Akhir Yang Indah

124 25 0
                                    

Jungkook mengerjapkan matanya, mencari sosok yang entah sejak kapan sudah menghilang dari sampingnya. Ia menguap lebar lalu mengucek matanya perlahan, mencoba memperbaiki penghilatannya yang masih buram. Tempat di sampingnya sudah kosong. Tak ada lagi sosok yang kemarin malam memeluknya dengan hangat dan memberikannya belaian lembut penuh kasih sayang.

“Meoooong.” Kimchi berjalan menuju kasur sambil menguap lebar. Ia melompat tinggi dan mendarat tepat didepan Jungkook. Kucing itu tanpa segan langsung merebahkan tubuhnya dihadapan Jungkook, menutup matanya dengan cepat dan terlelap dengan mudahnya.

Jungkook tersenyum manis. Tangannya membelai tubuh kucing belang itu. “Eomma-mu dimana?” tanyanya lembut.

Tentu saja tak ada jawaban yang ia dapatkan dari kucing gempal yang tengah mencoba tertidur itu. Bahkan gerakan tangan Jungkook tak mampu menggugah kucing itu.

“Baiklah, aku akan mencari Eomma-mu sendiri,” guman Jungkook pelan.

Ia segera bangkit dari kasur, menguap lebar sebentar sambil merenggangkan tubuhnya lalu berjalan keluar kamar.

Suasana yang sepi dan lengang membuat Jungkook terdiam di depan pintu. Biasanya pagi-pagi begini Saehee sudah mondar-mandir untuk menyiapkan sarapan dan membangunkan Jungkook yang terkenal sangat sulit di bangunkan. Tapi pagi ini, Jungkook benar-benar terbangun dengan tenang tanpa teriakan atau pukulan ditubuhnya. Biasanya pagi-pagi begini Saehee sudah mengerahkan pita suaranya semaksimal mungkin untuk membangunkan Jungkook dan menyuruhnya untuk bersiap ke kampus. Pagi ini terlalu tenang untuk Jungkook dan itu adalah hal yang sangat aneh.

“Saehee-ya,” panggil Jungkook dengan nyaring. Ia segera melangkah ke dapur, tempat paling potensial yang biasanya menjadi markas Saehee pagi-pagi begini.

Jungkook langsung membalikkan tubuhnya, meninggalkan dapur dan segera menuju ruang tengah. Tak lupa, ia juga memeriksa kamar tamu, kamar mandi dan ruangan ganti namun ia tak menemukan sosok yang ia cari.

Jungkook bergegas mencari ponselnya. Entah kenapa ia selalu panik saat Saehee tak ada di sekitarnya, apalagi jika ia menghilang pagi-pagi begini tanpa pesan.

Ponsel yang semula menempel di telinganya kembali ia utak-atik. Ponsel Saehee tak bisa dihubungi dan itu bukanlah pertanda yang baik.

Jungkook bergegas mengganti pakaiannya. Ia bahkan tak sempat untuk sekedar membasuh wajah atau gosok gigi. Ia hanya menata rambutnya dengan jari secara asal dan segera bergegas menuju mobil.

*

“Kau sudah sampai?”

Seorang wanita dengan perut buncit menyambut Saehee. Senyuman menawan di wajahnya juga rentangan tangan lebar kearah Saehee membuat gadis itu segera memeluk sosok itu sekilas.

“Maaf mendadak menghubungimu. Aku benar-benar tak punya banyak waktu,”  ucap wanita itu lagi. Ia mendudukkan tubuhnya di sofa hitam diikuti Saehee yang mendudukkan tubuhnya di seberang wanita itu.

“Tidak apa-apa. Aku senang Eonni mengunjungiku sebelum pergi,” balas Saehee.

Wanita itu menyodorkan sebuah paper bag besar yang sudah sejak tadi ada di meja. “Hadiah perpisahanku untukmu. Juga hadiah kemenanganmu atas keegoisanmu selama ini.”

Saehee terkekeh. “Apa-apaan ini? Kemenangan apa maksudnya?”

“Kemenanganmu atas Jungkook tentu saja.”

Senyum Saehee memudar. Ia menunduk sebentar lalu kembali menyunggingkan senyum yang lebih lebar dari sebelumnya.

“Aku tak tahu ini kemenangan atau kekalahan. Aku kalah dari ambisiku untuk balas dendam padanya. Tapi aku juga senang saat kembali memenangkan hatinya. Aku tak tahu hal itu akan sangat rumit. Kurasa aku salah merancang permainan sejak awal.”

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang