tigapuluhlima

1.4K 57 2
                                    

Acha duduk di kursi meja makan. Ia meraih buah karena sadar belum makan siang tadi karena sibuk memikirkan Chiko yang akan menjemputnya dari rumah Bimo

Ia berencana akan makan setelah pulang dari rumah Bimo. Namun ia tertidur akibat kelelahan menangis terlalu lama

Acha meraih apel yang ada di tengah meja makan. Ia menggigit apel itu pelan. Kerongkongannya perih, meskipun ia telah ia minimalisir dengan meminum air

"CHAA" Chiko berteriak panik mencari Acha dimana mana

Lelaki itu berjalan menuju dapur karena ia belum memeriksa dapur.  Terlihat Acha yang duduk di kursi dengan santainya memakan buah apel

"gila lo! seberapa panik gue  liat lo gaada di kamar. Baik baik aja gue liat liat" Chiko mendekat. mengerutkan alisnya menatap Acha yang tengah memakan apel dengan sangat perlahan

"belom makan?" tanyanya, pemuda itu duduk dikursi samping Acha berada

Acha menggeleng yang mendapat pelototan mata dari Chiko

"orang gila, mau gue bikinin bubur ga?" Acha menggeleng

"terus mau apa?" Tanya Chiko, pemuda itu mengangkat tangannya, menempelkan di dahi Acha

"lo demam?" Acha menggeleng lemah 

"ini Acha sakit" gadis itu memegang lehernya

"radang ya?, gue bikinin bubur deh ya" Chiko berdiri, menghampiri tempat untuk memasak

"ih nantii siapa yang makan, Acha lagi ga mood makan bubur" gadis itu meletakkan apel yang baru ia gigit 3 kali, tak ada jawaban dari pemuda yang tengah sibuk berkutat dengan alat masak di tangannya 

Chiko meletakkan semangkuk bubur beras kesukaan Acha. Dering telpon dari ponselnya berbunyi, pemuda mengangkat telpon, berjalan menjauhi Acha menuju ruang keluarga 

Acha berdecak kesal. Chiko bahkan lupa mengambilkannya sendok. Gadis itu berdiri, kepalanya seperti berputar. Ia mencoba berjalan perlahan

Gelap

*

"kak Acha mana bang?" Aldi berjalan menghampiri abangnya dengan tatapan bertanya tanya

"di meja makan lagi makan, liat aja" Chiko kembali berbincang dengan seseorang dari seberang telepon

Aldi berdecak. Meninggalkan sang abang yang sudah seperrti orang gila yang tengah tertawa tawa 

"kak Acha mana?" heran Aldi saat melihat ruang makan kosong, hanya terdapat semangkuk bubur diatas meja

Mata Aldi membelalak melihat tubuh seorang gadis terbaring di lantai. Aldi berlari menuju Acha yang tengah tak sadarkan diri. Aldi memegang dahi Acha memeriksa keadan gadis itu

"ini panas banget gila. ABANGGG ABANGGG TOLONGINNNN" Aldi panik bukan main. Ia berteriak memanggil Aldo yang terkejut akibat teriakan dari adiknya itu

Chiko menuju sumber suara, pemuda itu berari mengetahui Acha tengah terbaring tak sadarkan diri

"Cha, Acha, Cha" pemuda itu menepuk pelan pipi Acha yangn terasa sangat panas

Tanpa berlama lama lagi. Chiko membopong tubuh kecil Acha menuju kamarnya tak lupa berpesan pada Aldi agar membawakan semangkuk bubur diatas meja beserta minumnya

Chiko membaringkan Acha secara perlahan. Mengapa dari tadi ia tak sadar?, sudah berapa lama Acha pingsan?. Chiko menepuk dahinya, sambungan teleponnya dengan Berlian belum mati sedangkan ponselnya ia letakkan sembarangan diatas meja makan

"Di gue ambil hp dulu, telppon mama Di" Aldi mengangguk mengiyakan

"Halo ma"

"...."

"Ma. Kak Acha pingsan, gatau ini harus apa" 

"....."

"ada kok ada. Abang lagi ke bawah ambil hpnya barusan bopong kak Acha ke kamarnya"

"......"

"Kak Acha badannya panas banget"

"......"

Sambungan telepon terputus. Chiko menghampiri dengan baskom berisi air di tangannya, mengambil handuk kecil di lemari Acha

"ada ada aja ni bocah" Chiko meletakkan lipatan handuk yang telah basah. Aldi yang masih berdiri memutuskan untuk mencari minyak kayu putih 

"bang, obat obatan kak Acha dimana?" tanya Aldi seraya menyapu pandangan keseluruh ruangan

"itu disana di pojok" Aldi mengambil minyak kayu putih. Mengolesi tangan dan kaki Acha dengan minyak beraroma itu

Sinta datang. Chiko meraih dan menyingkirkan handuk kecil diatas dahi Acha, membiarkan sang mama memegang dahi gadis itu guna memeriksa demamnya

*

Sinta memegang dahi Acha untuk kesekian kali. Memastikan keadaan gadis itu, demamnya mulai turun. Jam menunjukkan pukul 8 malam, yang dimana biasanya waktu keluarga mereka makan malam

Sinta berpesan beberapa hal kepada anaknya, lalu meninggalkan rumah Acha karena harus menyiapkan makan malam. Aldi yang hendak menemani Chiko menjaga Acha urung akibat omelan dari abangnya itu

"kalo ada apa apa kabarin loh yaaa" Aldi tak tau apa yang terjadi diantara Acha dengan abangnya. Namun ia bukan sosok bocah cilik yang tak tau menau bahwa abangnya cukup memiliki jarak dengan gadis yang terbaring lemah saat ini

Aldi menghembuskan nafas kasar. Ia jadi bingung sendiri memikirkan ada masalah apa abangnya itu. Dari 2 hari yang lalu abangnya menyuruhnya mengantar Acha ke sekolah. Namun kemarin ia benar benar tak bisa. Aldi memutuskan untuk segera pergi menyusul sang mama

Chiko meraih tangan mungil Acha. Menggenggam, mengelus perlahan menggunakan ibu jarinya. Pemuda itu termenung, bahkan Acha pingsan ia tak sadar

Chiko merutuki dirinya. Padahal masih dalam satu rumah, bisa bisanya ia tak menyadari kondisi Acha yang jauhh dari kata baik baik saja dan malah meninggalkan gadis itu sendiri di ruang makan sedangkan dirinya asik berbincang dengan Berlian diseberang telepon

Perasaan bersalah menguasai hatinya. Pemuda itu memejamkan mata, membawa genggaman tangannya pada tangan Acha ke mulutnya. Menciumi pelan tangan gadis itu. Beribu kata maaf terucap dalam hatinya

"Maafin gue ya Cha. Gue goblok banget ya gue?. Bangun dong. Udah berapa lama lo tidur? Lo belum makan kan? Ayo bangun. Makan dulu. Baru minum obat. Gue suapin. Bangun ya" Chiko mencium berkali kali tangan Acha di genggaman tangannya

Rasa bersalahnya merajai di hatinya saat ini. Bodohnya dia

.
.
.
.
.
.
.
.
Iya author tau Chiko bodoh
Jangan di buly ya. Nanti dia ngambek gamau maen
Wkwk
Satu kata deh buat Chiko. Komen sini ni 👉
Thanks for reading
Don't forget voment

Just BestfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang