7 | Anak Angkat

5.6K 709 29
                                    

Happy Reading

[JANGAN LUPA FOLLOW & VOMMENT❤️]

***

Siang ini cuaca begitu cerah, angin sepoi di luar membuat suara-suara pohon yang terkena angin mengalun begitu merdu. Belum ada interaksi apa pun yang gadis itu lakukan sejak pagi tadi. Ia masih asik bermalas-malasan di ruang tamu dengan ditemani beberapa snack di hadapannya. Tv ia biarkan menyala, sedangkan sejak tadi ia sibuk dengan ponselnya.

Cewek itu mengerang kesal mendengar teriakan bocah-bocah bersahutan tanpa henti. Bahkan sudah sejak tadi pagi mereka bermain, apa orang tuanya tidak mencari. Ingin ia keluar dan mengusirnya, namun ia juga takut kalau malah jadi ia yang diserang ibu-ibu komplek nanti.

Belum lagi tingkah makhluk di sampingnya ini membuat Ainka kesal bukan main. Menahan segala sumpah serapah yang ingin ia layangkan, namun Ainka masih berusaha mengacuhkannya. Tak apa, biarkan dia bahagia sebentar aja, setelah itu jangan harap!

🎼Saya masih ting-ting...
Dijamin masih ting-ting...
Sama sekali belum berpengalaman...

Ainka meyebut berulang kali sambil mengelus dadanya. Kadar percaya diri Gusti yang berlebihan membuatnya kesal.

"Lo nggak mau tidur siang aja, Gus? Makan sana, setelah itu cuci tangan cuci kaki, terus tidur siang."

Kupingnya sangat lelah mendengar lagu itu selalu di putar berulang kali oleh Gusti. Di depan Gusti sudah terdapat tripod dan lighting, sedangkan Gusti terus saja berjoget tanpa henti. Mengotori mata suci Ainka saja!

"Lagi cari uang, malah disuruh tidur. Itulah bund, lelahnya cari pundi-pundi rupiah bagi rakyat seperti saya. Kalau jadi Ibu, 'kan, enak tuh, tinggal menikmati kekayaan yang ada." tangannya sibuk mengatur ponselnya agar mendapatkan posisi yang pas.

"Info lowongan kerja gitu, Ai. Urusan gaji dipikir nanti. Keahlian nongkrong sama ngopi. Skill, bangun kesiangan, tidur kepagian. Pengalaman terakhir, kerja bakti."

Ainka langsung menatap Gusti. "Gue ngeliat lu jadi pengen pantun. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, kesel anjing, pen pukul!" sungut Ainka kesal.

"Ya Allah, sebenarnya bakatku ini apa? Mungkin bakat ku sok sibuk aja." Gusti mengusap pipinya seolah ia menangis.

"Kayak fisika, sih, lo, banyak gaya!" tandas Ainka setelah meneguk jus jeruknya.

Ainka menoleh saat mendengar suara pintu di buka. Ia melihat Abi keluar dari kamar dengan pakaian rapi. Kemeja hijau botol yang di dalamnya memakai hoodie berwarna putih, serta celana jeans hitam. Di pundaknya tersampir ransel berwarna cokelat, tak lupa juga kamera DSLR yang tergantung di lehernya.

"Mau ikut nggak, Ai?" ajak Abi sambil memakai topi hitamnya.

"Lagi males keluar, diluar banyak butiran debu. Aku takut terjatuh dan tak bisa bangkit lagi," tolaknya.

"Halah! Beneran nggak mau, nih?" tawar Abi lagi.

"Umh. Titip martabak aja!" pesannya dengan mulut yang penuh dengan roti.

Abi berjalan mendekat ke arah Ainka lalu mencubit pipi cewek itu. "Makan terus, gembul nih."

Abi menjauhkan tangannya dari pipi Ainka, berganti memegang kameranya. "Senyum, Ai!"

Ainka yang tak peduli dengan mukanya yang kucel langsung tersenyum manis. Sebenarnya ia lebih suka di foto candid daripada disengaja. Menurutnya ia lebih cocok jika di candid.

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang