30 | Posesif

3.3K 442 35
                                    

♪ Andmesh Kamaleng - Jangan Rubah Takdirku

Ainka turun dari taksi yang membawanya ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ainka turun dari taksi yang membawanya ke sini. Di pekarangan makam yang sangat sepi ini ia berdiri. Menatap sekeliling ke arah luasnya makam yang terasa begitu damai. Semilir angin membuat Ainka merasa begitu tenang. Menyapu wajahnya dengan begitu lembut dan halus. Pepohonan rimbun di sekeliling makam itu membuat tempat ini semakin asri.

Ia menghembuskan napasnya panjang. Dengan langkah pelan, ia mulai berjalan menyusuri setiap makam.

Langkahnya terhenti di sebuah makam yang ternyata sudah di beri batu nisan berwarna hitam dan juga rumput hijau yang sudah memenuhi seluruh makam itu. Ainka tersenyum seraya mengusap nama yang tertulis begitu jelas di sana.

"Hai, Zein. Cewek yang paling cantik dateng," sapa Ainka.

Tangan Ainka bergerak membuang daun kering yang berada di makam itu. "How are you? I miss you."

Embusan angin terus menyapu wajah cantik Ainka. Mengibarkan rambutnya, meliuk-liuk bebas tapi tetap pada tempatnya. Setelah membersihkan makam Zein, ia mengadahkan tangannya untuk berdoa. Ia menghembuskan napasnya pelan, berusaha tenang saat berdoa, memejamkan matanya berusaha tidak terbawa perasaan emosinya.

Namun, tetap saja, perasaan rindu bercampur emosi itu muncul. Tetes demi tetes air mata itu terus berlomba-lomba membasahi pipinya. Begitu selesai berdoa ia segera mengusap kedua pipinya yang basah.

Ainka mengambil keranjang bunga yang ia bawa tadi beserta satu botol berisi air. Ia mulai menaburkan bunga itu di atas makam Zein, tidak semua, ia masih menyisakan untuk dua makam di samping makam Zein. Ya, kedua orang tua Zein.

Ia baru tau, ternyata tanggal wafat ayah Zein sama persis dengan tanggal lahir Zein, bahkan bulan dan tahunnya sama. Berulang kali ia menatap kedua makam itu bergantian, namun ia tidak salah lihat. Itu memang benar-benar sama.

Dan saat Ainka melihat ke arah nisan ibu Zein, membaca tahun wafat di nisan itu beberapa kali. Seolah ia tak percaya akan tulisan itu, apakah ia salah lihat atau memang itu benar adanya? Jika di hitung dari meninggalnya ayah Zein, maka itu berjarak lima tahun. Dan yang lagi-lagi yang membuat Ainka tak habis pikir, tanggal wafat ibu Zein bertepatan dengan ulang tahun Zein juga. Berarti Zein masih berusia lima tahun.

"Oh, God," desis Ainka dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan lelaki itu dulu. Dia masih kecil, apakah dia tau jika dia sudah ditinggalkan kedua orang tuanya? Lalu dengan siapa dia tinggal?

Ainka yang jongkok di antara makam orang tua Zein, langsung berpindah di samping makam Zein. Ia duduk di sana sambil mengusap nisan itu. Ia ingin menangis, ia tak kuasa membendung air matanya.

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang