Tetangga Baru, Si Penculik Kucing

259 55 13
                                    

Saehee kembali ke apartemen kecilnya dengan tubuh dan otak yang remuk redam. Hari ini benar-benar melelahkan. Ia harus bekerja keras untuk menyelesaikan materi presentasenya untuk minggu depan, sedangkan teman-teman satu kelompoknya hanya numpang duduk di perpustakaan sambil memainkan ponsel mereka tanpa keinginan untuk membantu Saehee walau sedikit. Saehee yang tidak ingin ambil pusing hanya mengerjakan semuanya tanpa sepatah katapun. Ia hanya menganggap anggota kelompoknya yang lain tidak memiliki cukup kepintaran untuk mengerjakan tugas presentasi itu.

Saehee merebahkan tubuhnya ke kasur, menarik nafas panjang sembari memejamkan mata. Tubuhnya sedang berusaha menikmati sisa hari yang ada, beristirahat tanpa gangguan. Nyaman sekali.

Saehee membuka matanya lebar. Ada yang aneh dengan apartemennya. Sepertinya ada sesuatu yang hilang disini.

“Kimchi!” pekiknya.

Kimchi, kucing peliharaan Saehee. Kucing belang itu tidak terdengar suaranya. Padahal biasanya jika Saehee pulang, suara nyaring kucing itu akan langsung menyambutnya. Kamarnya terasa senyap, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan lain disini.

“Kimchi …!” Saehee mulai berteriak. Ia langsung bangkit, bergegas mencari kucing peliharaan itu di semua sudut yang bisa ia jangkau. Saehee mengintip kebawah tempat tidurnya, mencari ke kamar mandi, rak sepatu dan lemari pakaian. Saehee juga mengecek di dekat tempat cuci piring, salah satu tempat kesukaan kucing itu untuk merebahkan tubuhnya. Namun sayang, kucing itu juga tidak ada di sana. Kimchi hilang tanpa jejak.

“Kimchi!!!” Saehee mulai panik, ia mulai mencari ke luar apartemen walaupun sebenarnya hampir tidak mungkin kucing itu keluar. Tidak ada jalan lain untuk pergi dari apartemen itu kecuali dari pintu depan, satu-satunya pintu yang ada disana.

“Kimchi …!” teriak Saehee sambil menuruni anak tangga.

“Meoonngg ….” Terdengar suara kucing dari lantai dua apartemen. Saehee buru-buru menuruni anak tangga dan menuju ke asal suara kucing itu.

Langkah Saehee terhenti. Wajah paniknya masih belum bisa ia sembunyikan. Kali ini, rautnya terlihat sedikit kaget. Tentu saja. Siapa yang tidak kaget saat menemukan kucing peliharaanmu sedang di gendong dan di belai lembut oleh mantan pacarmu yang muncul entah darimana.

“Jungkook-ah!!!” pekik Saehee kesal. Ia buru-buru merebut Kimchi dari gendongan Jungkook dan menatap tajam pria yang tengah mengumbar senyum malaikat tak berdosanya itu.

“Kau tidak merawat Kimchi dengan baik ya? Lihatlah, tubuhnya terlalu kurus. Bulunya juga rontok. Kau ini bagaimana sih?!” omel Jungkook.

Saehee mengelus Kimchi yang tampak nyaman berada di pelukannya. Saehee kemudian menatap tajam Jungkook, bersiap memberikan rentetan pertanyaan padanya.

“Bagaimana kau bisa ada disini? Bagaimana kau bisa bersama Kimchi? Apa kau masuk secara diam-diam kedalam apartemen ku?” Saehee meminta penjelasan pada Jungkook.
Jungkook melipat tangannya ke depan dada.

“Itu salahmu. Kenapa kau menggunakan tanggal lahirku sebagai pin apartemenmu?” Jungkook bertanya balik pada Saehee. Ah … dan jangan lupakan senyum iblis diwajahnya itu.

SKAKMAT!

“A-apa? I-itu bukan tanggal lahirmu Jungkook. Di dunia ini bukan hanya kau yang lahir tanggal 1 September kan? La-lagipula, bagaimana kau bisa ada disini? Bagaimana kau tau apartemenku?” Saehee gugup, ucapannya terbata-bata. Ia tahu bahwa riwayatnya sudah tamat. Harusnya ia tidak menggunakan tanggal lahir pria itu sebagai pin apartemennya. Benar-benar sial.

Jungkook terkekeh geli. Gadis itu benar-benar sudah tertangkap basah.

“Hei, ayolah. Apasalahnya kalau kau mengakui itu. Itu bukan dosa ‘kan? Mencintai mantan pacarmu bukanlah hal yang terlarang, benarkan?” ledek Jungkook.

Wajah Saehee mulai bersemu merah. Pipinya terasa panas.

“Berhenti bicara omong kosong!” ketus Saehee. Ia membalikkan tubuhnya, berniat kabur sebelum ia benar-benar kalah dalam argumentasi ini. Sebenarnya, ia sudah kalah sejak awal. Tapi tidak ada salahnya menyelamatkan sisa-sisa harga dirinya, iya ‘kan?

Saehee melangkahkan kakinya, berusaha menjauhi Jungkook yang masih memasang senyum penuh kemenangan menjijikkan itu.

“Hei … hei … hei. Apa kau akan kabur setelah tertangkap basah oleh ku?!” teriak Jungkook. Ia masih mencoba untuk menggoda Gadis itu lebih jauh lagi.

Saehee tak menggubris Jungkook. Ia terus berjalan dengan cepat sambil mengelus-elus Kimchi, berharap semu merah di wajahnya menghilang atau setidaknya memudar. Ia tak tahu Jungkook mengikuti langkah kakinya di belakang.

“Omong-omong, aku tinggal di sini. Kita hanya beda satu lantai. Jadi, aku harap kita bisa sering-sering bertemu.” ucap Jungkook.
Langkah kaki Saehee terhenti. Otaknya mulai memproses kata-kata Jungkook barusan.

“Sampai bertemu lagi, tetangga,” kata Jungkook sambil melambaikan tangannya kearah Saehee. Jungkook tersenyum lebar, berjalan mundur beberapa langkah dan sampai di depan pintu apartemennya. Telinga Saehee dapat dengan jelas mendengar bunyi saat Jungkook memasukkan pin apartemennya, juga suara pintu yang ditutup.

Saehee membalikkan tubuhnya, menatap kearah pintu tempat Jungkook menghilang tadi.

“Meoonnggg ….” Kimchi mulai mengeluarkan suaranya.

“Aku tahu, dia sedang bermain-main denganku. Tenanglah, aku tidak akan terjebak dengan tipu muslihatnya kali ini,” ujar Saehee seakan ia mengerti arti meongan kucingnya barusan.

“Meoonnggg ….” Kimchi kembali mengeong.

“Iya-iya. Aku tahu. Aku sudah membelikan makanan kesukaanmu. Tapi lain kali, jangan mau ikut dengannya ya. Dia pria jahat,” sahut Saehee sambil melangkah kembali ke apartemennya.

***

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang