13 | Marah

4.7K 548 9
                                    

Happy Reading

Hampir saja teriakan Ainka lolos saat melihat Zevon yang berdiri menjulang tinggi di belakangnya. Ainka buru-buru menandaskan air dalam gelasnya saat melihat Zevon yang tersenyum ke arahnya. Ainka berjalan melewati Zevon, membuka kulkas untuk membuat sarapan sebelum ia berangkat ke kafe. Gadis itu mendesah pelan saat tak menemukan apa-apa di dalam kulkas, ia lupa jika belum berbelanja. Hanya ada satu kotak sereal dan satu kotak susu yang mungkin isinya tinggal sedikit karena sudah di makan oleh penghuni lainnya.

Ainka membalikkan badannya berniat untuk mengambil mangkuk di rak piring penyimpanan. Namun lagi-lagi Zevon membuat jantung Ainka rasanya langsung copot. Kali ini Zevon tidak tersenyum manis namun ia memasang wajah nelangsa. Ainka melotot sambil mengusap dadanya lalu membuang napasnya kasar.

"Ai, gue minta maaf," rengeknya sambil terus membuntuti Ainka dari belakang.

Ainka memilih mengabaikan Zevon, lalu berjalan kearah meja makan sambil membawa sereal, susu, beserta mangkuk tadi. Sebenarnya ia jarang sekali sarapan dengan sereal seperti ini, bukan Ainka sekali. Ia lebih sering sarapan dengan nasi atau tidak dengan roti yang sekalian membuatnya kenyang.

Pagi ini hanya ada mereka berdua di dalam rumah. Sedangkan para cowok-cowok lainnya sudah pergi ke kampus karena mereka semua ada jadwal pagi.

Dan soal Zevon yang meminta maaf itu. Memang sejak tadi pagi Ainka sedang edisi ngambek dengan Zevon. Bagaimana tidak kesal, sama saja Zevon sudah menyebar hoax tentangnya dan yang dituduhkan Zevon itu benar-benar membuat Ainka tak habis pikir. Mungkin jika menyebarkan hoax yang lainnya Ainka masih bisa santai, lah ini hamil?! Bagaimana jika benar-benar terjadi?! Omongan adalah doa loh. Woy, amit-amit.

"Ai!" sentak Zevon menaikkan nada bicaranya karena sudah kesal dengan Ainka. Sejak tadi pagi Zevon sudah meminta maaf berkali-kali, namun Ainka malah mendiamkannya seolah tak ada Zevon di sampingnya. Ainka yang terkejut mendengar bentakan Zevon seketika menegang di tempat.

Zevon bangkit dari duduknya menatap Ainka dari sebrang meja, tangannya bertumpu pada meja dapur. "Gue bukan orang baik yang bakal ngemis-ngemis minta maaf terus, Ai! Sekali gak mau, gue gak bakal lakuin itu lagi. Sebenernya gue bukan tipe orang yang mudah minta maaf, Ai. Lo bisa nggak hargai permintaan maaf gue? Gue udah nurunin harga diri gue buat minta maaf sama lo!" ujar Zevon dingin.

Ainka mendongakkan kepalanya membalas tatapan Zevon tajam. Mood-nya untuk sarapan benar-benar sudah hilang. "Kok lo malah ngamuk, sih?! Kalo lo gak niat minta maaf, mending nggak usah. Gue juga nggak butuh!"

Ainka segera berdiri dari duduknya berencana membawa mangkuknya ke sink. Namun Zevon malah menarik tangannya, membuat mangkuk di tangan Ainka langsung pecah terjatuh ke lantai. Belum cukup membuat Ainka terkejut karena mangkuk yang pecah itu, Ainka terkejut saat merasakan bibirnya menyentuh benda kenyal milik Zevon. Tak hanya Ainka yang terkejut, Zevon pun tak kalah terkejutnya.

Keduanya terdiam beberapa saat saling membulatkan matanya lebar. Sampai akhirnya Ainka tersadar dan buru-buru mendorong dada Zevon kuat. Lalu segera berlari keluar rumah meninggalkan Zevon yang masih diam mematung sambil memegangi bibirnya.

"First kiss gue," gumamnya.

***

Sudah tiga hari sejak kejadian di dapur itu, rasa kesal Ainka bertambah pada Zevon, apalagi Zevon juga mencuri first kiss-nya pula. Dan tiga hari itu pula Ainka tidak pulang ke rumah memilih tinggal di kafe dan menyibukkan diri dengan kafe yang selalu banyak pengunjungnya. Dirinya juga semakin kesal saat Zevon tak mencarinya untuk meminta maaf soal ciuman itu, dirinya benar-benar merasa di rugikan. Boro-boro mencarinya, mengiriminya pesan pun tidak.

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang