Membereskan Kekacauan

127 29 10
                                    

Jimin tak pulang selama 2 hari. Tak tahu pria itu pergi kemana. Ponselnya tidak bisa dihubungi dan Saehee tak tahu harus menanyakannya pada siapa. Ia tak punya kontak teman-teman Jimin ataupun rekan kerjanya. Hilang tanpa kabar setelah argumentasi pagi itu semakin membuat Saehee diselimuti rasa bersalah. Ia bisa melihat bagaimana kecewa dan marahnya Jimin pagi itu saat ia mengutarakan keinginannya untuk membatalkan acara pernikahan yang tanpa sepengetahuannya sudah di rencanakan oleh Jimin. Lagi-lagi, cinta adalah penyebab semuanya. Benda tak berwujud itu sukses membuat hidup Saehee jungkir balik dan tanpa ampun membuatnya dalam masalah yang bahkan tak bisa ia temukan penyelesaiannya.

Jimin adalah korban dari semua ini. Korban keegoisan Saehee yang sangat ingin menjauhi mantan pacarnya dan berakhir sia-sia. Pada akhirnya ia tetap kembali ke pelukan Jungkook tanpa perlawanan berarti, lalu meninggalkan Jimin yang sudah terlanjur mempercayai bahwa gadis yang kini memiliki hubungan dengannya hanya mencintainya saja. Atau mungkin lebih tepatnya belajar mencintainya.
Ingin rasanya Saehee mengutuk pada dunia atau sang penulis takdir yang sudah sangat lihai menuliskan jalan cerita penuh liku ini untuknya. Lagi-lagi ini karena cinta. Karena hati dan perasaan yang kadang bertolak belakang dengan logika manusia. Kini, semuanya rumit. Saehee dihadapkan dengan dua pilihan; mengecewakan kedua keluarga dan Jimin atau mematahkan kembali hati yang dulu pernah mematahkan hatinya. Tak ada jalan yang lebih logis untuk dipilih. Keseriusan Jimin dalam hubungan ini benar-benar membawakan karma paling mengerikan di sepanjang hidup Saehee.
Pintu kamar terbuka, mengejutkan Saehee yang tengah duduk di tepi ranjang dan hanyut dalam hayalan dan dilemanya. Ia sedikit kaget melihat sosok yang selama 2 hari ini menghilang tanpa kabar muncul dihadapannya. Saehee seketika salah tingkah dan tak tahu harus melakukan apa. Ia celingukan kesana kemari, lalu mengambil Kimchi yang tengah tertidur pulas menuju pangkuannya dan langsung mengelusnya.
Jimin menghembuskan nafas pelan. Ia masuk dan segera duduk disamping Saehee. Jaket kulit yang ia kenakan segera ia lepas dan meletakannya diatas kasur, tepat disampingnya.

Hening.

Mereka hanya saling melirik satu sama lain. Saehee yang gugup dan canggung hanya bisa terus mengelus Kimchi, walaupun kucing itu terlihat kesal dan berusaha keluar dari dekapan majikannya.

“Maaf,” Suara Jimin terdengar menyapa pendengaran walaupun suaranya sangat pelan. “Aku tak seharusnya seperti itu.”
Saehee masih diam, tak tahu harus bereaksi seperti apa.

“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Bahkan saat aku masih berkencan dengan mantan pacarku, aku sudah memiliki perasaan itu terhadapmu.”

Saehee lumayan terkejut dengan pengakuan Jimin barusan. Seperti ada gemuruh besar didadanya. Ia tak menyangka bahwa senior yang paling dekat dengannya dan merupakan satu-satunya teman yang ia miliki di kampus ternyata memiliki perasaan lebih terhadapnya.

“Aku tahu, aku hanya pelarianmu dari mantan pacarmu. Aku hanya pelampiasanmu. Tapi, semakin aku mencoba menyadarkan diriku bahwa kau tak memiliki perasaan yang sama denganku, semakin aku berambisi untuk memilikimu sepenuhnya. Aku mengakuinya, aku salah. Dari sudut pandang apapun, aku tetap salah. Aku sedang memaksakan kehendakku terhadap gadis yang jelas-jelas tak memiliki perasaan terhadapku,” ucap Jimin sambil menunduk. Jimin mengulas senyum tipis, mengingat bagaimana sosok disampingnya itu menyuplai paling banyak kebahagiaan dan kenangan indah dihidupnya, terlepas dari gadis itu mencintainya atau tidak.

“Cinta tak bisa di paksa, iya kan, Saehee?”
Perlahan,  airmata itu kembali menuruni pipi Saehee. Sudah berhari-hari Saehee menangisi banyak hal. Tentang dirinya, Jimin, Jungkook dan pertemuan keluarga malam itu. Masih bisa ia ingat dengan jelas bagaimana raut-raut kebahagiaan yang terpancar di wajah kedua orangtuanya, juga orangtua Jimin. Bagaimana Jimin mengisahkan banyak hal tentang keduanya, diiringi senyuman manis yang membuat Saehee takjub dengan setiap tutur tanpa rasa bersalah dari lelaki itu. Lelaki yang berusaha menikahinya, mencoba menjadikan Saehee istrinya, bahkan tanpa bertanya dan meminta persetujuan Saehee.

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang