65. Hampir celaka

735 68 7
                                    


Aku mau minta maaf sebesar-besarnya, karena aku baru bisa update sekarang. Tak terasa ternyata udah lebih satu bulan gak update buku ini, aku kelupaan karena terlalu di sibukkan daily di fizzo. Padahal, hampir setiap hari aku up di buku lain..

Semoga kalian suka..

*****

Happy reading

Rafi menuruti permintaan Rafa tadi, meski rada takut jika Raka akan memarahi mereka, tapi tak masalah, yang penting Rayhan tidak kenapa-napa. Masalahnya disini itu hanya Raka atau Dinda yang akan di dengar Rayhan, memang seperti itu anaknya, bandel. Ia lalu menelpon Raka, yang tak di ketahui sedang apa.

Rafi bernafas lega karena panggilannya segera tersambung. Sepertinya Raka sedang santai, karena panggilannya cepat terjawab.

"H-halo om?" Rafi menyapa dengan gugup, setelah Raka mengangkat panggilan darinya. Ia berusaha menetralkan perasannya yang menjadi takut.

"Ada apa, Rafi?" tanya Raka di seberang sana, heran juga kenapa Rafi menelpon, padahal mereka akan bersenang-senang dan tentu akan lupa waktu, lupa segala hal jika sedang bersama.

"I-itu R-ray?" jawab Rafi dengan gagap. Ia takut, ketika Rafi memberitahukan ini, Raka akan tiba-tiba mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi saat mengetahui keadaan Ray saat ini. Ia tahu jelas om nya itu seorang pembalap hebat, namun tak tahu aturan lalu lintas, menerobos saja meski telah di kejar
Polisi.

"Ray kenapa?" kembali nada santai terucap di bibir Raka. Ia masih menanggapi biasa saja.

"Duh, gimana ngomongnya ya?" batin Rafi yang kebingungan.

"Rafi, Ray kenapa?!" tegas suara dibalik telpon. Itu bukan suara Raka, melainkan Dinda. Mereka memang tengah bersantai, berdua layaknya sedang berpacaran. Mumpung Rayhan lagi pergi, itu kata si Raka.

"Emm. Itu tan, Ray main sama harimau," jawab Rafi langsung. Ia menjauhkan ponselnya jika saja Raka atau Dinda tiba-tiba akan berteriak padanya. Namun, setelah menunggu beberapa saat, hanya keheningan tercipta.

"Loh kok gak teriak? Atau jangan-jangan mereka pingsan lagi?" menolog Rafi dengan pikiran negatifnya

Rafi yang tak kunjung mendapat respon, ingin memutus sambungan telpon. Bodoh amat mereka datang atau tidak, yang penting ia sudah memberitahukan hal ini.

Baru saja Rafi ingin memencet tombol merah itu, untuk mematikan sambungan telpon. Tiba-tiba suara cukup keras terdengar di balik telpon.

"GUE KESANA SEKARANG!" teriak Dinda yang membuat Rafi hampir terjungkal jatuh.

"Anjir gue hampir jantungan," ujar Rafi mengelus dadanya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, karena teriakan itu.

Setelah tugasnya selesai, Rafi berjalan ke tempat dimana yang lainnya berada. Dilihatnya, Rafa sedang berusaha membujuk petugas kebun binatang agar memberikan kunci kandang harimau itu. Namun, petugas itu hanya diam, seolah tak mendengar apa yang katakan Rafa.

"Tuh petugas aneh banget deh!" batin Rafi langsung mendekat pada saudara kembarnya. Diamatinya sang petugas yang memakai masker itu. Karena penasaran yang membuncah, Rafi berniat membuka masker yang di kenakan nya. Ingin mengetahui wajahnya, biarkan saja jika ia di katai tak sopan, dia sendiri yang mulai tak ingin memberikan kuncinya.

Namun, sebelum ia berhasil meraihnya, suara teriakan dari Rayhan langsung menghentikan niatnya. Lalu beralih menatap pada sang adik di dalam sana.

"RAJA TOLONG, HARIMAU NYA MAU NGAMUK!"

sadar atau tidak, Rafi melihat secara sekilas Raja yang menyeringai, dan wajahnya yang menunjukkan kebahagiaan juga menahan tawa. Bukannya menolong. Raja hanya berdiam diri di tempatnya. Apakah benar yang dikatakan Rafa tadi jika Rafi adalah orang yang berniat jahat pada Rayhan.

"RAJA!" teriak Rayhan yang sudah mulai menangis. Ia panik karena harimau yang tadi anteng, aman-aman aja, kini mulai menunjukkan keganasannya.

Tadinya Raja yang di atas tubuh harimau itu, namun ia menyingkir saat Rayhan juga ingin mencobanya. Katanya, akan menjadi pengalaman luar biasa baginya, Raja sih setuju-setuju aja. Jika ia tak bisa membuat Rayhan terluka secara fisik, setidaknya kejadian ini akan meninggalkan suatu trauma bagi Rayhan.

"Tenang Ray. Harimau itu jinak kok, gak usah takut harimau itu gak akan nyakar lo kok," ujar Raja menenangkan, berpura-pura baik.

Rayhan berusaha menenangkan dirimu sendiri. Tapi ia semakin terkejut saat Harimau mulai mengaum dengan keras, dan harimau ini juga mulai berdiri. Ia semakin takut karena sebelumnya belum pernah seperti ini, kuda saja ia tak pernah menaikinya. Kini malah ia begitu nekat, sok berani.

Rayhan menyesali keinginannya, seharusnya ia mendengarkan ucapan Rafa dan Rafi yang melarangnya. Tapi apa boleh buat, saat ini ia kebingungan bagaimana cara bisa turun dari tubuh harimau ini. Meski harimau nya hanya berdiam diri di tempat tapi tetap saja membuat Rayhan jadi panik.

Meskipun katanya jinak, tapi Rayhan paham betul. Jika harimau ini akan menyerang ketika merasa terganggu.

"Tolongin, Ray.. Mau pulang!" ujar Rayhan dengan air matanya. Ia benar-benar panik apalagi saat Raja bahkan tak berniat menolongnya.

"Raja.. Tolongin Ray.. Ray mau turun," mohon nya. Siapa pun yang melihat Rayhan saat ini pasti akan ikut kasihan.

"Sorry Ray.. Tapi gue belum puas," batin Raja dengan tertawa melihat keadaan kacau dari Rayhan. Benar-benar membahagiakan untuknya.

Raja mengambil ponselnya, lalu memfoto Rayhan. Setelahnya, ia mengirimkan hasil gambar yang ia ambil, pada pria yang menyuruhnya untuk melakukan ini.

"Raja!" isakan Rayhan semakin keras. Tak ada pilihan lain, ia harus menolong dirinya sendiri. Sepertinya melompat dari tubuh harimau adalah jalan terbaik. Dari pada ia tersiksa disini.

"RAY.. KAKI GUE KERAM!" teriak Raja menunjukkan wajah paniknya. Rayhan melihat kearah Raja, kali ini tak jadi marah karena tahu alasan Raja tak menolongnya karena ia tak bisa bergerak karena kakinya.

Belum sempat Rayhan turun, suara nyaring yang di timbulkan dari harimau membuat ia semakin panik. Sepertinya jika ia turun akan langsung menjadi santapan dari harimau lapar ini. Tapi terus berada di atasnya, juga akan menjadi beban dan semakin membuatnya marah.

"Kalau gue lompat, gue selamat gak ya?" batin Rayhan takut. Ia jadi ragu, kedua pilihan yang sama saja hasilnya.

Maka dengan membulatkan tekat, Rayhan langsung melompat. Harimau ini memang tak bertubuh besar, namun terlihat begitu ganas. Apalagi sepertinya belum diberi makan.

Raja yang sedang berpura-pura terkejut atas keberanian dari Rayhan yang turun dari punggung harimau yang sedang mengaum lapar. Untunglah setelah turun, Rayhan langsung berlari ke sisi Raja. Ia berniat akan membantu Raja yang sepertinya sedang kesulitan.

"Kak buka pintunya!" ujar Rayhan pada Rafa dan Rafi yang sudah melayangkan sebuah pukulan pada pria pengawas kebun binatang itu. Mereka berdua terpaksa menyakiti si petugas karena mereka sudah sabar meminta baik-baik namun tak diberi. Jadi dalam keadaan genting seperti ini, berbuat kasar adalah salah satu caranya.

Rafa segera membuka kandang itu. Lalu Rayhan segera membantu Raja berjalan hingga keluar dari kandang. Sedangkan Rafa kembali menguncinya agar harimau itu tidak kabur.

Mendapati dirinya sudah aman, Rayhan langsung memeluk Rafi, yang merentangkan tangannya. Ia menangis dalam dekapan Rafi, ia tadi sangat panik juga merasa sangat ketakutan, namun bersyukur karena masih selamat.

21 agustus 2022

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang