, jika dia harus mati demi melindungi adiknya maka ia akan melakukannya, apa pun demi rayhan.
"Ray takut, orang orang itu akan memukuli kalian lagi hiks," lirih rayhan.
"Jangan takut dek, kan ada kak esa, ada raja juga. Om raka, om dewa dan anggota blackcarlos pasti akan segera datang, menyelamatkan kita," ucap reza berharap mereka akan tenang.
Brakk..
Suara bantingan pintu yang keras membuat ketiga bocah yang sedang berpelukan itu terkejut di tempatnya.
"Wahh ternyata ada bocah tak di undang nih, mau jadi pahlawan kesiangan." suara gelak tawa bersahutan kala pria yang menjadi boss mereka selesai merangkum ucapannya.
"Om edgar?" batin rayhan.
Edgar adalah salah satu anggota dari blackcarlos namun karena suatu insiden, membuat nya berkhianat dan bertekad akan membuat raka dan keluarganya termasuk blackcarlos hancur. Itu semua karena ia dendam pada raka yang tak lain adalah ketua blackcarlos. Jadi sudah tau kan mengapa ia menculik rayhan, karena rayhan itu kesayangan raka jadi untuk membuat raka hancur ia harus menyiksa bocah menggemaskan itu.
Reza bangkit dari posisinya. Menatap nyalang pada ketua di komplotan itu. "
Dasar penghianat. Kalian berdua penghianat, dasar manusia sampah. Menjijikkan," teriak reza dengan marah.Edgar ketua dari komplotan itu terdiam, begitu pun kedua anak buah nya menghentikan tawa jahat mereka. Sedangkan Arkan, yang juga ikut masuk hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap ketiga bocah malang itu.
"Lo bilang apa?"
Reza mendengus keras. "Apakah telinga kalian bermasalah?"tanya reza
"Kalian itu manusia sampah. Menjijikan," ulang reza tanpa rasa takut.
Berbeda dengan reza yang tampak biasa saja, justru kedua bocah 8 tahun itu tengah menahan rasa takut yang amat sangat, melihat betapa sangarnya edgar.
"Esa, udah. Jangan pancing emosinya," bisik raja pelan.
Edgar menggeram marah, tangannya terkepal kencang menandakan jika emosinya telah berada di ubun ubun.
"BUNUH DIA!" tunjuk Edgar pada ketiga bocah itu yang semakin ketakutan.
See you next chapter
7 agustus 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayhan Story
Short StoryIni kisah seorang anak laki-laki, yang bernama Rayhan. Lebih tepatnya, Rayhan Saga Febriano. Anak laki-laki itu kini telah genap berusia empat belas tahun. Sudah cukup besar untuk mengerti bagaimana perjalanan hidupnya selama tujuh tahun terkahir in...