Saehee berjalan tergesa-gesa di koridor kampus yang cukup ramai itu. Raut wajahnya menyiratkan banyak hal. Kekesalan, kekecewaan, marah dan kesedihan. Ia berjalan dengan cepat menuju tong sampah abu-abu yang ada tak jauh dari tempatnya. Saehee memasukkan makalah yang ia pegang tadi kedalam tong sampah itu lalu menendang benda tak bersalah itu hingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring dan memancing perhatian beberapa mahasiswa yang berada di sana. Kekesalan yang sudah sampai ubun-ubunnya membuat ia tidak peduli dengan belasan pasang mata yang tertuju padanya. Masa bodoh!
“Saehee-ya, bukankah kau terlalu berlebihan? Itu hanya satu nilai C. Aku punya empat nilai C semester lalu dan tidak bertindak sepertimu. Kau terlalu berlebihan. Ratu drama.” Gadis dengan wajah angkuh dan tangan yang bersidekap itu memandang rendah pada Saehee. Ia bahkan menyunggingkan seringai sinisnya pada Saehee.
Saehee membalikkan tubuhnya. Telinganya sangat sakit mendengar sindiran gadis itu.
“Apa? Maksudmu aku bersikap berlebihan hanya karena satu nilai C? Hei, dengarkan aku. Aku dan kau ada di kelas yang berbeda. Aku berada jauh diatasmu, sedangkan kau? Kau hanya remahan tak berharga yang beruntung bisa masuk ke kampus ini,” balas Saehee ketus. Ia menatap tajam gadis yang menjadi penyebab nilai C di presentasinya tadi. Gadis itu satu kelompok dengannya, namun ia tidak berkontribusi apapun dan tidak bisa menjelaskan satu materipun di depan kelas. Karena kekompakan mereka yang sangat kurang, dosen yang mengajar langsung memberikan nilai C pada mereka berdua.
Kerumunan mulai berkumpul di sekeliling mereka. Perkelahian adalah salah satu tontonan gratis yang seru yang sangat sayang jika dilewatkan.
“Apa?!” Gadis itu, Do Sina melotot tajam pada Saehee.
“Apa kau tidak mendengarnya dengan jelas? Aku mahasiswa berprestasi yang masuk peringkat 1% di negeri ini. Kita jelas berbeda. Jika kau dapat 4 nilai C semester lalu, aku dapat 3 nilai A- semester lalu. Kau tahu nilai rata-rataku? A! Kau hanya beruntung bisa satu kelompok denganku dan aku hanya sedang sial dapat teman satu kelompok sepertimu!” seru Saehee dengan wajah merah menahan emosi.
“Kau!!” Sina melotot tajam. Tangannya dengan cepat menarik rambut Saehee yang di gerai bebas. Perkelahian yang dinanti akhirnya terjadi. Duel antara Kang Saehee sang mahasiswa berprestasi dan Do Sina, si remahan beruntung.
“Kau gadis sialan!!!” Saehee yang tidak mau kalah ikut menarik kuat rambut Do Sina. Tidak ketinggalan kakinya yang ikut membantu menendang-nendang di udara. Para penonton bersorak-sorai. Tak ada yang berniat membantu memisahkan keduanya.
“Dasar tidak tahu diri!!” pekik Saehee geram.
“Perempuan gila! Dasar kau idiot dari Busan!!!”
“Dasar!!! Kau berani mengolok-olok kampung halamanku?!? Tidak akan kuampuni kau sialan!!!”
Saehee kembali menendang tubuh Sina. Gadis itu terhuyung ke belakang. Cengkraman tangannya di rambut Saehee terlepas. Ia merapikan rambutnya yang sudah tak keruan, begitu juga Saehee.
“Aku akan benar-benar menghabisimu hari ini!” seru Saehee sambil kembali melangkah maju menuju lawannya. Raut wajah mengerikannya membuat tak satupun orang berani mendekat.
Sepasang tangan kekar melingkar di pinggang Saehee. Tubuh mungilnya perlahan diseret menjauh, walaupun Saehee terus meronta-ronta dan mengumpat minta dilepaskan. Saehee menoleh kebelakang, matanya membulat sempurna.
“Jungkook-ah! Lepaskan aku! Aku ingin memberi pelajaran pada gadis kurang ajar itu! Jungkook-ah!!!” pekik Saehee sambil terus meronta-ronta. Namun sayang sekali, tenaga Jungkook jauh lebih kuat dari tenaga alakadar miliknya. Alhasil, tubuh kecil nya terseret jauh dalam rengkuhan Jungkook.
“AKU AKAN MEMBALASMU NANTI!!!” teriak Saehee dengan kesalnya.
*
Saehee meneguk soju dengan cepat dan meletakkan gelas kecil itu diatas meja. Tangannya kembali menuangkan soju ke gelas kecil itu, lalu dalam sekali teguk cairan bening itu hilang ke perut Saehee. Jungkook yang duduk di hadapan Saehee hanya memerhatikan gadis itu sambil menikmati satu persatu kimbab yang ia pesan.
“Bibi, tolong sojunya satu lagi!” teriak Saehee yang setengah mabuk itu. Ia mengangkat botol soju yang telah kosong itu ke udara, mengguncangnya sebentar lalu meletakkan botol hijau itu keatas meja.
“Saehee-ya, sudah cukup. Kau sudah sangat mabuk.” Jungkook menarik gelas kecil milik Saehee menjauh, namun dengan segera gadis itu merebut nya dari Jungkook.
“Aku sangat kesal Jungkook-ah!” racau Saehee setengah sadar. Ia meletakkan kepalanya diatas meja. Matanya terpejam sambil terus menggumam sesuatu yang tidak jelas.
Jungkook tersenyum kecil. Tangannya menyentuh kepala Saehee dan mengelusnya dengan penuh kelembutan. Ia masih sama. Masih mementingkan nilai diatas segalanya. Gadis ambisius. Berbeda dengan Jungkook yang tidak suka belajar. Ia lebih suka bermain daripada membaca buku.
Bibi pemilik warung pinggir jalan itu datang dengan sebotol soju di tangannya. Ia meletakkan botol hijau itu di meja lalu pergi.
“Saehee-ya, ayo pulang. Kau sudah sangat mabuk,” ajak Jungkook. Tangannya masih setia mengelus kepala Saehee.
“Tidak mau,” sahut Saehee singkat. Ia menegakkan tubuhnya, membuka botol soju keempatnya dan menuangkan minuman itu ke gelas.
Jungkook segera mengambil gelas Saehee yang sudah terisi penuh itu dan meminumnya dalam sekali teguk.
Saehee yang mabuk hanya diam dan menatap intens Jungkook.
“Kenapa kau datang dan memisahkan ku tadi? Aku hanya ingin memberinya pelajaran.”
“Perkelahian tidak akan membuat nilai C mu berubah menjadi nilai A, iya kan?”
“Kau menyebalkan!” seru Saehee kesal. Ia bahkan memukul meja dengan pelan tanpa tenaga.
Saehee kembali meletakkan kepalanya diatas meja.
“Jungkook-ah ….” panggil Saehee.
“Hmm.”
“Kenapa kau memutuskan ku dulu?”
Jungkook terdiam. Ia memainkan botol soju yang kosong. Bibirnya seperti kelu, entah apa yang harus ia katakan. Ia kehilangan suaranya dalam sekejap.
“Apa karena aku jelek dan gendut?” racau Saehee dengan suara serak.
Jungkook tersenyum kecut. Matanya tak berani menatap Saehee. Ia terus fokus pada botol soju yang ia putar-putar diatas meja itu.
“Kau tahu, aku sangat mencintaimu. Tapi aku juga membencimu sekarang. Kau … kau berani-berani mempermainkan perasaanku. Harusnya kau tidak menyatakan perasaan palsumu. Kau tahu, aku … sungguh … menyukaimu saat itu. Jeon Jungkook bedebah sialan!” umpat Saehee.
Jungkook kembali tersenyum kecut. Umpatan Saehee benar-benar menancap di telinganya. Ia memang bedebah, ia juga tahu hal itu. Namun bedebah sialan ini sedang menerima karma nya sekarang. Hatinya yang dulu seperti batu, hobi memainkan banyak gadis kini terpaku pada satu gadis. Gadis spesial yang membuatnya melakukan apapun agar bisa kembali dekat dengannya, bahkan dengan cara menyakiti gadis lainnya.
“Saehee-ya, ayo pulang. Kau sudah sangat mabuk,” kata Jungkook.
“Jeon Jungkook-ah. Aku akan membalasmu! Aku akan membuatmu menyesal karena telah mencampakkanku!” seru Saehee dengan mata terpejam sempurna.
Jungkook tersenyum samar, “Saehee-ya, aku sudah menyesal. Jangan khawatir.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanfictionDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...