Sang Penolong

219 45 19
                                    

Kang Saehee bisa kembali menghirup udara segar setelah Jungkook menghilang dari peredaran hidupnya. Pemuda itu sudah tidak menampakkan batang hidungnya selama hampir seminggu. Tidak ada lagi makhluk yang menerobos masuk kedalam apartemennya, juga tidak ada makhluk yang akan mengganggu kencan dan juga harinya. Benar-benar hari yang cerah.

Agenda hari ini adalah pergi ke perpustakaan. Ia akan mencari beberapa buku referensi yang bagus untuk tugasnya. Maklumlah, gadis itu sangat perfeksionis jika sudah menyangkut tugas dan nilai. Apalagi dengan di dukung perangkat otak yang memadai dan cukup jenius. Tidak ada yang susah bagi Saehee. Pelajaran? Itu hanya cemilan ringan.

Saehee sudah berada di tengah keramaian perpustakaan. Ia dengan hikmat membaca dan menyalin beberapa materi kedalam buku catatannya.

"Saehee Eonni." Suara cempreng membuyarkan konsentrasi Saehee. Ia mengangkat dagunya, mencari pemilik suara tersebut.

"Oh, Jung-ah."

Jung-ah menarik kursi kosong yang ada didepan Saehee. Ia meletakkan buku-bukunya. Wajahnya terlihat kesal. Mungkin dia sedang mengalami hari yang buruk.

"Eonni, apa Eonni tahu dimana Jungkook Oppa? Dia tidak bisa dihubungi, apartemennya juga kosong. Apa Eonni tahu dia dimana?" Jung-ah mengadu panjang lebar pada Saehee. Seperti anak kecil yang baru saja di dorong oleh temannya dan mengadu pada ibunya. Benar-benar menjengkelkan.

Saehee mengulas senyum seadanya. Kenapa bertanya Jungkook padaku? batinnya.

"Entahlah. Apa dia tidak bilang padamu kemana dia pergi?" tanya Saehee balik.

"Tidak. Dia bertingkah aneh akhir-akhir ini. Dia jarang mengangkat telepon dariku, juga jarang ada di apartemen. Apa jangan-jangan ... dia ... aish!" Jung-ah menggeram kesal sambil sedikit mengacak-acak rambut panjangnya.

Saehee tersenyum kikuk. Ia benci seseorang yang bertingkah manja seperti Jung-ah. Terlalu kekanak-kanakan.

"Eonni, jika Eonni bertemu dengannya tolong beritahu dia untuk menghubungiku segera."

"Baiklah," sahut Saehee seadanya.

*

Entah kenapa jalan menuju apartemennya jadi sesepi ini. Lampu remang-remang seadanya membuatnya teringat pada lusinan film horror yang ia tonton. Banyak adegan menyeramkan yang terjadi di tempat gelap dan sepi seperti saat ini. Saehee mulai memikirkan adegan-adegan aneh dan mengerikan di otaknya. Pembunuhan, penculikan, perampokan, dan juga penguntitan. Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri.

Saehee berjalan dengan langkah cepat sambil merapalkan doa agar ia sampai dengan selamat dan utuh ke apartemen kecilnya. Suasana yang semakin sepi membuat ketakutan Saehee memuncak.

Saehee menolehkan kepalanya ke belakang. Terlihat sosok laki-laki dengan pakaian serba hitam lengkap dengan topi dan masker yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Saehee merutuki nasib. Harusnya ia tidak membayangkan hal yang tidak-tidak tadi.

Pria itu terus mengikuti Saehee. Ia berjalan dengan kecepatan yang sama dengan gadis yang tengah diselimuti rasa takut itu. Saehee terus merapalkan doa dan bersiap sedia untuk berteriak jikalau pria itu melakukan tindakan yang mencurigakan.

Ya tuhan, jika aku mati bagaimana dengan Kimchi? Aku belum siap tuhan. Biarkan aku menerima gelar sarjanaku, melihat Kimchi bertemu dengan kucing betina yang baik lalu memiliki bayi-bayi kucing yang lucu, batin Saehee.

Ia terus mempercepat langkahnya, bahkan setengah berlari. Tapi si pria asing penguntit itu juga tidak mau kalah. Ia ikut mempercepat langkah kakinya dan terus mengikuti Saehee dari belakang.

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang