***
"Latte dua."
"Macchiato satu," ucapnya lagi.
"Flavoured soda satu."
"Mocktail satu," ucapnya beruntun.
"Yong!"
Cowok yang dipanggil namanya itu menoleh. "Apa, sih, suyung."
Ainka melotot. "Gue tampol ya, lu suyung-suyung segala."
"Lo tadi kan manggil gue, Yong," belanya.
"Ya kan nama lo Doyong!" bentak Ainka sambil membanting serbet ditangannya.
Do -young berdecak. "Gue udah bilang berapa kali, sih, In. Cara bacanya bukan gitu! Kalo doyong mah gini nih, gini."
Do-young memiring-miringkan tubuhnya sontak membuat tawa Inka mengudara.
Do-young melirik Ainka sinis. "Smoothies-," goda Do-young yang kesal dengan Ainka.
Ainka seketika kicep. "Doyong, tangan gue cuma dua!"
"Yang!" Ainka berteriak memanggil seseorang.
"Apa sih, sayang!" jawab cowok itu.
"Ini lagi. Apa, sih, pake sayang-sayang!" sungut Ainka sebal.
"Lo tadi kan manggil gue," jawabnya sambil berjalan ke arah Inka.
"Ya, 'kan nama lo, Wayang!" jawab Ainka frustasi.
"Lo berdua ganti nama aja deh!" kesal Ainka membuat Wayang tertawa.
Semata Wayang. Ia adalah salah satu partner kerja Ainka di kafe Kaldera ini. Berawal dari kakak kelasnya, yang dulu tak pernah saling sapa, sekarang malah jadi partner-nya. Dan jangan pikir Wayang ini adalah anak satu-satunya. Itu salah besar. Kenyataannya ia masih mempunyai adik cewek, namanya Semesta Alam. Yang sekarang masih duduk di bangku SMP.
Sedangkan, Do-young. Ia adalah cowok keturunan Korea yang menetap di Indonesia. Namun tidak ada tuh mirip-miripnya dengan orang Korea, malah mirip orang lokal asli. Namanya saja yang Korea. Tak heran jika namanya seperti itu. Do-young di sana bekerja di bagian kasir, jadi tak heran jika dari tadi berteriak-teriak seperti itu.
"In, anterin ke meja cowok-cowok itu," titah Wayang sambil menunjuk meja yang terdapat lima cowok di sana.
Ainka mendelik. "Lah, kok gue? Pelayan mana? Kerja kok nggak becus gitu, sih!"
"Halah, udah sana. Lo pelayannya," ujarnya sambil menyerahkan nampan berisi minuman yang dipesan.
Ainka berjalan menuju meja yang ditunjukkan oleh Wayang tadi.
Ainka meletakkan minuman di atas meja tanpa sepatah kata pun. Biarkan saja ia dicap tidak sopan. Orang Ainka kenal dengan cowok-cowok tersebut.
"Ai?"
"Geser," ucapnya, lalu mendaratkan bokongnya di samping Abi
"Lo kerja di sini?" tanya Sindu.
Ainka mengangguk sambil meminum smoothies yang ia bawa tadi.
"Pelayan, ya, pasti?" tebak Gusti setengah meledek. Ainka menggeleng.
"Kasir, ya?" tebak Raja. Ainka menggeleng.
"Pasti chef?" tebak Sindu. Ainka menggeleng lagi.
"Ya nggak mungkin lah, modelan kek gini jadi chef! Yang ada pelanggannya keracunan semua." ejek Gusti sadis sampai menusuk kalbu.
"Ck! Jelas-jelas modelan kek gini cocoknya jadi tukang cuci piring!"
Lambemu, mas!
Sangat sadis ucapan Zevon, bahkan sampai menusuk sel-sel saraf sekaligus!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost-Mate
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika tinggal bersama lima orang cowok dalam satu rumah, dan kamu adalah cewek satu-satunya? Takut? Sedih? Atau malah bahagia karena tinggal bersama dengan cowok ganteng? Ainka Atlana terpaksa harus tinggal bersama kelima cowok...