16. Rasa bersalah Raka {REVISI}

1.2K 77 4
                                    

Raka baru pulang ke apartement ketika jam 5 subuh, dan saat memasuki apartement ia mendapati Dinda yang baru saja bangun. Sepertinya Dinda memang menunggu kedatangan Raka.

"Baru pulang," sindir Dinda yang kini tengah duduk di sofa sambil menyilang kan kedua tangannya di depan dada, sembari memandang Raka dengan tajam.

"Hmm, gue capek," balas Raka cuek.

Baru saja Raka hendak pergi, melewati Dinda yang hendak marah itu. Namun ia urungkan, ketika mendengar apa yang di katakan Dinda padanya.

"Lo itu ke kanak Kanakan banget sih Rak. Nyadar dong, lo itu bukan lagi remaja yang bisa seenaknya. Gitu aja ngambek, marah. Nyadar lo itu udah punya anak!"

"Maksud Lo!" balas Raka

"Lo marah sampe pergi gitu aja karena Rayhan ngabain Lo, kayak bocah. Lo bukan lagi anak kecil, lo udah dewasa, udah punya anak juga. "

"Ya jelas lah gue marah, dia ngapain coba bahas Ardi sampe bilang kalo Lo lebih cocok sama dia. Kalo tuh bocah gak bahas Ardi, gue gak bakalan pergi tadi."

Dinda memandang Raka dengan tajam. Ia benar benar tak tahu jalan pikiran Raka.

"Lo yang ke kanak Kanakan, cemburuan. Rayhan cuma bercanda. Gak usah di masukin ke hati."

"Tau ah," ucap Raka dan hendak melangkah pergi, moodnya hancur mendengar Dinda yang terus terusan mengatainya kenak-kanakan.

"Ray kayak gitu gak Maksud buat Lo marah dan dia bahkan sedih ketika Lo pergi gitu aja. dia cuma mau Lo rasain gimana rasanya di abaikan, tapi lo malah menanggapi itu serius," ucap Dinda yang memberhentikan langkah Raka.

Kini, Dinda berada tepat di hadapan Raka. "Please Raka, lo jangan kayak gini lagi, Rayhan cuma ingin menghibur diri. Selama ini dia selalu sedih, merasa terabaikan, dan terbuang karen kita yang tak pernah ada di sisinya. Dia cuma pengen dapat perhatian dari lo, sebagai ayah nya. Tolong ngerti."

"Sorry, gue salah," kata Raka menundukkan wajah nya merasa bersalah. Raka akui, tindakannya memang kekanak-kanakan.

"Lo jangan minta maaf sama gue tapi sama Rayhan," ucap Dinda melembutkan suaranya.

"Ok. Dia masih tidur kan?" tanya Raka.

"Hmm."

Dengan cepat Raka berjalan masuk kemar dan menghampiri Rayhan yang masih tidur. Raka menyesal telah bersikap seperti itu pada Rayhan. Pasti, anaknya itu sedih karenanya.

Raka memperhatikan wajah Rayhan yang begitu damai ketika tertidur. Hal yang benar benar baru dalam hidupnya.

"Kok di perhatiin Lo lucu juga saat tidur, beda saat Lo bangun."

"Sorry Gue gak maksud buat lo sedih sampai kepikiran," ucap Raka sambil mengelus pelan surai hitam milik Rayhan.

"Gue emang papa yang gak baik buat Lo," gumam Raka.

Kemudian ia memutuskan  keluar dari kamar, tak ingin mengganggu tidur Rayhan.

2 jam berlalu.

Saat ini Rayhan sudah rapi dengan stayle stayle ala remaja seusianya persis kek Raka. Papanya itu terlihat lebih muda dari usianya. Layaknya remaja yang baru puber.

Rayhan keluar dari kamar sambil bersenandung riang, karena tadi malam ia bermimpi papanya itu datang dan meminta maaf padanya. Mimpi yang mustahil akan terjadi.

Rayhan menghampiri Dinda yang baru saja selesai memasak namun hanya ada Dinda disana, entah dimana papanya itu, apakah belum pulang dari semalam.

"Morning mama," sapa Rayhan.

 Rayhan StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang