2 | Berdua

8.8K 872 9
                                    

Happy Reading🐛


Ainka meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku dengan memutar tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Tak henti-hentinya juga sejak tadi menguap karena menahan rasa kantuknya, ingin sekali ia menutup matanya. Di depannya, ada laptop yang masih menyala dengan menampilkan bagan-bagan. Sudah ada dua cangkir kopi dan semangkok mie instan yang terletak di samping laptop itu. Padahal ia sudah jelas-jelas tau, bahwa itu sangat tidak sehat, tapi namanya Ainka, tidak afdol jika tidak melanggar.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Dia baru saja selesai membuat power point untuk tugas yang akan dipresentasikannya besok.

Angin berderu ricuh di luar sana disertai hujan deras. Sejak tadi siang hujan tak henti-hentinya menyuarakan raungannya. Ditambah kilatan petir membuat Ainka berkali-kali menutup telinganya. Hawa dingin berembus seperti ingin merasuk kedalam tubu Ainka.

Ainka berdecak saat orang yang ia tunggu tak kunjung datang. Padahal orang tadi mengatakan akan datang pukul delapan, dan lihat sekarang sudah pukul sembilan. Kalo tidak segera datang Ainka memilih mengunci pintu dan tidur saja, biar saja cowok itu tidur di luar sekalian. Benar-benar menjengkelkan.

Ainka meletakkan mangkuk dan kedua cangkirnya di atas nampan, berencana ke dapur untuk mencucinya. Namun baru beberapa langkah berjalan, suara ketukan pintu membuatnya menghentikan langkahnya. Ia meletakkan kembali nampannya di atas meja lalu berjalan ke arah pintu.

Ainka berpikir siapa yang bertamu malam-malam begini? Ia diam sebentar di depan pintu sambil berpikir. Seketika Ainka membelalakkan matanya ingat siapa yang akan datang. Ainka mengatur napasnya bersiap memarahi orang tersebut.

"Katanya dateng jam delapan, sekarang udah–eh," Ainka langsung merapatkan bibirnya saat melihat keadaan cowok yang berdiri membelakanginya itu.

Cowok itu sontak memutar tubuhnya menghadap Ainka. Seluruh pakaiannya basah kuyup seperti tikus kecemplung got. Belum lagi dus yang berada di sebelahnya sudah hampir robek karena terkena air hujan. Cowok itu masih sibuk mengacak rambutnya yang basah.

Ainka langsung mengalihkan pandangannya tak berani menatap wajah cowok itu. Yang diacak rambutnya yang ambyar hati Ainka kan jadinya.

"Gue Sindu." cowok itu mengulurkan tangannya membuat Ainka langsung mendongak.

Ainka membalas uluran tangan Sindu. "Ainka."

"Sori, jadi buat lo nunggu gue lama," ujarnya.

"It's okey. Gue juga belum tidur kok, hehe," bohongnya. Padahal jelas-jelas ia sudah sangat mengantuk, belum lagi tubuhnya ini sangat ingin direbahkan.

Ainka menatap penampilan Sindu yang terlihat keren itu. Kaos hitam yang dilapisi kemeja flanel kotak-kotak berwarna merah, serta celana jeans yang sedikit sobek di bagian lututnya.

"Udah tau hujan kenapa pake nekat, sih? Kenapa nggak neduh dulu? Liat tuh kilatnya, nggak takut kesamber gledek apa?!" ucap Ainka setengah berteriak karena suara hujan yang semakin deras.

Sindu menggaruk rambutnya. "Tadi udah neduh, tapi hujannya malah makin deres. Daripada buat lo nunggu lama jadi ya, terobos aja," jawab Sindu sambil menggulung lengan kemejanya.

Ainka yang melihat itu langsung memegang kerah kemeja Sindu. Sindu yang kaget akan tindakan Ainka sontak menjauh. "Eh, mau ngapain?"

"Lo tau baju lo basah gak, sih? Ini udah malem, dingin banget lagi! Ntar kalo masuk angin gimana?" omel Ainka yang terus memaksa melepas kemeja Sindu.

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang