•••
Matahari terbenam seorang Nita asik terdiam di balkon kamarnya seraya menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Ia masih memikirkan pikiran tadi siang.
Apa harus?
"Papa-- Nita binggung," lirih Nita meremas pagar besi balkonnya.
"Binggung kenapa?" Tanya seorang pria yang tak lain Raffa.
Nita yang mendegar suara Raffa pun langsung menoleh ke belakang, dimana dirinya melihat Raffa dengan satu tangan yang di masukan ke dalam saku celananya dan satu tanganya yang memegang sebuah Brosur.
Nita kembali mengarahkan pandangannya kedepan dan engan mau menatap Raffa terlalu lama.
"Sejak kapan lo disana?" Tanya Nita tanpa menoleh ke arah Raffa.
Raffa yang mendegarkan pertanyaan Nita pun langsung berjalan ke arah Nita dan menyamakan posisinya dengan posisi Nita.
Raffa menyampingkan dirinya di samping Nita, membuat Nita berbalik ke arah Raffa dan menatap Raffa binggung.
Jemari tangga Raffa menyetuh pipi Nita dengan perlahan, membuat Nita menatap dirinya lirih.
Kenapa Raffa harus mempermainkan dirinya? Pikir Nita.
"Lo kenapa?" tanya Nita menatap Raffa penuh arti, tidak biasanya Raffa seperti ini.
Jemari tangan Raffa masih menyentuh pipi Nita dan mengelusnya pelan, "Gue pengen bisa lebih lama sama lo Genita,"
Nita mengerjapkan matanya, tanganya terulur menyentuh pinggang Raffa, mencengkramnya kuat.
"Jangan tinggalin gue," balas Nita pelan.
Raffa tersenyum kecil, dirinya perlahan menjauhkan dirinya dari nita, membuat Nita tersenyum pedih.
"Lo sayang sama gue?"
Nita yang tadinya menunduk pun langsung mendongkak dan menatap Raffa dengan sedu.
"Kenapa lo nanya gitu?" jeda Nita. "Jelas gue sayang sama lo," lanjut Nita.
"Kalo lo sayang sama gue, apa gue boleh minta sesuatu sama lo?,"
"Mau minta apa?" tanya Nita dengan senyumnya.
"Tolong benci gue."
•••
Kicauan burung terdengar di telinga Nita yang baru terbangun dari tidurnya.
Nita terbangun dengan wajah sembab, membuat dirinya malas untuk bangun di pagi hari, jika di perbolehkan untuk tidak bangun, dirinya lebih memilih untuk tidak bangun di pagi ini.
Nita yang masih mengigat perkataan Raffa semalam, membuat dirinya serasa kehilangan semangat hidup, apalagi di suruh membencinya?
Apa harus? Apa harus dirinya membenci Raffa seperti dulu seperti kemauan Raffa tadi malam, apa sikap dirinya sekarang membuat Raffa ilfil dan meminta dirinya untuk bersikap seperti dulu, yang membenci pria itu.
Nita yang baru saja terbangun dari tidur malamnya langsung mengucekan matanya dan duduk di pinggir ranjang, dengan tangan yang terus mengucek matanya yang terasa gatal.
Tangisan Nita kembali terdengar, membuat tangan Nita dengan bruntal membuang bantal serta benda-benda yang ada di atas kasurnya.
"BRENGSEK!!!" teriak Nita sambil melemparkan benda benda yang ada di kasurnya.
Kenapa Raffa mampu membulak baliki isi hatinya? Batin Nita.
Nita memberhentikan aksinya di saat mendegar dengkuran mobil yang memasuki perkarangan rumahnya.
Dengan penuh rasa penasaran itu siapa, Nita bangkit dari duduk dan berjalan ke arah balkon, serta membuka jendela balkon jendela tersebut.
Matanya membulat ketikan melihat mama mertuanya yang tersenyum kepada satpam rumahnya.
Nita buru- buru merapihkan pakaian dan berjalan ke luar rumah. Nita menurunkan anak tangga dengan terburu buru, sesampai di kamar tamu, Nita begitu saja membuka pintu kamar tamu, kamar yang sekarang di pakai Raffa.
Dirinya menghela nafas lega di saat dirinya tidak menemukan Raffa di dalamnya.
Nita menepuk kepalanya, dirinya baru ingat jika Raffa hari ini ada kelas pagi, beda dengan dirinya yang menepatkan kelas siang.
"Asslamuaikum."
Nita menutup pintu kamar Raffa, tidak lupa menguncinya, dirinya berlari ke pintu utama dengan kencang.
"Eh--eh." Nita terjatuh ke bawah membuat jari kakinya terasa gilu. Dirinya tetap bangun dan berusaha bangkit dari jatuhnya.
"Kuat Nita!"
Sesampainya Nita di pintu utama yang masih tertutup rapat, sebelum Nita membuka pintu itu, dirinya menghela nafas lagi dan membuangnya dengan cepat.
"Waalaikumsallam---" balas Nita membukakan pintu itu.
Nita dan wanita paru bayah sambil tersenyum di saat mereka saling melihat.
Nita langsung memeluk Santi. "Mama--"
"Aduhhh mantu Mama yang cantik," balas Santi mengelus punggung Nita.
"Ayok mah masuk,"
Santi serta Nita pun masuk ke dalam rumah dan mendudukan diri mereka berdua di ruang tamu.
"Mama mau minum apa?" tanya Nita.
"Seterah kamu aja, mama ngikut aja deh," balas Santi sambil terkekeh.
Nita ikut tersenyum sambil mengaruk leher belakangnya yang tidak gatal.
"Nita kebelakang dulu ya mah--" pamit Nita yang membuat Santi menganguk kecil.
Santi yang melihat Nita berjalan sedikit pincang membuat ia terkekeh geli.
Apa bentar lagi dirinya akan mengendong cucu? Pikir Santi asal.
Santi menggeleng pelan seraya tersenyum.
Beberapa menit Nita membuat minum serta menyiapakan cemilan kering yang ia sediakan untuk Santi, kini dirinya telah kembali di hadapan Santi sambil membawa nampang dan piring piring cemilan.
Nita meletakan gelas serta piring di meja dengan rapih, membuat Santi kembali tersenyum. "Di minum mah,"
"Gak enak loh mamah jadinya."
"Hehehe--gapapa kok mah, owh iya mamah tumben ke sini ada apa?"
"Mama kangen aja sama kalian, jadi mama ke sini, gapapa kan tapi?"
Nita menggeleng tersenyum. "Gapapa kok mah--justru Nita seneng karna Nita ada teman ngobrol," balas Nita
"Owh iya--- mama Acha kemana?" tanya Santi sambil mengendapkan pandangannya.
"Kayanya semalem mama gak pulang ke rumah deh mah, soalnya akhir- akhir ini mama lagi banyak urusan di kantor."
"Oalah--lain kali, kalo kamu sendirian di rumah, Raffa lagi kuliah, kamu ke rumah aja," balas Santi.
Nita pun menganguk sambil tersenyum terharu. "Mama ke sini sama siapa?"
"Sendiri sayang, sebenernya papa nyuruh mama buat nunggu dia pulang, kalo nunggu dia pulang kan kelamaan, yaudah mama sendiri aja," jawab Santi panjang lebar.
"Mama bisa bawa mobil?" tanya Nita dengan raut takjub.
Santi menganguk sambil mengulum senyum.
"Hebat banget mama ku ini," balas Nita terkekeh.
Santi pun ikut terkekeh. "Ada ada aja kamu,"
"Kamu kuliah siang tah?" tanya Santi yang membuat Nita menganguk cepat.
"Iya mah, Nita kuliah siang, kalo Raffa pagi,"
"Kalo kalian punya anak, enak dong ya, bisa gantian jagain."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Husband
Short StoryGenre: General Fiction ••• Menikah dengan Pria yang Introvert berpakaiannya saja sudah seperti orang yang selalu ingin di Bully. Bagaimana keselanjutan pernikahan ini? Apa berjalan dengan baik atau sebaliknya. Rank. #01 Nita 29.04.2021 #07 Berub...