36 | Cara Bahagia

1.9K 275 15
                                    

Yotari - Cara Bahagia

"SINDU KENAPA NGGAK BANGUNIN GUE?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SINDU KENAPA NGGAK BANGUNIN GUE?!"

Seharusnya Ainka tau apa konsekuensinya jika tadi malam ia memutuskan untuk tidur jam tiga pagi. Menangisi Zevon semalaman adalah penyebab Ainka tidur pagi, kini cewek berambut hitam kecoklatan itu sedang kelimpungan karena ada jadwal mata kuliah pagi, padahal harusnya hari ini ia ada praktikum. Niat hati ingin berangkat lebih awal pun pupus, padahal sebelum tidur Ainka sudah menyetel alarm agar bisa bangun pagi. Namun apa daya, jika puluhan kali alarm itu berbunyi pun akan Ainka matikan dan kembali menutup matanya.

"Argh! Sial!" umpat Ainka saat hendak turun dari kasur, kakinya malah terlilit selimut yang membuatnya terjatuh ke lantai.

Saat akan beranjak menuju kamar mandi, kakinya langsung terhenti saat ponsel yang berada di atas nakas berdering, menampilkan nama Nada yang terpampang begitu jelas di layar ponsel.

"AINKA LO DI MANA?! NGGAK TAU HARI INI JADWALNYA SIAPA? LO MAU MAIN-MAIN SAMA PAK BAMBANG, KA? GILA LO!"

Mendengar pertanyaan sekaligus makian dari Nada membuat Ainka semakin takut. Matanya bergerak gelisah sambil terus mengigit bibir bawahnya. "Aduh, gue lupa, Nad. Gue kesiangan, gimana, ya?"

"Itu antara bego atau sembrono, sih." terdengar suara lain yang diikuti dengan tawa yang Ainka tebak itu adalah suara Alisha.

"Kok bisa, sih, bego? Gue nggak tau lagi mau ngomong apa sama lo. Ini udah jam sembilan kurang lima belas menit, sementara jadwal Pak Bambang jam sembilan, masih mending ini Pak Bambang lagi bimbing skripsi," beritahu Nada yang tak membuat rasa takut Ainka hilang, ia malah makin cemas dengan nasib nilainya nanti.

"Gue belum mandi." Ainka membuang napasnya. Bukannya beranjak untuk menyiapkan baju atau apapun yang sekiranya akan ia bawa ke kampus nanti, Ainka malah mendekati kasur lagi dan duduk di sana.

Dari seberang sana Nada berdecak. "Nggak udah mandi!" Nada menjeda ucapannya sebentar. "Butuh berapa lama lo bisa sampe kampus? Belum lagi kalo jalanan macet, kalo pun lo nanti di antar Sindu atau sama yang lain kayaknya lo juga bakal tetep telat deh, Ka."

Ainka menatap pintu kamarnya dengan mimik muka ingin menangis. Sebenarnya itu masalahnya sejak tadi, siapa yang akan mengantarkan dia, jika dari suasananya saja sudah terasa jika hanya Ainka yang tersisa di rumah ini. Sejak kemarin saat ia memergoki Zevon waktu itu, entah kenapa dirinya menjadi sensitif sekali. Bahkan, Raja dan Abi yang kemarin sama sekali tidak menyapanya pun juga membuat Ainka menangis.

Ainka mengusap air mata yang tiba-tiba membasahi pipinya. "Gue bolos aja deh, Nad."

"Bener, nih? Gue absenin aja deh!"

Ainka mengangguk seolah Nada bisa melihatnya. "Thank you."

Saat Nada sudah mematikan sambungan telepon itu, Ainka menatap ponselnya dengan mata yang berkaca-kaca. Menjauh dari tempat tidur, kakinya berjalan menuju balkon, menyibak tirai putih yang menjuntai hingga lantai itu membuat sinar matahari langsung mengarah ke wajah Ainka. Matanya menyipit dengan satu tangan menutup matanya agar tidak terlalu silau. Membuka pintu kaca di depannya itu dengan pelan lalu dirinya mendekat pada pembatas balkon. Mata yang sejak semalam masih sembap itu menatap halaman di bawah dengan perasaan sedih yang masih melingkupi dirinya.

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang