"udah udah. Tidur gak? " ancam Chiko
"gamau ah" elak Acha
"tidur Cha" bujuk Chiko
"gamau ihh" Acha memberengut kesal
"lo ga tidur gue pulang" ancam Chiko
"iya iya. Marah marah mulu, cepat tua mampus" gadis itu mencibir, menarik selimut hingga menutupi kepala
Tak lama nafas teratur terdengar dikeheningan kamar Acha. Chiko memperbaiki posisi selimut yang dikenakan oleh Acha agar tak menutupi muka gadis itu sepenuhnya yang akan mengganggu pernafasan. Ia berdiri, melangkahkan kaki menuju pintu kamar, keluar dari kamar Acha
"Do?" pegangan di pundak Chiko dari arah belakang membuatnya terlonjak kaget
"eh mommy? "
"Acha udah tidur? " tanya Meta
"udah mom. Mommy ga tidur? "
"ahh baru jam segini, gampang mommy mah. Kamu mau tidur sini Do? Kalo mau, tidur di kamar Gentral gih"
"ah. Nggak mom. Aldo belom nyiapin perlengkapan buat camping besok. Kalo gitu Aldo balik dulu mom " Chiko menyalimi tangan Meta
"makasih ya udah bantu anak gadis mommy yang ribet itu"
"santai aja mom"
*
Suasana SMA Pancasila sudah bisa dikatakan ramai. Padahal jam masih menunjukkan pukul 6 kurang 15 menit. Untuk kali ini Acha diantar oleh Elang. Jangan lupakan Chiko tentunya
"jangan macem macem pas disana Cha" ujar Elang memberi peringayan
"aman aja piii, jangankan di hutan lembah yang lebat. Di tengah gurun padang pasir aja Acha bisa survive" Acha membalas tak lupa dengan cengingirannya
"jangan aneh aneh, jangan pecicilan, jangan ngerepotin" Elang mengelus perlahan rambut putri satu satunya itu
"Do. Papa nitip acha"
"aman aja pa. Tanpa papa suruh juga selalu Aldo jaga " Elang memegang pundak Chiko menepuknya pelan
"kalo nakal jewer aja kupingnya" receh Elang seraya menatap Acha yang cemberut
"udah. Tuh udah pada ngumpul. Berangkat gih. Jangan aneh aneh" Acha dan Chiko menyalimi tangan Elang
*
"Cha" suara Rena membuat pemilik nama menghampiri gadis dengan rambut yang ia ikat menjadi satu.
Di kursi belakang yang mereka tempati sudah ada Gilang disusul oleh Chiko yang duduk di sebelahnya. Selang beberapa detik kemudian. Bus mereka telah penuh. Pak Bambang menjadi penangguung jawab bus 1
Pria paruh baya itu mulai mengabsen satu persatu siswa yang berada di bus 1. Setelah usai melakukan absensi, bus mulai berjalan.
"Cha. Lo kenal Rafi? " tanya Rena
"Rafi? " heran Acha
"iya. Rafi anak SMA Perdana" Acha menggeleng
"ya ampun. Masa lo gatau. Akhir akhir ini dia tenar banget di sekolahnya. Nih nih. Lo wajib liat" Rena memperlihatkan akun sosmed milik Rafi
"terus? " tanya Acha
"ganteng banget tau. Dia baru aja pindah ke SMA Perdana udah jadi terkenal aja"
"apa sih lo! " Rena mendengus, menatap garang Gilang yang dari arah belakang baru saja menjitak kepalanya
"gosip mulu, gibah terus. Inget dosa. makin tua bukannya makin bener"
"serah gue dong. Toh. Mulut juga mulut gue. Sewot betul gue liat!"
"ngningetin doang si" ujar Gilang membela diri
"Heh. bilang aja lu cap- " perdebatan mereka terhenti akibat Acha yang tiba-tiba mual
"Cha. lo gak papa ?" Tanya Chiko
Acha menggeleng seraya menutup mulutnya
"Ren pindah dulu dong" ujar Gilang dengan bermaksud agar Chiko gampang untuk mengurusi Acha
"Gue pindah duduk sama lo hel-"
"Ren liat lihat kondisi jangan kayak bocah" Rena terbungkam. Gadis itu berdiri, bertukar posisi dengan Chiko yang menyebabkan duduk bersama Gilang
"Minyak kayu putih dong" ujar Chiko
Rena membuka tas ranselnya , menyondorkan minyak itu pada Chiko. Chiko memberikan bantal leher yang ia bawa kepada Acha, meraih kepala Acha agar bersandar di pundaknya. Ia menggosokkan telapak tangannya yang telah dituangkan minyak, lalu menggosok kan pada tangan dan tak lupa mengusapkan perlahan di pelipis gadis disampingnya.
"Ac Acha pu shing" lirihan lemah Acha membuat Chiko merutuki dirinya
Ia lupa jika Acha tak tahan dengan perjalanan menaiki bus disertai suara bising yang mengganggunya, seharusnya tadi ia membawa earphone atau sejenisnya agar Acha tak mendengar suara keributan di dalam bus
" tidur ya" suruh Chiko pada Acha
Acha mengangguk pelan seraya memejamkan matanya. Chiko mengelus kepala Acha yang ada di pundaknya, menatap wajah damai gadis itu. Suara bising di dalam bus mulai reda lantaran satu persatu beserta camping mulai tertidur. Chiko menyandarkan kepalanya di atas kepala Acha. perlahan rasa kantuk nya menyerang , ia mulai menyusul Acha menjelajahi alam bawah sadar.
*
Masing-masing peserta mulai turun dari bus. Udara khas dedaunan terhirup oleh hidung mancung Acha. Mereka mulai berkumpul di sebuah lapangan yang tak begitu luas
"baik anak-anak sebenarnya kita belum sampai, nanti kita semua akan masuk ke dalam hutan dipandu oleh petugas yang menjaga hutan ini dan ingat jangan ada yang berpencar , kita sekarang berada di wilayah yang bukan tempat kita. Jangan melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. berkumpul sesuai kelompok. Perkelompok akan dijaga oleh pj masing-masing "ujar pak Bambang selaku pembina camping
Ia menjelaskan kepada para siswa, mereka semua berbaris menjadi satu banjar. Di paling depan, sudah ada petugas penjaga hutan dengan seragam khasnya. Mereka mulai berjalan memasuki hutan secara teratur
"Chiko"
"kenapa Cha" Chiko menyaut dari belakang Acha karena hanya diperbolehkan berjalan 1 banjar
"hutannya kok serem"
"ya mana gue tau"
"Ih Chiko, Acha takut"
"kan gue di belakang lo"
" tetep aja"
" jalan aja terus Cha, gue gak kemana-mana gua liatin terus nih. Biar lo gak ilang" hening tak ada sautan dari Acha
Mereka sampai di tempat camping. Di tengah hutan yang cukup untuk membangun tenda tenda seluruh peserta camping. Para siswa sudah diperintahkan untuk membangun tenda masing- masing
" kalian pada bisa buat tenda kan?" tanya Chiko
"santai. Gue gini-gini anak puncak, tahu segala pendirian tenda" ujar Panji
"Songong bet lo. Gue aja yang menang juara satu pembangunan tenda aja ga sombong " Gilang menepuk dadanya kuat
"Ga percaya gue" ujar Rendy menatap Gilang selidik
"Yaudah" Gilang memutar bola mata malas
"Iya kah? Kapan?" Tanya Tian memastikan
"Dulu sih pas SD. Tapi jangan salah, dedikasi gue waktu itu sangat besar. Bantu pegangin tiang" ucapan Gilang mendapat sorak dari kelompoknya
"ya udah gue mau bantu anak cewe dulu" ujar Chiko yang lelah mendengar perdebatan tak penting temannya
" siap " jawab semua yang tengah fokus pada pendirian tenda mereka
.
.
.
.
.
.
.
Thanks for reading
I hope you want participation for my story
Don't forget voment guys
1 star your gife. Make me happy
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bestfriend
Teen FictionNatasya Crasandra Pricilla Gadis blasteran Amerika-Indonesia. Kerap di panggil acha, cewek yang manjanya naudubillah, gabisa diem, pecicilan, memiliki sahabat yang selalu kemana mana bersama, sama halnya perangko. Dimana ada Acha, disitu ada Chiko...