Acha menggenggam tangan Chiko dengan mata berbinar binar seakan akan matanya dapat mengeluarkan sinar yang lebih terang dari pada lampu jalanan
"mau apa dulu?" tanya Gilang. Gilang? Yap. Mereka mengajak Gilang dan Rena agar ikut serta dalam rangka merayakan hari libur mereka. Yaa... Meskipun hanya satu hari. Yang penting libur!
Untung saja, Gadis kepala batu itu luluh setelah rayuan maut agar membatalkan niatnya untuk belajar memasak dan memilih pergi ke Dufan
"Acha mau naik lollercoster" hebohnya langsung menarik lengan Chiko agar mengikutinya. Chiko menarik Acha
"yakin? kemaren katanya takut" tanya Chiko memastikan
"semalem Acha udah nyiapin mental. Jadi sekarang sudah sangat teramat siap menaiki wahana ekstrem itu" ujar Acha dengan semangat membara melihat beberapa rang berteriak yang sedang menaiki wahana lollercoster yang diinginkan oleh Acha
"oke" ujar Chiko tanpa pikir panjang dari pada gadis itu akan merengek seharian disini
*
Chiko memijat tenguk belakang Acha dengan harapan agar membantu lebih memudahkan gadis itu mengeluarkan apa yang ingin perutnya keluarkan
"udah?" tanya Chiko
"bel-huek"
"lo sih. Gue bilang juga apa. Ga-" ucapan Chiko terpotong
"apa! Chiko bilang oke oke aja kok tad-huekk uhuk uhuk" Chiko tetap setia memegang tenguk belakang gadis itu
"Chiko. Perut Acha perih" rengeknya
"udah selesai? " Acha mengangguk
Chiko memapah tubuh Acha menuju area makanan. Lantaran ia tak tega melihat wajah pucat gadis itu
"mbak" panggil Chiko pada seorang pelayan restoran yang tengah melintas
"iya kak. Mau pesan apa? "
"nasi goreng seafood 2, milkshake 1, frapucino 1" ujar Chiko tanpa bertanya pada Acha. Karna memang ia menghafal hal hal yang di sukai sahabatnya itu
"nasi goreng seafoodnya pedes ?" tanya pelayan cafe itu
"gak" "iya" ujar Chiko dan Acha bersamaan
Terlihat raut bingung si pelayan
"maaf saya ulangi. Nasi goreng seafoodnya pedas? "
"gak" "ya" lagi. Jawaban mereka berbeda
"owalah. Satu pedes satu nggak? "
"nggak" "iyya" lagi. Pelayan itu memutar bola mata
"mbak. Mas. Tolong yang bener yang mana? " tanyanya jengah
"yang satu pedes yang satu nggak bak" ujar Acha yang di hadiahi tatapan tajam oleh Chiko
"apaan lo. Gak mbak. Gak pedes 2 udah sana mbak cepetan" usir Chiko
"ih. Chiko apaan sih" protes Acha saat pelayan restonya telah pergi
"lo yang apaan. Bayangin lambung lo kosong. Lo punya maag. Dan lo langsung mau makan makanan pedes? stres" cerocos Chiko yang membuat mulut Acha terkatup
Pesanan sudah datang. Acha melahap makanannya dengan rakus
"jhanghan luphwa nantwi mamphir ke thamwan dekwet khomplek. Es kwirim di sitwu enwhak "
"telen dulu baru ngomong yang bener "
"jangan lupa nanti mampir ke taman deket komplek. Es krim di situ enak"
"yaelah. Masih inget aja nih bocah" batin Chiko
"iya iya"
Mereka makan dengan khidmat melupakan bahwa ada 2 orang yang tertinggal diantara mereka
*
Acha melihat sekeliling dengan mata berbinar untuk ke 2 kalinya. Ia menggandeng tangan Chiko dengan semangat. Tingkah yang sama di tempat yang berbeda
Gadis itu menarik lengan Chiko dengan loncatan loncatan kecil. Ntah kemana perginya Gilang dan Rena. Acha tak peduli. Yang terpenting adalah ia akan mendapatkan es krim yang sedang ia incar
" Chiko Acha mauuu" ujarnya dengan mata berbinar seraya menunjuk segerombol anak yang mengerubungi gerobak es krim yang ia dambakan
Mau tak mau Chiko berjalan menuju pedagang es krim itu untuk membelikan es krim yang Acha mau. Dari pada ia harus mengajarkan gadis itu memasak?
"kok satu? " tanya Acha cemberut saat melihat Chiko mendekatinya dengan satu es krim di tangannya
"yekk. Siapa juga yang mau ngasih ke lo sih" Chiko menjulurkan lidahnya
Acha semakin mencebikkan bibirnya. Ia benar benar sangat ingin mencakar wajah tampan Chikonya
"aaaa. Chikooo jahatt bangett???!" Acha menarik lengan kaos pendek berwarna hitam yang di kenakan Chiko. Lalu menjambak rambut Chiko kuat kuat
"woiii woii woii sakit chaaa. Cha. Sakit woi" Chiko mencoba untuk melepaskan tarikan tangan acha pada rambutnya. Semakin Chiko mencoba melepaskan tarikan tangan Acha pada rambutnya. Semakin kuat Acha menjambaknya
"Chiko jahat. Chikoo. Nyebelin banget??" Acha semakin menarik jambakannya dengan sekuat tenaga
Kandas. Es krimnya kandas. Acha seketika terdiam menutup mulutnya yang menganga. Chiko memplototkan matanya kepada Acha. Pemuda itu menarik nafas dalam dalam
"maaf" ujar Chiko pada gadis di depan mereka
Acha masih tetap mematung. Chiko berlari membeli tisu kering dan tisu basah di pedagang yang ada di dekat mereka. Meninggalkan Acha yang masih mematung dengan wajah shoknya
Matanya melihat seorang gadis cantik di depannya, yang saat ini tengah membersihkan bajunya yang terkena es krimnya. Tidak tidak. Bukan miliknya. Namun milik Chiko, yaa milik Chiko
" ehem" dehem perempuan itu masih saja tak membuat Acha tersadar. Gadis itu menatap acha yang masih mematung
Cantik. Satu kata di benak acha. Gadis itu cantik. Dengan kulit putih mulus dan rambut sepunggungnya yang di gerai tak lupa bando dan dres pink softnya yang membuatnya semakin terlihat anggun dan feminim
Acha tersentak. Tersadar dari keterdiamannya. Lalu ia melihat penampilan yang saat ini ia kenakan. Training kedodoran milik Chiko berwarna hitam dan hoodie yang begitu besar berwarna hijau army yang seakan menenggelamkan tubuh mungilnya
Hoodie siapa lagi jika bukan milik Chiko? Dan tak lupa sepatu putih miliknya dengan rambut yang ia cepol asal asalan. Acha merasa menjadi babu seorang princes yang ada di depannya jika di gambarkan bagai di negeri dongeng
Acha menepuk pipinya pelan. Seakan tersadar
"maaf maaf. Aduh. Maafin Acha. Acha gak sengaja sumpah. Beneran deh. Acha gak sengaja" Acha menunjukkan 2 jarinya membentuk tanda peace dengan cengingiran khasnya
Perempuan itu tersenyum kikuk
"emmm. Ga papa kok santai" seperti melody yang menari nari. Seperti bunyi gugur bunga sakura di musim gugur. Seperti hujan yang turun dari langit. Oke lebay. Suaranya lembut seakan menyihir orang yang mendengarnya. Oke ini juga lebay
Chiko datang dengan menenteng kantong plastik kecil di tangannya. Ia menarik lengan perempuan itu dan membawanya ke kursi yang ada di area taman. Kursi terdekat di sekeliling mereka
Acha mengikuti mereka berdua dari belakang. Bagaikan anak ayam yang tengah mengikuti induknya dari belakang. Sial. Acha memaki dalam hati. Pasalnya, Chiko memilih tempat yang hanya cukup di tempati 2 orang saja
.
.
.
.
.
.
.
.
Voment
Voment
Voment
Gratis
Gaperlu bayar
Hargai
Plis
Yang ngetik cape
Tapi tetep aja semangat buat ngarang cerita
Thank
Pencet bintang ya sayang:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Bestfriend
Teen FictionNatasya Crasandra Pricilla Gadis blasteran Amerika-Indonesia. Kerap di panggil acha, cewek yang manjanya naudubillah, gabisa diem, pecicilan, memiliki sahabat yang selalu kemana mana bersama, sama halnya perangko. Dimana ada Acha, disitu ada Chiko...