14 | Pulang

4.2K 577 29
                                    

Ainka benar-benar tak bisa berkata apa-apa menatap cowok di depannya yang sangat ia tunggu ini. Ingin sekali Ainka menyumpah serapahinya, tapi hanya sekedar menyebut namanya saja lidahnya seolah kelu.

"Bisa ngomong bentar?" tanya cowok itu. Bahkan, jika cowok itu tak membuka suara mungkin Ainka tak sadar bahwa tangannya masih berada di genggaman cowok itu. Dengan buru-buru ia langsung menarik tangannya dengan cepat.

"Nggak bisa, gue mau belanja," ujar Ainka sambil mengajak Amatheia untuk segera keluar, tapi ucapan Amatheia malah membuat Ainka melotot tak percaya. Ingin sekali Ainka memutilasi Amatheia sekarang.

"Hah? Sama lo? Orang gue belanja sama Gemine kok, iya gak, Mine?" Gemine yang sedang berjalan menuju ke meja di sebelah Amatheia pun langsung di tarik oleh Amatheia.

Gemine yang langsung peka pun langsung mengangguk mengiyakan. "Iya, orang Theia belanja sama gue, jangan ngada-ngada deh lo!"

Ainka melotot horor kearah keduanya, namun dengan segera Amatheia langsung menarik Gemine keluar dari kafe sambil melambaikan tangannya lalu melakukan cium jauh kepada Ainka.

"Sekarang bisa?" tanya cowok itu lagi.

"Engh ... itu mau kuliah." Ainka benar-benar gugup bingung ingin beralasan apalagi. Daripada bingung, Ainka segera melangkah kakinya keluar kafe, namun dengan cepat cowok itu berhasil mengejar Ainka dengan mencekal tangan cewek itu.

Ainka berbalik menatap mata cowok itu. Terlihat seperti ingin meminta maaf kepada Ainka. Ah! Padahal akhir-akhir ini Ainka sedang malas mendengar permintaan maaf dari siapapun. Kupingnya terasa sangat panas sekali mendengar orang minta maaf mulu. Salah sendiri kebanyakan dosa!

"Nggak usah minta maaf, gue nggak butuh!" kata Ainka sambil menepis tangan cowok itu yang masih saja memegang tangannya. Matanya menatap tak suka ke arah Zevon. Ya, dia adalah Zevon.

Seperti biasa, dengan wajah songongnya, Zevon memicingkan matanya yang sedikit sipit namun tajam ke arah Ainka.

"Ngapain liat-liat gue kayak gitu? Nyesel? Mau mohon-mohon lagi? Ogah! Gue nggak mau maafin lo, gue nggak butuh!" sungut Ainka dengan rasa kesal yang menggebu-gebu.

Sedangkan Zevon melipat kedua tangannya di dada sambil mengangkat satu alisnya.

"Emang gue punya salah, ya, sama lo?" tanya Zevon dengan wajah polosnya.

"Hah?" Ainka menyipitkan matanya dengan bibir menganga menatap Zevon bingung.

"Emang gue punya salah?" tanya Zevon sekali lagi.

Ainka menunjuk Zevon. "Lo ... arghhh Zevon! Mau lo tuh apa, sih? Hah?! Udah ngambil first kiss gue, gue nggak pulang nggak nyariin gue, bahkan chat gue pun nggak? Dan lo nggak ngerasa bersalah soal testpack itu?!"

Zevon tersenyum miring. "Oh, itu first kiss lo juga? Tapi kok lo nggak minta maaf sama gue?" Zevon mendekatkan wajahnya dengan wajah Ainka. "Soalnya itu juga first kiss gue," ucap Zevon membuat Ainka menahan napasnya karena jarak keduanya yang sangat dekat ini.

Benar-benar memalukan. Ainka sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan Zevon. Bahkan disaat dirinya dengan Zevon baru saja bertemu setelah sekian lama. Dan apa-apaan ini? Kenapa malah membahas tentang first kiss? Padahal kan tujuan Ainka agar Zevon ingat tentang kesalahannya. Sialan!

Ainka melotot saat Zevon lebih mendekatkan wajahnya, apalagi mata Zevon yang tadinya menatap mata Ainka kini turun menatap bibirnya. Brengsek! Ainka buru-buru menangkup wajah Zevon lalu mendorongnya.

"Heh! Mau ngapain lo?!" Setelah mendorong wajah cowok itu, Ainka berganti mendorong bahu cowok itu. Membuat tubuh Zevon sedikit terhuyung ke belakang.

Zevon kembali menegakkan tubuhnya lalu menatap Ainka sambil tersenyum devil. "Second kiss, hm?"

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang