Bagian 20

29.9K 1.7K 56
                                        

Selamat membaca

•••

"Raffa-- ini kenapa gak ilang-ilang sih." Lirih Nita mengosokan lehernya dengan kedua tanganya.

Di depan cermin Nita berusaha menghilangkan bekas merah keunguan yang tertampang di lehernya.

"Lo tunggu aja seminggu," jawab Raffa santai.

Nita menoleh ke belakang mendapatkan Raffa yang sedang mengetikan sesuatu di laptopnya.

"Lo kasar banget sih! Kenapa leher gue sampe begini, lo apain!"

Raffa yang mendapatkan teriakan Nita pun langsung menoleh cepat ke arah Nita, Raffa bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah Nita dengan kedua tanganya yang di masukan ke dalam saku celanannya.

"Gue apain lo coba?" Tanyanya.

"Semalem," cicit Nita.

Jujur sebenarnya Nita juga sangat malu mengigat kejadian tadi malam.

"Lo yang mancing gue duluan," balas Raffa acuh.

Nita menatap Raffa sinis, kini sekarang tatapan dirinya mengarah ke arah leher Raffa yang mulus tanpa ada bekas merah di lehernya.

Nita berjalan pelan ke arah Raffa dengan tatapan nakal. Dirinya langsung menarik kerah kemeja baju Raffa membuat Raffa mendekat ke arah dirinya.

Nita langsung mencium sedikit mengisap leher Raffa dengan perlahan, membuat Raffa menahan desahan kecil.

"Ah-Lo apa-apaan sih! Lepas!" Ucap Raffa dengan lenguhan kecil.

Bukannya Nita menjauh dari Raffa, justru Nita semangkin gencar memeluk leher Raffa dan menyembuyikan wajahnya di cengkuk leher Raffa.

Hisapan yang Nita buat kini berpindah ke bahu Raffa, sebenarnya Nita tidak tau cara membuat leher orang merah dan membekas, tapi sekarang dia mengikuti cara yang Raffa buat tadi malam.

Setelah bangga dan selesai dengan karya yang Nita buat di leher serta bahu Raffa, kini Nita menjauhkan dirinya dari Raffa dan menatap Raffa dengan tatapan menang.

"Satu sama," ucap Nita sambil tersenyum geli.

"Argh! Gue mau ngampus Nita!" sentak Raffa melihat lehernya mengunakan cermin yang terpasang cantik di kamar Raffa.

"Gue juga," balas Nita.

Raffa menatap nita geram, "Lo kan besok!"

"Kata lo, ilangnya seminggu, jadi besok pasti masih ada." ucapnya yang membuat Raffa bukam.

Raffa memutarkan bola mata malasnya dan langsung mengambil Tasnya serta laptopnya dan pergi meninggalkan Nita yang tersenyum jail.

"Berasa vampir gue" guman Nita terkekeh geli lalu menyentuh bibirnya.

••


Hari mulai Gelap, Nita terus berdiri di balkon kamarnya melihat ke arah gerbang rumahnya, menanti kepulangan Raffa dari kampus.

Nita mengigit bibir bawahnya, merasa khawatir dengan keadaan Raffa, kenapa Raffa belum juga pulang, seharusnya kelasnya bukan selesai siang, tapi kenapa sekarang juga belum pulang.

Nita berjalan ke arah narkas mejanya, dirinya meraih ponselnya dan mengetikan kontak seseorang.

Raffa dimana?

Sebenarnya Nita ogah ogahan mengechat seseorang itu, tapi apa boleh buat jika dirinya membutuhkan info tentang suaminya.

Tidak lama kemudian Nita menerima balasan itu, matanya langsung membulat di saat membaca pesan itu.

089....

Lagi sama aku, kamu gak usah khawatir.

Nita mengeram marah, dirinya langsung melempar ponselnya, dirinya langsung menutup jendelannya dan berjalan ke luar rumahnya.

1 jam lebih. Nita menunggu kembali Raffa, bisa bisanya Raffa santai sama keberadaannya, dan tidak memikirkan perasaaan Nita.

Nita menoleh ke arah samping, dimana Raffa berjalan ke arahnya sambil menenteng tas laptopnya.

"Bagus! dari mana aja lo hah?" tanya Nita menahan amarahnya.

Raffa memandang Nita sekilah lalu kembali berjalan menghiraukan Nita.

Nita yang kesal pun langsung menarik lengan Raffa. Membuat Raffa menoleh ke arahnya.

"Kenapa?" tanyanya.

Nita menatap sinis Raffa, "lo tanya kenapa?"

"Bisa- bisanya lo jalan berdua sama tuh cewek, terus lo bilang kenapa? Lo nggak tau apa, kalo gue nungguin lo pulang dari tadi, sampai gue pikir lo kenapa-napa. Tapi apa? Ternyata lo malah asik- asikan jalan sama tuh jalang!" sambur Nita mengebu- ngebu.

"Gue nggak pernah minta lo tungguin gue pulang,"

Nita terkekeh pedih. Dirinya pun bego, ngapain juga nungguin pria yang jelas jelas tidak memikirkan dirinya.

"Dan jangan pernah nyebut dia jalang," Lanjut Raffa menatap tajam Nita.

"Owh lo nggak terima? Lo suka iya sama tuh cewek? Sampe betah banget lo deket-deket sama dia, dia udah ngasih apa ke lo?" Tanya Nita dengan sinis.

"Kalo gua suka sama dia kenapa? urusannya sama lo apa?" Tantang Raffa.

Nita kembali terkekeh pedih, air matanya satu- persatu, sudah menetes membasahi pelupuk pipinya.

"Brengsek!!" sembur Nita lalu pergi meninggalkan raffa.

Sedangkan di sisi lain, Raffa diam dengan tangan  meremas brosur, yang dirinya pegang, rencananya setelah Raffa pulang ke rumah, Raffa ingin memberikan ini ke pada Nita.

Tapi setelah Nita menuduh dirinya dan Vina yang engak engak, Raffa jadi malas dan membuang brosur itu ke lantai.

Dirinya berjalan ke kamar sambil mengepalkan tanganya menahan amarah.

"Sialan!"

Bruk.

Raffa berteriak dengan tangan memukul tembok dengan kuat. Padahal Vina hanya mememani Raffa mencari tempat tinggal, atau rumah untuk dirinya dan Nita tempati.

Tapi kenapa Nita harus membuang semua impiannya?

Raffa mendudukan dirinya sambil meremas rambutnya. Dirinya sedikit terisak nangis. Jika rumah tangganya akan selamanya seperti ini, kenapa tidak di akhiri saja. Pikir Raffa.

•••

LANJUT WAK?

Nerd HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang