63. Terungkap

585 46 1
                                    

"R-rafa," lirih Raja.

Anak itu menatap tak percaya pada sosok Rafa yang berdiri tegap di hadapannya. Apa yang ia takutkan telah terjadi, dan Raja yakin jika Rafa mendengar jelas percakapannya dengan si penelpon tadi.

"L-lo ngapain?" Raja bertanya dengan gugup. Dalam hatinya ia memohon agar Rafa sama sekali tak mendengar apa yang yang ia ucapkan tadi.

"Gue gak nyangka."

Kalimat yang di ucapkan oleh Rafa, harus membuat permohonan Raja pupus begitu saja. Nyatanya, Rafa memang tahu.

Dengan tatapan dingin, Rafa dengan perlahan mendekati Raja, hingga hanya berada beberapa centimeter darinya saat ini.

Rafa menelisik wajah Raja, wajahnya menunjukkan ketenangan, seolah ia baik-baik saja. Namun siapa sangka, jika Raja mati-matian menahan gugup dan takut.

"Dugaan gue memang tak pernah salah."

"Lo Raja. Raja, yang sangat gue kenal," lanjutnya sembari terkekeh sinis.

Raja tak berusaha untuk mengelak, justru ia tertawa dengan cukup keras.

"Benar. Gue Raja, gue orang yang kalian kenal di masa lalu."

"Orang?! Lo gak pernah nganggap kita sebagai sahabat lo!" Tuntut Rafa tajam, sekaligus merasa tak percaya jika Raja, sekarang telah banyak berubah. Bahkan sangat berubah.

"Kalau tahu jawabannya, kenapa mesti tanya lagi?" jawab Raja dengan senyuman kepuasan dari wajahnya.

Ingin sekali Rafa melayangkan sebuah tinjuan pada wajah songong Raja. Namun ia urungkan, ia tidak boleh menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Bagaimana pun jika ia harus tetap waras disini, Raja kini bukan lagi Raja yang dulu.

"Apa tujuan lo datang?!"

Mendengar pertanyaan itu, Raja mengetuk-ngetuk jarinya pada dagu, seolah sedang berfikir keras.

"Simpel. Buat menghancurkan kehidupan adik kesayangan lo itu! Rayhan Saga Febriano," tekannya.

"Jangan harap! Sebelum lo melakukan tujuan licik lo itu, gue pastikan anggota BlackCarlos akan tahu, terutama Rayhan. "

"Yakin?" pertanyaan seolah meragukan itu, membuat Rafa mengepalkan tangan kuat.

"Lo pikir gue akan diam aja, setelah tahu ternyata lo datang dengan niat jahat!"

"Sejujurnya gue sangat ingin memeluk lo Raja. Gue rindu, sangat rindu... Namun setelah tahu ternyata lo datang buat mencelakai Rayhan, gue gak akan membiarkan itu. Gue akan jaga Rayhan, bahkan mempertahankan nyawa pun gue siap."

"Sebenarnya apa alasan lo, membenci Rayhan. Sedangkan lo tahu dengan jelas jika Rayhan itu sahabat lo sendiri! Lo bahkan sangat menyayangi Rayhan dulu, namun sekarang lo seperti orang lain!" Rafa tanpa sadar matanya berkaca-kaca.

"Gue jijik dan merasa dendam setiap kali melihat kebahagiaannya. Ia bisa bebas, hidup dengan damai. sedangkan gue! GUE Tersiksa!" Raja meluapkan emosinya. Apa yang ia ucapkan memang itulah kenyataannya.

"APA LO INGAT! saat dulu gue sekarat, di ambang kematian. Apakah ada yang peduli?" Raja menatap Rafa dengan pandangan yang sangat sulit di artikan. Emosi dan kesedihan bercampur menjadi satu.

"ENGGAK! Kalian terlaku sibuk pada Rayhan dan om Satria. Kalian memang membawa gue dan kak Reza
Ke rumah sakit, namun setelah sampai kalian mengabaikan kami. Seolah kami telah pergi saat itu, tak ada yang datang untuk menjenguk atau sekedar melihat apakah kami selamat atau enggak."

"Hingga akhirnya 'dia' datang. Dan membawa gue, hingga bisa selamat dan masih tetap hidup," Raja menghapus air matanya yang menetes tanpa ia pinta.

Rafa yang melihat itu, merasa iba. Ia tidak begitu tahu kronologi kejadian sebenarnya. Karena pada saat itu, mereka masih terlalu kecil untuk memahami.

Sejak terbangun dari koma, delapan tahun yang lalu.  Hidup Raja berubah 180 derajat. Ia bagai boneka dan budak yang di paksa untuk menuruti segala permintaan dari seorang pria yang dengan senang hati menolongnya. Hingga ia selamat dari maut kematian.

Kebencian dan dendam pada Rayhan semakin besar, bahkan ia di ubah menjadi seseorang dengan watak iblis. Sangat jauh berbeda dengan kehidupannya dahulu, yang di penuhi dengan canda tawa, kebahagiaan.

Kini,  Ia begitu berambisi untuk menghancurkan kehidupan Rayhan. Membalaskan dendam dan sakit hatinya. Namun bukan hanya dirinya saja, si pria itu lah yang begitu terobsesi pada keluarga Rayhan, terutama pada Raka.

"Raja.." panggil Rafa dengan nada yang sedikit lembut.

"Gue gak butuh belas kasihan lo," Raja berujar cepat. Saat memperhatikan raut wajah Rafa yang sedang mengasihaninya.

"Raja, dengerin gue. Lo hanya di pengaruhi, please sadar. Apa yang lo lakukan itu salah! Semua yang lo tadi katakan, juga belum tentu benar."

Perkataan Rafa di abaikan oleh Raja. Anak itu hanya memutar bola mata malas mendengar Rafa yang berusaha menjelaskan.

"Anggota BlackCarlos bukan mengabaikan ataupun tak peduli pada lo atau kak Reza. Tapi keadaan saat itu sangat genting, apalagi om satria meninggal. Anggota BlackCarlos sangat sedih atas kehilangan anggota sekaligus sahabat mereka.

Mereka bukan melupakan. Hanya saja, setelah kalian di tangani dokter. Mereka berfikir jika lo dan kak Reza udah baik-baik saja. Mereka gak lihat bagaimana keadaan lo sebenarnya.. Sorry, gue mewakili om BlackCarlos meminta maaf. Maaf karena terlalu sibuk sampai tidak satupun dari mereka melihat keadaan lo. Tapi gue bisa bertaruh jika mereka sangat khawatir pada kalian."

"Tapi setelah seminggu di rumah sakit. Kalian berdua tiba-tiba gak ada, di bawa pergi yang katanya sebagai keluarga. Gue saat sedih dan merasa kehilangan, takut gak bisa ketemu sama lo lagi, gak tahu bagaimana keadaan lo."

"Jujur saja, gue senang Raja. Lo selamat dan kini baik-baik saja. Tetapi, gue juga marah pada saat bersamaan. Ketika kedatangan lo justru membawa hal buruk."

"Gak usah ikut campur. Mulai sekarang. Anggap kita musuh, gak pernah bertemu di masa lalu."

"Dan kejadian itu gak usah lo ungkit. Karena yang benar hanya apa yang gue dengar dari penyelamat gue. Kalian semua pembohong. Jangan harap gue percaya dengan mudah."

"Raja..."

"Apa yang telah rusak, tak akan pernah bisa di perbaiki seperti semula. Sama seperti kepercayaan gue terhadap kalian semua. Gue sekarang menganggap kalian hanya hama, yang harus di hancurkan."

Rafa menarik nafas kasar. Raja sangat sulit untuk di ajak bicara baik-baik. Mungkin saja anak itu sudah di cuci otaknya.

"Gue gak pernah nyangka. Lo yang dulunya berhati malaikat, kini berubah menjadi sosok iblis yang tak punya perasaan," kalimat yang cukup menohok itu, membuat Raja menyunggingkan seringaian.

"Benar sekali Rafa. Karena si malaikat lemah itu telah mati delapan tahun yang lalu. Dan orang yang berdiri di hadapan lo ini adalah orang asing, yang akan membawa suatu kejutan."

"Jangan harap lo nyakitin Rayhan. Gue akan menghalanginya," Rafa hendak melangkah pergi, namun ucapan Raja kembali membuatnya berhenti.

"Kalau lo bicara langsung sih sama Rayhan. Gue pasti akan sangat bahagia. Kenapa? Karena itu artinya Rayhan akan mengingat kejadian dimasa lalu itu. "

"Hmm? Kira-kira gimana ya, reaksinya?"

13 juli 2022

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang