Saehee dan Jungkook tengah menikmati waktu bersama di apartemen Jungkook. Mereka menonton film dan makan siang bersama. Akhir pekan ini, Jimin ada tugas ke luar kota dan meninggalkan kekasihnya sendirian. Itu membuat Jungkook dan Saehee dengan leluasa pergi berkencan dan melakukan banyak hal bersama. Untuk beberapa waktu, Saehee melupakan statusnya sebagai pacar Jimin dan menikmati kebersamaannya bersama Jungkook. Mereka berdua layaknya pasangan muda yang baru saja mulai berkencan; hangat dan romantis. Bahkan lebih romantis daripada hubungan Saehee dan Jimin selama ini.
"Apa menurutmu Ahjussi itu adalah penjahatnya?" tanya Saehee. Matanya masih tertuju kearah televisi yang menayangkan adegan penyelidikan berlatar belakang kantor kepolosian. Film yang mengangkat tema pembunuhan berantai itu membuat Saehee berpikir keras siapa pemeran antagonisnya.
"Aku bertaruh bahwa penjahatnya adalah ayah sang gadis. Wajahnya tampak mencurigakan," sahut Jungkook sembari melahap sepotong kentang goreng. Wajah keduanya tampak lumayan serius. Film itu masih belum menampakkan pembunuh aslinya hingga mereka berdua harus menebak-nebak sejak pertengahan film.
"Jangan melihat seseorang dari wajahnya. Bahkan seseorang dengan wajah seperti malaikat bisa memiliki hati seperti iblis," celetuk Saehee. Ia menyandarkan kepalanya ke pundak Jungkook, membuat posisinya senyaman mungkin di sofa lama yang sudah lumayan usang itu.
"Ah, kau benar. Mungkin saja wajah bak malaikat dan senyum menawan seperti milik Park Jimin menyimpan hati sebusuk iblis." Seringai licik muncul di wajah Jungkook. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sangat suka menyinggung dan menjelek-jelekkan Jimin di hadapan Saehee. Ia hanya berharap gadis itu segera memutuskan hubungannya dengan Jimin dan memulai lembaran baru dengannya. Atau mungkin lebih tepatnya menyambung lembaran lama yang pernah terjeda.
Saehee segera menyerang Jungkook dengan cubitan pelan di perutnya, membuat pria itu mengaduh berlebihan sambil memasang mimik kesakitan.
"Ssssttt, diamlah," perintah Saehee yang gemas dengan bibir Jungkook yang akhir-akhir ini makin tidak bisa di rem.
Ponsel Saehee di atas meja berdering, menjeda kekhusyukan mereka berdua. Saehee gelagapan begitu melihat nama Jimin tertera di layar. Ia meminta Jungkook menjeda film dan mengisyaratkan agar lelaki itu tak bersuara.
"Halo,"
"Halo, Saehee-ya. Kau dimana? Aku sudah sampai di apartemen tapi kau tidak ada."
Mata Saehee melotot lebar dan wajahnya seketika berubah panik. "O-Oppa sudah sampai? A-aku sedang ada di luar bersama temanku.""Oh. Bisakah kau pulang sekarang? Ada yang ingin ku bicarakan."
"Ada apa? Oppa bisa mengatakannya di telpon." Saehee melirik Jungkook yang tengah mengenggak minuman bersoda di sampingnya dan bersendawa dengan keras. Saehee segera membungkam mulut pria itu, membuat Jungkook kewalahan karena susah bernafas.
"Tidak. Aku ingin bicara langsung denganmu. Pulanglah, aku menunggumu."
Sambungan telepon dimatikan. Saehee juga menarik tangannya dari wajah Jungkook. Pria itu segera menatap sebal kearah Saehee seraya menarik nafas dengan cepat. Gadis itu tidak hanya membungkam mulutnya, tapi juga menutup hidungnya. Beruntung ia tidak mati kehabisan nafas karena gadis itu.
"Kenapa?" tanya Jungkook heran. "Apa dia memintamu pulang?"
"Iya. Aku harus pulang." Saehee dengan segera mengambil tas selempang yang ia letakkan diatas meja. Ia mengecek ulang isinya, tak ingin meninggalkan apapun.
"Tidak bisa ditunda? Filmnya hampir selesai. Kita bahkan belum tahu siapa penjahatnya."
Saehee menatap layar televisi yang sengaja di pause oleh Jungkook. "Tontonlah sampai selesai lalu beritahu aku siapa penjahatnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanficDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...