23 | Healing

3.4K 523 34
                                    

♪ Last Child - Duka

Dua minggu terlewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu terlewati. Ainka berubah menjadi lebih pendiam. Ia masih beraktivitas seperti biasa, namun tidak dengan kebiasannya yang sering berceloteh ria jika sedang bersama Gusti.

Kebiasaan-kebiasaan yang masih ia lakukan seakan membuat Ainka terlihat seperti orang gila. Menunggu Zein di parkiran, menunggu Zein di kafe, atau menunggu ratusan pesannya di balas oleh Zein. Segala hal masih mengingatkan dirinya akan Zein.

Ia lebih sering mengurung dirinya di dalam kamar atau melamun sepanjang hari. Namun, perlahan Ainka mencoba agar tidak semakin terperangkap di dalam pilu itu. Hari-hari yang terasa aneh itu, perlahan terkikis oleh candaan Gusti, perlahan pudar oleh tingkah Abi dan Raja, perlahan terlupakan karena kehadiran Zevon, dan perlahan hatinya tenang akan kehadiran Sindu.

"Nah, kan. Kalo udah ditinggal gini pasti nangis-nangis. Udah dibilang nggak usah pacaran, bandel banget!" omel Raja yang baru masuk ke dalam kamarnya dengan membawa minuman kaleng di tangannya. Raja memandang Ainka yang sedang telungkup di atas kasurnya dengan jari telunjuk yang bergerak di wajah Vodka.

"Siapa yang nangis, sih?" gumam Ainka

"Nggak nangis tapi tiap malem sahut-sahutan sama Mbak Kun," sahut Abi yang duduk di kursi. Cowok berkacamata itu fokus pada laptop di pangkuannya sibuk mengerjakan tugas.

"Gimana nggak nangis tiap malem, gue yang dulu nggak pernah dihargai sama cowok, always di sia-siain, dijadiin pelampiasan, terus sekarang dapet cowok yang baik, bisa ngehargain. Mana ganteng juga."

"Oh, menurut lo kita nggak ngehargain lo?"

Ainka berdecak sebal. Kini tangannya berganti mengelus bulu halus Vodka. "Apa, sih?! Maksud gue tuh yang hampir sebagai cowok gue gitu loh. Kalo kita kan friend."

Abi yang mendengar itu tertawa renyah. "Tuh dengerin, friend!" Dengan sengaja Abi juga menekan kata 'friend' pada ucapannya.

Raja yang duduk jendela kamar mendengus. Ia meneguk minumannya sambil menatap langit cerah siang ini. Hari ini mereka bertiga hanya ada jadwal pagi. Sedangkan Sindu, Gusti dan Zevon ada jadwal pagi dan siang jadi tidak ada di rumah.

"Itu cowok lo matinya gara-gara apa, sih, Ai?" tanya Raja penasaran.

Ainka menarik bantal di atasnya lalu melemparnya ke arah Raja. "Bahasa lo bisa sopan dikit nggak, sih?!"

Karena lemparan bantal dari Ainka, hampir saja membuat Raja jatuh ke bawah jika tidak berpegangan pada daun jendela. Lemparannya memang tidak terlalu kencang, tapi Raja yang tiba-tiba mendapat serangan seperti itu tentu saja terkejut.

"Anjir masih selamet gua," gumam Raja mengelus dadanya. "Lo santai dikit kenapa, sih?! Lantai dua ke bawah juga lumayan nih!" omel Raja.

"Halah paling juga cuma keseleo, lebay amat lo!" jawab Ainka yang sudah menutup matanya dan melipat kedua tangannya di jadikan bantalan dengan posisi telungkup. Posisi tidur favorit Ainka.

Kost-MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang