Sajian berbagai macam makanan itu tersusun begitu rapi di atas meja. Aroma lezat terus menerus masuk ke dalam indra penciuman Ainka. Dari semua masakan di atas meja, ada satu masakan yang terus menarik perhatian Ainka, yaitu ayam lada hitam. Kakinya yang berada di bawah meja itu terus bergerak gelisah.
Ainka menoleh saat piringnya di ambil oleh Zevon lalu ia sedikit mengulum senyumnya. Ternyata cowok itu mengambilkan nasi untuknya, sedikit bersyukur karena Zevon sedikit peka jika Ainka tengah gundah bagaimana cara ia mengambil nasi saat dirinya sedang merasakan canggung luar biasa.
Ainka menarik kaos Zevon sedikit kencang. "Banyak amat," protesnya
"Masih kurang ini. Lo tadi di rumah juga belom makan, jadi puas-puasin deh lo makan di sini." Dengan wajah santainya Zevon terus menambah nasi di piring Ainka.
Ainka berdecak. "Kurangin, Von, nggak enak kalo nggak abis. Tadi kan juga udah di kasih makan sama Sindu."
"Iya, tapi nggak lo makan kan yang dari Sindu?"
"Kurangin dikit deh," tawar Ainka penuh permohonan.
Zevon menatap Ainka sebentar, lalu mengurangi nasi di piring Ainka, namun malah semakin membuat cewek di sampingnya menggerutu kesal. Ainka menendang kaki Zevon saat cowok itu hanya mengurangi sebutir nasi. Zevon terkekeh singkat mendengar Ainka menggerutu.
"Ngeselin banget deh lo."
Sambil tertawa, akhirnya Zevon sedikit mengurangi nasi dari piring Ainka, lalu meletakkan piring itu di depan Ainka. Dengan tubuh yang masih berdiri, matanya bergerak liar menatap masakan di meja makan itu.
"Mau pake apa, Yang?"
Ainka berdecak pelan.
Kalo nanya bisa pelan nggak, sih? Ainka ini sejak tadi masih merasa saja sungkan. Bagaimana tidak, jika yang punya rumah saja masih di kamar, sedangkan suara yang memanggil Zevon dengan sebutan 'Adek' tadi-entah siapa-belum juga ia ketahui keberadaannya.
Tapi dengan santainyanya ia sudah duduk di sana dengan anteng dan juga di layani oleh Zevon bagaikan seorang Nyonya. Sungguh luar biasa.
"Ayam lada hitam," katanya pelan, sangat sungkan sekali, takut-takut jika kembaran Zevon muncul dari belakang.
Zevon yang tidak mendengar dengan jelas suara Ainka menoleh dengan tangan yang sedang menggaruk hidungnya. "Naon? Yang jelas atuh kalo ngomong."
"Ayam lada hitam goblok!" Ainka menggeram sembari menendang kaki Zevon lagi, yang kali ini membuat cowok itu meringis.
"Sensi amat, sih? Lagi hamil?"
Ainka melotot, lalu mencubit perut Zevon kencang. "Kalo ngomong!"
"Aduh!" Sembari mengelus perutnya Zevon tertawa kencang. "Lupa. Lagi pms maksudnya."
"Adek, kalo makan harus pake sayur, jangan ayam doang. Liat badan kamu, kurus kering gitu, makan apa kamu di sini," ucap wanita dengan gaya nyentrik yang muncul dari arah dapur sambil membawa masakan yang uapnya masih mengepul di atasnya, begitupun dengan appron yang masih melekat di tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost-Mate
Ficção AdolescenteBagaimana perasaanmu jika tinggal bersama lima orang cowok dalam satu rumah, dan kamu adalah cewek satu-satunya? Takut? Sedih? Atau malah bahagia karena tinggal bersama dengan cowok ganteng? Ainka Atlana terpaksa harus tinggal bersama kelima cowok...