43 | Broken

733 68 16
                                    

Hai semua👋🏻

Setelah beberapa bulan nggak buka wattpad, pada akhirnya aku mutusin buat upload part ini di sini. Karna aku mulai nulis cerita juga dimulai dari wattpad.

So, selamat membaca🫧

Begitu Sheila on 7 selesai menyanyikan lagu terakhirnya, konser berakhir dengan Ainka yang menangis di pelukan Zevon. Dalam isak tangisnya, Ainka mengeluh kepada Zevon bahwa perutnya mual. Karena mereka masih berada di tengah kerumunan yang padat dan minim pencahayaan, Zevon memutuskan untuk menggiring Ainka mundur dari sesaknya lautan manusia. Kerumunan begitu padat hingga Ainka hampir pingsan, napasnya terasa sesak. Zevon dengan hati-hati melindungi Ainka, berusaha membawanya keluar dari himpitan orang-orang, berharap menemukan udara segar dan tempat yang lebih tenang.

Tak menemukan di mana letak posko kesehatan, Zevon buru-buru membawa Ainka menuju parkiran. Dengan hati-hati, ia mendudukkannya di kursi penumpang dan sedikit merendahkan sandarannya, berusaha memberi kenyamanan. Setelah merasa Ainka berada di tempat yang cukup aman, Zevon segera berlari menuju stand makanan dan minuman yang berada tak jauh.

Dengan cemas, ia mencari makanan atau minuman yang sekiranya bisa mengatasi mual Ainka. Setelah mendapatkan sebotol air mineral dan sepotong roti, Zevon langsung berlari kembali secepat mungkin. Namun, ia sedikit terkejut saat melihat pintu mobilnya terbuka. Hatinya berdebar-debar, bayangan buruk melintas di benaknya, tapi ia terus melangkah dengan harapan Ainka masih di dalam dan baik-baik saja.

"Ai... kenapa? Apa yang sakit?" Zevon panik melihat wajah pucat Ainka.

Ainka menggeleng, dahinya mengerut merasa tidak nyaman. "Mual," jawabnya lemah.

Zevon kalang kabut, bingung harus berbuat apa. "Ke dokter, ya? Tadi udah makan?" tanyanya dengan nada cemas, matanya mencari tanda-tanda lain yang mungkin bisa menjelaskan kondisi Ainka.

Ainka hanya menggeleng lagi, tampak semakin lemah. Beberapa kali ia ingin sekali mengeluarkan seluruh isi perutnya untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Perutnya terasa sangat penuh, kepalanya pusing, bahkan untuk bergerak saja rasanya tidak enak.

Sedetik kemudian Ainka tiba-tiba bangun dari sandarannya, satu tangannya menutup mulutnya sedangkan tangan satunya bergerak meminta untuk Zevon menjauh dari hadapannya. Namun, bukannya segera menjauh, Zevon malah semakin mendekat. Ia panik.

Dan akhirnya karena sudah tidak tahan, muntahan Ainka mengenai kaki Zevon.

Ainka yang awalnya merasakan lega langsung kaget. Sempat ingin turun dari mobil dan membersihkan kaki Zevon, namun langsung dicegah oleh Zevon. Cowok itu meminta Ainka untuk diam saja di dalam mobil dengan memberinya air mineral yang ia beli tadi, sedangkan ia pamit sebentar untuk membersihkan kakinya.

Begitu kembali ke mobil, Zevon langsung mengajak Ainka untuk pergi ke dokter. Namun, Ainka menolaknya. "Gue cuma butuh tidur," katanya pelan.

Zevon ragu, tapi melihat wajah letih Ainka, ia akhirnya mengalah. "Oke, kalau gitu kita pulang," jawabnya dengan lembut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang