"aw" Acha tiba tiba berteriak membuat chiko dan aldi yang terdiam tersentak kaget"Cha? " "kak? "
Acha memegangi perutnya. Meremas dengan kuat. Aldi dan chiko yang duduk di karpet bulu bawah berdiri menghampiri Acha yang meringis dengan air mata yang menetes di sofa
Chiko memegang tangan Acha agar Acha tak meremas perutnya dengan kuat. Aldi berlari menuju dapur
"mommy. Kak Acha sakit"
"tanggal berapa sih sekarang? " tanya Chiko. Ia membuka layar hpnya melihat tanggal
"pantes. Tanggal 20" Meta dan Aldi berjalan tergesa menghampiri Chiko dan Acha
"Aldo. Tolong bopong Acha ke kamarnya" tanpa di perintah 2 kali. Chiko membopong Acha menuju gadis itu
Getaran ponsel dari saku chiko berulang terus menerus. Chiko meminta ijin mengangkat panggilan pada Meta. Ia berjalan menuju balkon kamar Acha
"halo? Kenapa ma? " tanya Chiko
"...."
"iya. Aldo sama Aldi masih di rumah Acha"
"...."
"benerann? Harus sekarang? Acha sakit ma"
"..."
"biasaa ma. Tanggal 20 sekarang"
"...."
"oke. Aldo sama Aldi pulang"
"...."
"Aldo oke kok ma. Gapapa" ujar Chiko meyakinkan. Walaupun dalam hati ia sendiri merasa tak yakin
"....."
Tut
Chiko menghela nafas kasar. Ia memasuki kembali kamar Acha. Acha sudah tak merasakan kesakitan. Namun wajah lemasnya masih terlihat
"kenapa Do? " tanya Meta
"ini. Aldo sama Aldi di suruh pulang sama mama. Soalnya di telpon sama oma kalo keuarga besar ngumpul mom" Chiko mengatakan dengan nada tak enak hati
"yaudah kalo gitu pulang aja gih" ujar Acha dengan nada lemasnya
"tapi Cha-"ucapan Chiko terpotong oleh ucapan dengan nada tajam milik Acha
"balik Chiko! Kalo nggak. Acha gamau ngomong sama Chiko" meta menggeleng dan beranjak pergi membiarkan putrinya menyelesaikan masalahnya sendiri
"lo sakit Cha" bantah Chiko
"Acha sehat Chiko. Kalo Chiko mau Acha maafin. Pergi sekarang" usir Acha. Ia mengalihkan pandangannya pada Chiko
Aldi berdiri kikuk
"oke gue harap lo baik baik aja. Kalo ada apa apa jangan lupa kabarin gue" ujar Chiko final
"gue balik dulu" Chiko berjalan keluar kamar
"Aldi? " tanya Acha saat melihat Aldi yang menunduk
"maafin Aldi yang tadi ya kak" ujar Aldi tanpa menatap Acha, ia tetap menunduk
"gapapa. Asal ada syaratnya" ujar acha tersenyum mistis
Glek
Mampus. Siaga 3
"a a aapa? " tanya Aldi takut takut
"kenalin Diandra ke Acha! Wajib" ujar Acha heboh
"d d Diandra siapa? " ujar Aldi gugup
"Diandra siapaaa yaaaa" Acha pura pura berpikir untuk menggoda Aldi
"a a Aldi gapunya temen yang namanya Diandra" ujar Aldi
"gapunya temen yang namanya Diandra tohhhh"
"iiyaa"
"oiya kan bukan temen tapi pac-" belum selesai Acha mengatakan kata pacar Aldi memotong
"BANGGG. TUNGGUIN ALDIIII" Aldi berteriak berjalan cepat menuju pintu
"KAKKKK ALDI BALIK YA. UDA DI TUNGGUIN ABANG MAMA SAMA PAPA. DADAH. CEPET SEMBUH" Aldi keluar dengan tergesa. Tak lupa menutup kembali pintu kamar Acha
"ngaku punya pacar aja gengsinya selangit hihhihi" Acha menggeleng gelengkan kepalanya
Pintu kamar Acha terbuka. Menampilkan sosok cinta pertamanya. Pahlawannya. Dan separuh jiwanya. Pria paruh baya dengan rambut yang mulai di tumbuhi rambut putih
"papaa? " heran acha
Lelaki itu berjalan menuju kasur putrinya
"papa gak di pecat kalo setiap Acha sakit pulang lebih awal?" tanya Acha
"siapa sih yang berani mecat papa? Kalo perusahaannya aja punya papa" ujar Elang dengan santai
"tebak apa yang papa bawa?"
"martabak telur sama martabak manis? " tebak Acha
Sebenarnya Acha tak tau. Ia menebak 2 makanan itu karena ia tengah menginginkannya. Elang menunjukkan 2 kantong plastik di balik badannya
"EH BENER? GILAA GILAA GILAA. ACHA PERAMAL. OMAYGATTT MOMMY. ANAKMU INI BISA MERAMAL" histeris Acha yang membuat Elang menutup telinga
Acha menatap binar 2 plastik yang ada di tangannya
*
Seorang gadis menggeram kesakitan. Ia mencengkram perutnya dengan kasar. Jam menunjukkan pukul 5 dini hari. Ingin rasanya ke kamar mandi. Namun, rasa malas menggerogoti tubuhnya
Tok tok tok
Cklek
Tubuh tegap seorang pemuda terlihat jelas.
"Cha" Chiko melangkah menghampiri Acha yang meringkuk
"kok Chiko datang? " tanya Acha yang menahan rintihannya
"mana tega gue disana seneng seneng tapi lo disini kesakitan. Ya gue ijin balik duluan lah" Chiko duduk di pinggiran kasur Acha, mengelus punggung Acha yang tengah meringkuk dengan pelan
"tapikan acara keluarga Chiko lebih penting"
"yang penting gue udah dateng kemaren" entengnya
"emang ga capek bolak balik bandung jakarta?"
"biasa aja" terlihat biasa saja. Namun bandung jakarta bukan jarak tempuh yang sangat dekat untuk Chiko tempuh dengan waktu singkat. Pemuda itu rela membawa motor tanpa ikut dalam mobil hanya untuk balik duluan menemani Achanya
"masih sakit? " tanya Chiko
"uda lumayan si"
"bentar. Gue buatin teh anget dulu"
Gadis itu sudah tak meringis kesakitan. Chiko menjadi salah satu penawar baginya. Ntah kenapa dari dulu ia merasakan kelegaan saat ada chiko di sisinya
4 tahun berturut turut sejak ia pertama kali kedatangan tamu bulanan. Tak pernah ia lalui tanpa Chiko di hari hari dilepannya. Toh. Chiko juga tak ingin meninggalkan Acha yang kesakitan sendirian karna tamu bulanannya. Bahkan jika bisa. Ia ingin menggantikan kesakitan yang di rasakan oleh Acha
Chiko memberikan hpnya pada acha. Lalu beranjak membuatkan teh hangat untuk gadis itu. Acha membuka aplikasi instagram milik cowo itu. Jangan ragukan berapa banyak followers yang cowok itu miliki
Beratus dm masuk pada akun sahabatnya. Ia mulai menjelajahi, ntah itu ada yang hanya say hallo, say hi, bertanya kabar. Bahkan ada yang mengirim link t*k t*k dengan harapan agar Chiko mau ngonten dengansi pengirim. Acha menatap sebal, jangankan dengan dia. Dengan Acha saja Chiko tak mau
Huftt
Hampir semua yang nge dm rata rata perempuan, namun tak ada satupun yang Chiko buka kacuali milik teman terdekatnya
Acha membuka snapgram milik Chiko. Membuat story boomerang yang hanya menampakkan rambut panjangnya saja
Tired:( begitu captionnya
.
.
.
.
.
.Jangan lupa vomenttt
Thankssss
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bestfriend
Teen FictionNatasya Crasandra Pricilla Gadis blasteran Amerika-Indonesia. Kerap di panggil acha, cewek yang manjanya naudubillah, gabisa diem, pecicilan, memiliki sahabat yang selalu kemana mana bersama, sama halnya perangko. Dimana ada Acha, disitu ada Chiko...