Seminggu terasa begitu cepat berlalu. Deretan ujian dan presentasi merepotkan telah berhasil Saehee lewati dengan nilai memuaskan. Seminggu itu terasa sangat berat. Disamping ujian yang sangat berat dan kompetitif, ia juga masih belum bisa melupakan kejadian dengan Jungkook tempo hari. Yang bisa ia lakukan hanya berpura-pura tegar dan melalui harinya seolah tak terjadi apa-apa, seolah Jungkook tak pernah menjadi bagian dari hidupnya.
Jimin adalah orang yang paling berperan penting dalam seminggu ini. Saehee berubah menjadi gadis manja dihadapan Jimin, sekedar mengenyahkan perasaan bersalahnya terhadap Jungkook. Jimin dengan senang hati memperlakukan Saehee seperti seorang ratu. Lusinan goyunan telah Jimin kerahkan untuk menghibur Saehee yang menurutnya butuh dukungan dalam melaksanakan ujian. Yang ia tak tahu adalah bahwa pacarnya bukan gelisah karena memikirkan ujian semesternya, melainkan karena mantan pacarnya.
Jimin dan Saehee tengah menikmati sarapan pagi di meja makan. Tak lupa, Kimchi juga sedang menikmati makanan kucing favoritnya di dekat mereka.
"Aku akan menunggu Oppa saja kalau begitu," kata Saehee.
"Tidak usah, kita bisa bertemu di Busan nanti, iya 'kan."
Jimin tak bisa mengajukan cuti karena proyeknya harus dilaksanakan dalam waktu dekat. Jimin berpacu dengan waktu dan tak bisa memangkas waktu kerjanya hanya untuk agenda liburannya dengan Saehee.
"Baiklah. Aku akan memesan tiket kereta besok."
Jimin mengangguk pelan sembari melahap kimchi sawi putih ke mulutnya.
"Apa Jungkook tidak ikut pulang denganmu?" tanya Jimin. Sendok di tangan Saehee terdiam tepat di depan bibirnya yang sudah menganga sedikit. Pertanyaan itu diluar dugaannya.
"Jungkook? Entahlah. Aku tidak bertanya apa dia akan pulang atau tidak," jawab Saehee sambil berusaha menyembunyikan kegugupan dan keterkejutannya.
"Ada baiknya jika kau bertanya. Kau bisa mengajak ia pulang bersama denganmu. Kau tidak akan sendirian dan kesepian di kereta, iya 'kan."
Saehee terdiam. Itu benar-benar bukan ide yang bagus. Jungkook bahkan tak tahu nomor ponsel Saehee yang baru dan ia tak berniat untuk mengajak pria itu pulang kampung bersama.
"Apa rumahmu dan Jungkook berdekatan?"
Saehee meneguk air putihnya sebelum menjawab pertanyaan Jimin. Pertanyaan mengenai Jungkook benar-benar membuatnya gerah dan haus. "Tidak terlalu dekat. Kenapa?""Tidak ada, hanya bertanya."
Saehee menyuapkan sup yang tiba-tiba terasa hambar kemulutnya. Baru saja lega karena tidak bertemu dan berhubungan dengan pria itu selama beberapa hari, tak disangka kekasihnya mengangkat topik mengenai makhluk yang paling ia hindari di muka bumi ini.
"Dia satu sekolah denganmu saat SMA 'kan? Apa dia mengenal mantan pacarmu?"
"Uhuk uhuk." Saehee tersedak begitu mendengar pertanyaan Jimin dan segera mengambil air minum di sampingnya lalu meneguknya sampai habis. Ia juga memukul pelan dadanya, berusaha untuk meredakan batuk yang timbul setelah satu suapan besar nasi menyangkut di tenggorokannya.
Jimin terlihat bingung dengan kejadian itu. Mungkin membahas mantan pacar misterius Kang Saehee bukanlah topik yang baik saat sarapan.
"Kenapa kau bisa tersedak? Berhati-hatilah," ucap Jimin penuh kelembutan. Ia berjalan menuju kursi Kang Saehee dan mengusap lembut punggung gadis yang masih terbatuk itu.
"Aku ... uhuk uhuk ... baik-baik saja."
Jimin kembali ke kursinya setelah Saehee melambaikan tangannya, pertanda dia baik-baik saja. Walaupun masih terbatuk beberapa kali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanfictionDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...