♪ Arsy Widianto ft Brisia Jodie - Dengan Caraku
Setelah perdebatan tadi malam dimana Ainka akan tidur. Ternyata Ainka baru ingat jika di Bandung ia juga mempunyai kafe. Setelah puas jalan-jalan, akhirnya Zevon langsung mengantarkan Ainka ke kafe yang letaknya tidak jauh dari Jalan Braga.
Namun, tidak selesai sampai di situ perdebatan mereka. Saat Ainka ingin mandi, ia ingat jika tidak membawa satu pakaian pun. Akhirnya ia pun memutuskan untuk menghampiri Zevon yang untungnya masih berada di kafenya.
Dengan rasa kesal yang melingkupi dirinya. Ia memarahi Zevon karena cowok itu ia tidak membawa pakaian. Ini semua memang karena Zevon yang tidak mengatakan jika mereka akan beberapa hari di Bandung.
"Von, gue pengen mandi, gerah tau nggak!" Ainka berdiri di samping Zevon yang duduk di stool. Cewek itu menggaruk-garuk badannya yang terasa sangat tidak nyaman.
"Mandi tinggal mandi apa susahnya, sih?"
"Gue, kan, nggak bawa baju."
"Yaudah, nggak usah mandi, udah malem, ntar masuk angin," jawab Zevon santai sembari meneguk kopinya.
Ainka mendengus. "Von!"
"Ya terus mau lo apa?" Zevon memutar tubuhnya menghadap Ainka.
"Beliin gue baju lah!"
Zevon mengerutkan alisnya. "Malem-malem gini?" Ainka menganggukkan kepalanya. "Besok aja kenapa, sih, Ai? Janji deh, besok gue jajanin lo baju," rayu Zevon dengan wajah memelas.
Ainka terdiam. Menimang-nimang tawaran dari Zevon. Tapi jika besok berarti malam ini Ainka tidak mandi? Ah, padahal tubuh Ainka sudah sangat lengket dan bau.
Ainka menggelengkan kepalanya. "Gue mau mandiiii," kekeuh Ainka sambil mendekatkan wajahnya ke arah Zevon.
Zevon menatap wajah Ainka dengan tatapan kesal. Ini sudah sangat larut, apakah masih ada toko baju yang buka? Namun, karena ini permintaan dari cewek di depannya ini, Zevon pun akhirnya pasrah dan langsung menurutinya.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, Zevon belum juga menemukan toko baju yang masih buka. Ini Zevon yang tidak teliti atau memang sudah tutup?
Karena tak kunjung menemukan apa yang ia cari. Zevon pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Lebih baik ia meminjamkan bajunya saja kepada Ainka, daripada harus mengeluarkan uang.
Motor Zevon berhenti di depan pagar yang tertutup rapat. Ia melepas helm full face-nya kemudian menyugar rambutnya, lalu berjalan mendekati pagar. Ia melihat pekarangan rumahnya dari celah kecil di pagar tersebut. Tidak ada sang penjaga rumah di sana dan pagarnya di kunci.
Zevon mundur beberapa langkah ke belakang, berkacak pinggang sambil mengamati pagar tinggi itu.
Dengan jiwa berandal yang masih tertanam di dalam dirinya, Zevon pun memanjat pagar itu dengan cepat seperti sudah sangat berpengalaman. Ketika sudah berhasil masuk ke dalam, Zevon langsung melangkahkan kakinya melewati halaman yang lumayan luas.
Rumah minimalis berlantai dua terlihat sangat sepi, mungkin karena ini juga sudah malam. Di garasinya terdapat sebuah mobil SUV milik Ayahnya.
Zevon hendak membuka pintu utama rumah itu. Namun, sayang, pintunya sudah terkunci. Zevon mengetuk pintu pintu itu berharap ada yang membukakan pintu untuknya. Baru dua kali Zevon mengetuk pintu, akhirnya pintu itu terbuka dan menampilkan seorang perempuan dengan perut yang sedikit membuncit.
"Loh, lo kok pulang?" tanya perempuan itu dengan raut terkejut.
"Ya emang kenapa? Rumah-rumah gue," jawab Zevon. Ia langsung menerobos masuk ke dalam rumah menuju ke arah kamarnya yang berada di lantai dua.
"Bukan gitu, maksud gue ada apa kok ke sini malem banget." perempuan hamil itu berjalan membuntut di belakang Zevon sembari terus memegang perut bawahnya.
"Mau ambil baju doang," sahut Zevon sambil masuk ke dalam kamarnya, sedangkan perempuan tadi hanya berdiri di depan pintu tak berniat ikut masuk.
"Lo nginep di Bandung? Tidur di mana?" perempuan yang memakai dress ibu hamil itu terus bertanya sambil mengamati Zevon yang mengobrak-abrik lemarinya.
"Ntar pulang ke sini lagi, cuma mau nganter baju kok." Zevon memasukkan sebuah celana training dan kaos berwarna putih ke dalam tote bag. Setelah di rasa sudah, Zevon pun keluar dari kamarnya dengan berlari kecil.
"Ntar pintunya jangan di kunci," pesan Zevon kepada perempuan yang masih berdiri di depan kamar Zevon. Ia terus mengamati Zevon yang berjalan menuruni tangga.
Namun, baru beberapa langkah Zevon menuruni anak tangga. Cowok itu berhenti dan kembali lagi ke atas menghampiri perempuan tadi.
"Lo punya dress atau rok sama baju gitu nggak? Pinjem dong," pinta Zevon sambil berkutat dengan ponselnya.
Sebelum melangkah masuk ke dalam kamar yang berada di samping kamar Zevon, perempuan itu menatap Zevon sambil mengerutkan alisnya. "Buat siapa?"
Zevon mendongak menatap perempuan itu, kemudian berkata, "cewek gue."
Selang beberapa saat, perempuan itu keluar dari kamarnya dan memberikan sebuah tote bag kepada Zevon.
"Makasih." Zevon mengulurkan tangan untuk menerimanya. Namun, langsung di jauhkan oleh perempuan tadi.
"Lo punya cewek?" tanyanya.
"Punya. Kenapa? Nggak suka?" ujar Zevon, sembari kembali menerima tote bag tadi. Sebelum berlalu dari hadapan perempuan tadi, mata Zevon jatuh pada perut buncit wanita itu. Ia memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya, kemudian jari telunjuknya menekan perut buncit itu.
"Tidur udah malem," kata Zevon sambil tersenyum sangat tipis. Apalagi saat ucapannya langsung di balas tendangan dari dalam, senyum Zevon langsung mengembang. "Iyaa, ntar pulang lagi."
Zevon menatap perempuan di depannya yang sedang mendengus. "Gue pamit."
"Hati-Hati," kata perempuan itu yang dibalas anggukkan oleh Zevon. "Papi ..." lanjutnya saat punggung tegap Zevon sudah tidak terlihat.
Alah si Zevon
---
Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kost-Mate
Teen FictionBagaimana perasaanmu jika tinggal bersama lima orang cowok dalam satu rumah, dan kamu adalah cewek satu-satunya? Takut? Sedih? Atau malah bahagia karena tinggal bersama dengan cowok ganteng? Ainka Atlana terpaksa harus tinggal bersama kelima cowok...