Cinta itu seperti apa?
Kenapa bisa mengubah sifat manusia? Kenapa bisa mengundang senyuman dan mengubahnya menjadi tangis memilukan dalam sekejap?
Cinta itu apa?
Kenapa rasanya bisa seindah itu? Juga kenapa bisa menjadi sesakit itu?***
“Kau darimana saja?” tanya Jungkook yang tengah menyedekapkan kedua tangannya kedada. Matanya tajam menatap Saehee yang baru saja mengendap-endap masuk ke apartemen.
Saehee mengelus dadanya. Darahnya berdesir sangat kencang karena kaget melihat Jungkook yang terlihat seperti polisi yang tengah menangkap basah maling. Pria itu sudah 1 jam lebih memandangi pintu, menunggu istrinya kembali entah dari mana. Dan Saehee masuk dengan gelagat mencurigakan dan segera mengundang rasa penasaran pria itu.
Saehee cengengesan sambil mengelus-elus lengannya. “Aku menemui temanku tadi. Maaf aku tidak pamit. Kau tidur terlalu pulas, jadi ku kira kau tak akan bangun sampai aku pulang.”
Jungkook merebut paperbag besar dari tangan Saehee dan segera menggeledahnya. Ia menatap Saehee dengan tatapan menelisik.
“Perempuan atau lelaki?”
“Apa?” tanya Saehee heran.
“Temanmu. Perempuan atau lelaki?” ulangnya lagi sambil merapikan isi paperbag yang baru selesai ia acak-acak.
Saehee berjalan menuju sofa dengan lesu. “Perempuan dan lelaki. Mereka teman baikku. Mereka akan pindah ke Jerman dan memberiku kenang-kenangan,” jawab Saehee tak bersemangat.
Jungkook mengangguk paham. Ia tak perlu lagi menanyakan banyak hal pada Saehee. Jawaban sang istri sudah cukup memuaskan rasa penasarannya. Ia menyusul Saehee dan duduk disampingnya. Segera ia bergelanyut manja, seperti kekasih yang sudah ditinggalkan sangat lama dan memendam rindu yang teramat dalam. Tangan Jungkook dengan segera merengkuh tubuh Saehee, wajahnya melekat erat di ceruk leher Saehee, menghirup aroma tubuh Saehee sangat dalam seolah itu adalah udara yang ia perlukan untuk bertahan hidup.
“Jangan meninggalkan aku seperti itu lagi,” ucap Jungkook dengan nada manja.
Saehee terkekeh renyah. Ia teringat ucapan Namjoon tadi. Bagaimana ia bisa mengurus bayi jika suaminya saja masih sama manjanya dengan seorang bayi.
“Aku hanya pergi sebentar. Lagipula kenapa kau jadi manja begini?”
Jungkook mencium pipi Saehee lalu kembali ke posisi semula. Satu kakinya juga di naikkan ke paha Saehee. Jungkook benar-benar seperti sedang berusaha menguasai tubuh mungil istrinya itu.
“Kenapa? Aku tidak boleh manja kepada istriku sendiri? Apa aku harus bermanja-manja dengan gadis lain?” celetuk Jungkook.
Mata Saehee melotot lebar dan segera mencubit paha Jungkook yang berada diatas pahanya, membuat pria itu mengaduh kesakitan.
“Baiklah. Pergi saja sana. Cari saja gadis-gadis cantik diluar sana dan bermanja pada mereka. Aku akan berlari ke apartemen Jimin Oppa dan tak akan kembali ke sini,” ucap Saehee dengan ketus. Tatapan matanya sangat tajam mengarah ke Jungkook, berusaha mengintimidasi pria itu dengan sorot matanya.
“Ah. Baiklah-baiklah. Jangan bahas Park Jimin lagi. Aku mual,” protes Jungkook. Ia kembali merengkuh Saehee seerat dan sedekat mungkin, menciumi pipi dan leher istrinya itu.
Saehee tersenyum.
“Terimakasih karena terus berjuang untukku, tak peduli seperti apa aku menolak dan menyakitimu waktu itu. Terimakasih karena tak menyerah. Terimakasih telah mematahkan egoku. Terimakasih,” ucap Saehee lembut.
“Aku dibutakan oleh kemarahanku dan kebencianku karena telah di permainkan oleh playboy sepertimu dan tanpa sadar aku masih saja menyukaimu sebanyak itu. Aku kira aku bisa memulai hal yang baru dengan orang lain, padahal aku masih ingin menyambung kembali cerita lamaku bersamamu. Aku tak tahu takdir seperti apa yang bermain dengan hidup kita, tapi aku senang aku kembali bersamamu.” Saehee mengecup kening Jungkook, menatapnya penuh keteduhan.
“Terimakasih juga karena sudah percaya pada playboy ini. Aku tak tahu bagaimana hancurnya aku jika kau benar-benar bersama Park Jimin. Mungkin aku tak akan pernah bisa jatuh cinta lagi.”
Saehee tertawa keras. Kata-kata yang seharusnya romantis itu terdengar seperti lelucon di telinganya.
“Kau? Tidak bisa jatuh cinta lagi?” kata Saehee disambung dengan ledakan tawa yang membuat Jungkook menjauh dan menatap heran kearah Saehee.
“Kenapa?” tanya Jungkook heran.
“Percayalah. Jika ada seorang gadis secantik Kim Taehee atau seseksi solois Hyuna mendekatimu, kau akan segera kembali menjadi pejuang cinta, iya kan?” ledek Saehee dengan tawa yang masih membahana, seolah tengah mengolok-olok ucapan Jungkook barusan.
Jungkook memanyunkan bibirnya. “Tidak.”
Tawa Saehee perlahan mereda. Ia melirik wajah Jungkook yang cemberut.
“Aku hanya menyukai Kang Saehee saja. Mereka bukan tipe ku,” protes Jungkook tak mau kalah.
“Sungguh?”
“Kau ini.” Jungkook maju dan segera menggelitik pinggang Saehee, membuat tawa gadis itu menggema keras. Tubuhnya berusaha memberontak tapi lagi-lagi tenaganya tak sebanding dengan Jungkook si pria perkasa ini.
“Baiklah, aku menyerah!” teriak Saehee.
Tawa gadis itu mereda. Tinggallah senyuman penuh kemenangan di wajah Jungkook. Ia menindih tubuh Saehee yang terkapar tak berdaya dan memeluknya erat.
“Ayo,” kata Jungkook.
“Kemana?”
Jungkook menatap Saehee dengan senyuman misterius di wajahnya. Kedua alisnya pun dinaik-turunkan, mencoba mengisyaratkan sesuatu.
“Tidak mau.” Saehee mendorong tubuh Jungkook menjauh dan segera bangkit. Dengan langkah cepat dan lebar gadis itu memasuki kamar lalu menutup pintu dengan cukup keras.
“Yeoboooooo!” teriak Jungkook. Senyumannya bertambah lebar sembari membuka kaus yang melekat di tubuhnya dan membuangnya sembarangan ke lantai. Ia segera menyusul Saehee ke kamar dan menutup pintu dengan cukup keras menggunakan kakinya.
-THE END-
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanfictionDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...