Rayhan sudah sadar beberapa menit yang lalu, keadaannya sudah lebih baik. Dan saat ini, ia sedang bermanja-manja dengan Megan.
"Ray makan dulu ya, ini udah malam loh," kata Megan yang sedang di peluk Rayhan. Rayhan sedang bersikap manja dengan mama Megan. Ray udah lama gak lihat bibinya yang membesarkannya itu.
"Tapi di suapin," pinta Rayhan dengan puppy eyes nya.
"Iya, mama Dinda yang suapin," balas Megan dengan senang hati, ia sengaja ingin mendekatkan antara ibu dan anak itu. Sudah sangat lama Megan tak melihat mereka interaksi mereka.
Namun, Rayhan menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. Yang ia minta bukan mama Dinda tapi tante Megan.
"Gak mau. Maunya Tante, kalo enggak Ray gak bakal mau makan," ancam anak itu, banyak mau nya.
"Yaudah tante yang suapin," kata Megan berhasil membuat Rayhan kembali ceria. Rayhan memang sangatlah senang ketika di suapi oleh tante nya itu.
Rayhan makan dengan lahap, mungkin karena ia rindu di suapi oleh tante nya itu. Dinda tersenyum melihat kebersamaan mereka yang sangat dekat, melebihi dirinya. Ia senang kakak iparnya begitu menyayangi Rayhan layaknya anak kandung sendiri.
Raka tidaklah salah menitipkan Ray pada Bisma dan Megan yang memang sangat penyayang itu. Karena mereka Ray bisa tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan baik hati.
Di lain sisi, Rafa dan Rafi sedang mengisi perut mereka di sebuah restauran yang tak jauh dari rumah sakit. Sebelum berangkat mereka gak sempat makan, karena si Rafi yang panik dan sangat ingin cepat sampai bertemu dengan Rayhan.
"Fa, apa Ray marah ya sama gue?" tanya Rafi di sela acara makan mereka.
"Entah," jawab Rafa berfokus pada makanan nya. Lagian kalau marah atau enggan itu bukan urusan Rafa.
"Gue beneran gak sengaja loh. Gue terlalu bahagia aja ketemu sama Ray, cuma tangan gue yang gak bisa diam sehingga infus itu terlepas, pasti sakit banget," kata Rafi dengan rasa bersalah nya. Ia jadi mengingat kejadian tadi, bagaimana bisa ia bersikap ceroboh di saat sepupunya itu masih sakit.
"Yang gue takutkan itu, ingatan Rayhan bakal kembali," ucap Rafa dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gak mungkin deh Fa. Soalnya kan Ray sudah sering banget liat darah meskipun berakhir pingsan," jawab Rafi yang memang selama ini Ray belum mengingat memorinya sama sekali. Sepertinya akan lebih baik jika Rayhan tak pernah mengingat kejadian yang menimbulkan banyak air mata itu.
"Tapi kan biasanya ingatan seseorang itu bakalan pulih ketika ia menemukan atau pun melihat suatu hal yang serupa dengan kejadian yang pernah dialaminya."
"Iya sih, cuma kan tadi dia cuma liat darah sedikit doang."
"Rafi mau itu darahnya sedikit kek, setetes kek, yang namanya darah yah tetap aja darah. Dan darah itu termasuk faktor nya."
"Yah doain aja sih, moga rayhan gak akan pernah ingat itu. Dan kalaupun suatu hari nanti Ray bakal ingat, kita harus siap."
"Yang gue takutkan ketika ia sudah Mengingat semuanya ia akan trauma dan menganggu kejiwaan nya."
Perkataan Rafa membuat Rafi terdiam, benar juga apa yang dikatakan Rafi
"Makan cepat, lalu kembali ke rumah sakit, Ray pasti udah sadar,"kata Rafa melanjutkan makannya yang sempat tertunda.
Beberapa menit.
Selesai makan, Rafa berkata "yuk kembali ke rumah sakit," ucap Rafa.
"Rafa gue takut ketemu Rayhan, dia bakalan marah pasti pada gue," ucap Rafi yang memandang nya dengan aneh.
"Lu beneran Rafi, kembaran gue?" tanya rafa dengan serius.
"Maksud lo? Emang yang lo liat disini siapa, kalo bukan gue."
"Abisnya lo bertingkah aneh."
"Aneh gimana?"
"Kayak perkataan lo tadi, lo itu gak pernah kayak gitu, kalo berbuat salah lo gak bakalan sedih ataupun merasa takut. Malah lo itu bakal cari cara buat membujuk orang yang lo buat kesal atau jahili itu agar gak marah lagi, lalu setelah itu lo buat marah lagi, gitu aja terus."
"Gue kan pengen pengen tobat buat menjahili kalian."
"Lu tobat hari ini, besoknya enggak."
"Yang penting kan dosa gue agak berkurang dikit," ucap rafi.
Rafa menghela nafas sabar, udah biasa dia menghadapi rafi.
"Terserah lu lah. Yuk ke rumah sakit, papa dari tadi nge chat gue noh," kata rafa berjalan duluan mendahului rafi.
"Kalo ray marah, lu bantu gue bujuk dia ya." pinta rafi dengan muka memelas.
"Gak janji,"jawab rafa.
****
Saat membuka pintu dan masuk, rafi bersembunyi di belakang tubuh rafa. Rafi masih takut bersitatap dengan rayhan.
"Rafi kamu kenapa?" tanya megan.
"Biasa ma, otak nya di tinggal di rumah," kata rafa.
Refleks saja, rafi memukul punggung sang kembaran.
"Rafi sini dulu," panggil dinda yang berada di dekat rayhan dan megan.
"Nanti aja tante," tolak rafi masih bersembunyi di belakang rafa.
"Rafi, kalo di panggil itu langsung bergerak, jangan bilang entar, nanti," tegur megan.
Dengan berat, rafi berjalan ke arah dinda, jalan nya sambil menunduk takut melihat rayhan yang sedang memeluk megan.
"A..da apa tan?" tanya rafi setelah berada di hadapan dinda.
"Rayhan ingin bicara sama kamu, dari tadi nyariin."
Setelah sadar tadi, rayhan memang mencari keberadaan rafi dan rafa.
Rayhan itu gak marah sama rafi, cuma kesal aja."Kak rafi," panggil rayhan.
Rafi yang di panggil hanya menunduk tak berani menatap rayhan.
"Kak," panggil nya lagi sambil meraih tangan rafi untuk ia genggam.
"Kak rafi jangan nunduk terus, ray kangen," ucap rayhan.
Remaja 15 tahun itu masih betah pada posisi nya.
"Kak rafi ih, kalo masih nunduk terus ray beneran marah lo!" ancam rayhan kesal.
Kali ini, rafi mengangkat wajah nya dan menatap rayhan yang tersenyum padanya. "Maafin gue ray."
Rafi pun membawa rayhan ke pelukan nya. "Maafin gue, lu jangan marah ya sama gue, gue salah ray. Tapi gue beneran gak sengaja ngelakuin itu."
"Iya ray udah maafin kok, ray tadi cuma takut aja makanya nangis."
"Gue kirain lo bakal benci sama gue," ucap rafi membuat yang lain nya tertawa.
"Gak akan lah kak."
"Kan kita gak pernah akur ray. Gue takut nya lo gak akan mau temanan lagi sama gue."
"Kak rafi lo itu sepupu sekaligus kakak buat gue sama kak rafa juga. Jadi se kesal kesal nya gue sama lo, gue gak pernah benci. Gue bahkan berterima kasih karena kalian hadir di kehidupan ray."
Rafi mengeratkan pelukan nya dan rafa pun ikut bergabung meskipun hanya sebentar, karena ia bukan tipe orang yang suka memeluk atau pun menunjukkan rasa sayang nya.
"Ah Rayhan nya tante megan udah gede," celetuk megan menangis bombai.
26 juli 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayhan Story
Short StoryIni kisah seorang anak laki-laki, yang bernama Rayhan. Lebih tepatnya, Rayhan Saga Febriano. Anak laki-laki itu kini telah genap berusia empat belas tahun. Sudah cukup besar untuk mengerti bagaimana perjalanan hidupnya selama tujuh tahun terkahir in...