DORR...
Peluru itu tepat mengenai jantungnya, kemudian tubuhnya meluruh hingga jatuh ke lantai, dengan rasa sakit yang menyertainya.
Satria, pemuda yang baru saja tertembak itu langsung terjatuh dan dengan sigap Raka berlari menangkap tubuhnya yang sudah lemah. Setetes demi setetes air mata Satria jatuh, rasa sakit benar benar ia rasakan saat ini.
"Ra...ka...," ucap Satria terbata menahan rasa sakit.
"Satria, maafin gue. Kenapa lo harus nyelamarin nyawa gue, Sat? Kenapa?!," ucap Raka tak percaya dengan pikiran sahabatnya yang merelekan nyawanya untuk menyelamatkan dirinya.
"Ka-rena.. Lo sa-ha-bat gue Ra-ka. Lo ha..rus tetap hi...dup demi Ray...han," ucap Satria dengan pandangan yang sudah mulai memburam. Dirinya yakin jika ini adalah saatnya dia pergi untuk selamanya.
"TAPI.. TAPI GAK HARUS NGORBANIN NYAWA LO hiks..," teriak Raka dengan penuh emosi.
"I..ni sa-tu satunya ca-ra un..tuk balas ke..baikan lo sa...ma gue. Lo du..lu pernah menyela..lamatkan nya..wa gue.. Dan ini sa..tanya gue membalas kebaikan lo. Maaf Ra..ka gue ha..rus per..gi se..ka..rang."
Raka menggelengkan kepalanya tak setuju dengan perkataan sahabatnya itu.
"Gak! Lo gak akan pergi, lo akan tetap ada disini. Gue mohon lo bertahan!"
"Ra-ka gue be...runtung bisa ja..di sa..habat lo. Ta..pi gue udah gak sa..nggup la..gi. To..long se..lamatkan.. Ray..han, Re..za dan ra..ja. Gue titip adek gue sa..ma lo.. Ra..ka," ucap Satria dengan lemah, penuh harap pada Raka.
"Gue gak bi..sa bia..rin lo pergi gitu aja Satria. Gue gak mau kehilangan sahabat yang selalu ngertiin gue..," ucap Raka yang membuat Satria tersenyum meskipun senyuman itu mungkin menjadi senyuman terakhir dan perpisahan.
"Sat, gue mohon lo harus bertahan."
"Maaf Rak.. Gue ti..tip Re..za pa..da lo. Se..lamat ting..gal...Lo a..kan tetap ja..di sa..habat gue un..ntuk se..lamanya. Inna..lillahi wa..inna lillahi Raji'un,"Ucap Satria bersamaan dengan matanya yang terpejam rapat.
"SATRIA! TIDAK! hiks.. Satria lo jangan pergi!"
Raka berteriak sambil mengguncang tubuh sahabatnya yang sudah tak berdaya itu. Dengan penuh linangan air mata, Raka berharap sahabatnya itu akan membuka matanya kembali.
Namun naas, harapan hanyalah sebuah harapan. Satria sudah tenang di sisi Tuhan. Ia tak akan pernah kembali membuka matanya, tak akan pernah kembali hadir untuk menguatkan Raka ketika ia terpuruk. Tak ada lagi, seorang sahabat yang berhati bak malaikat untuk Raka, ia sudah pergi untuk selamanya.
"Hiks...hiks.. T-thanks Sat, thanks hiks..," isakan tangis Raka begitu keras. Ia sudah tak mempedulikan Edgar yang bahkan dengan tak tahu malunya, tertawa dengan suara yang begitu kencang seolah ia begitu sangat senang.
Benar Edgar memang saat ini sedang berbahagia karena telah membuat Raka merasakan Kehilangan. Dan hal itu memanglah tujuannya, meski sedikit kecewa karena yang harusnya mati itu adalah Raka bukan Satria.
"TERNYATA SEORANG SAHABAT SEJATI MEMANG AKAN SELALU MENGORBANKAN DIRINYA DEMI MENYELAMATKAN SAHABATNYA. CIHH, DASAR BOD*H," ucap Edgar dengan sebuah senyuman misterius.
Raka mengepalkan tangannya kuat, Edgar sangat keterlaluan, padahal Satria itu adalah sepupunya, anak dari adik ibunya. Namun, rasa bersalah pun sepertinya tak di rasakan oleh pria berusia 26 tahun itu.
"HANYA ORANG BOD*H LAH YANG MERELAKAN NYAWANYA DEMI ORANG LA-."
"CUKUP!"
Raka berdiri dengan penuh amarah, dengan tatapan tajam Raka menunjuk wajah Edgar.
"SATRIA BUKAN ORANG BOD*H, DIA ADALAH ORANG YANG BERJASA YANG PERNAH GUE KENAL. JUSTRU YANG LEBIH PANTAS DI SEBUT BOD*H DAN GILA ITU ELO. ORANG MANA YANG DENGAN TEGA NYA MEMBUNUH SEPUPUNYA SENDIRI DAN BAHKAN IA TAK MERASAKAN BERSALAH SEDIKIT PUN. LO NYADAR GAK SIH! SATRIA, SEPUPU LO UDAH PERGI!
DIMANA LO SIMPAN OTAK LO YANG CERDAS ITU, DIMANA HATI NURANI LO, MENGAPA SEMUANYA HILANG HANYA KARENA SUATU MASALAH KECIL. ANAK GUE, RAYHAN DAN TEMAN TEMANNYA LO KORBAN IN DAN SEKARANG SATRIA PUN JADI SASARANNYA. LO SEBENARNYA INGIN APA? APA MENGINGINKAN SEMUANYA MATI, DAN CUMA LO YANG HIDUP DI DUNIA INI! LO KETERLALUAN EDGAR!"
Raka berteriak mengeluarkan semua emosinya. Sampai detik ini pun ia masih tak menyangka jika Edgar mengkhianatinya, kepergian Satria dan putranya beserta teman temannya yang kini sudah terbaring tak berdaya.
Raka saat ini sangat berharap apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan apa yang terjadi ini semua hanyalah mimpi dan tidak akan pernah terjadi. Raka tak akan pernah sanggup berada dalam situasi seperti ini. Hancur dan sakit.
"IA BENAR. APA YANG LO KATAKAN MEMANGLAH KEINGINAN GUE. TAPI HAL YANG PALING GUE INGINKAN ADALAH MELIHAT LO MATI, TAPI SEBELUM ITU GUE INGIN MENYAKSIKAN LO TERSIKSA TERLEBIH DULU. DAN LAGI PULA GUE JUGA MEMBENCI SATRIA KARENA PRIA TAK TAU MALU ITU MALAH LEBIH MEMBELA LO YANG NOTABE NYA HANYA SEORANG SAHABAT KETIMBANG GUE YANG SEPUPUNYA SENDIRI. DAN GUE SANGAT BAHAGIA AKHIRNYA IA PERGI JUGA, MESKI TERNYATA TADI GUE GAK SERATUS PERSEN TEPAT SASARAN," ujar Edgar.
"Lo salah kalo berpikiran Satria lebih milih gue. Satria memilih mana yang benar yang baik, ia gak mau ikut dengan lo karena niat dan perbuatan lo yang jahat. Kalian memang keluarga, tapi Satria tidak memiliki sifat pecundang kayak lo. Yang ingin berbahagia di atas penderitaan orang lain."
Bukannya menyadari akan kesalahannya, Edgar malah mengambil pistol miliknya lalu menembakkan peluru ke arah Raka.
Dorr!
Untunglah Raka dapat menghindar, peluru tak mengenai dirinya. Saat ini Raka harus waspada jika tak ingin nyawa nya yang melayang. Cukup Satria berkorban dan dia gak akan menyianyiakan pengorbanan sahabatnya itu.
"Pintar juga lo ngehindar. Tapi lo gak akan pernah bisa menghindar dalam waktu yang lama. Gue pastiin hari ini juga lo nyusul Satria," ucap Edgar dengan tertawa jahat.
"Kalo emang hari ini takdir gue udah mati, oke fine gue gak masalah. Asalkan gue mati bukan karena lo," ucap Raka tanpa rasa takut sedikit pun.
"Oke. Sebelum ajal menjemput lo gue ingin ngasih sebuah pilihan," ujar Edgar menaruh kembali pistol itu ke saku jas nya.
"Karena keinginan gue itu adalah melihat lo mati dan Dinda akan jadi milik gue. Maka lo harus milih, antara lo nyerahin Dinda secara baik baik dan gue akan nyakitin siapa pun setelah lo mati. Atau setelah lo mati gue akan membunuh semua sahabat sahabat lo, keluarga dan juga orang orang yang pernah mengenal lo. Lalu setelah itu Dinda akan jadi milik gue. Kalo perlu gue bunuh semua orang yang menjadi penghalang cinta gue dengan Dinda."
"Lo pilih mana? Menyerahkan Dinda tanpa ada korban atau lo tetap mempertahankan Dinda tapi setelah itu orang orang yang lo sayang akan jadi korban berikutnya?" tanya Edgar memberikan pilihan yang sulit untuk Raka.
"Lo bukan Tuhan yang bisa menentukan takdir seseorang."
"Tinggal lo jawab apa susahnya sih. Gue kasih lo waktu satu menit. Kalo lo gak jawab maka lo bakal menyaksikan keluarga dengan sahabat lo mati di depan mata lo sendiri," ucap Edgar mutlak.
22 februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayhan Story
ContoIni kisah seorang anak laki-laki, yang bernama Rayhan. Lebih tepatnya, Rayhan Saga Febriano. Anak laki-laki itu kini telah genap berusia empat belas tahun. Sudah cukup besar untuk mengerti bagaimana perjalanan hidupnya selama tujuh tahun terkahir in...