Jimin memasukkan satu persatu benda kedalam kotak kardusnya. Perlahan, ia memilah barang dan meletakkannya dengan perlahan kedalam kotak besar itu. Baju, sepatu, jam tangan, bahkan pakaian dalam. Bukan, Jimin bukannya ingin pindah atau diusir dari tempat tinggalnya. Ia hanya ingin membuang semua barang yang berkaitan dengan masa lalunya dengan wanita itu. Wanita yang tak ingin ia ingat lagi, tak ingin ia sebut dan dengar namanya lagi, wanita yang ingin segera ia usir dari kehidupannya.
Sudah ada 3 kotak kardus berisi berbagai macam barang didalam kamarnya. Namun masih banyak barang yang harus ia kemas. Menjalin hubungan selama 5 tahun lebih menyisakan begitu banyak sampah tak berguna. Sampah yang satu demi satu membawa cerita masing-masing kedalam kehidupan Jimin.
“Kau sungguh akan membuangnya?” Sebuah suara terdengar dikamar Jimin. Kim Taehyung, sahabat Jimin memasuki kamar sambil menimang-nimang bola baseball ditangannya. Ia melihat satu persatu kotak kardus yang penuh dengan tumpukan barang itu.
“Kenapa? Apa kau akan menampung barang-barang tidak berguna ini?” tanya Jimin sedikit kesal.
Taehyung tersenyum sinis. Ia berjalan kearah kasur dan duduk disana sambil terus mengarahkan pandangan matanya kearah kardus-kardus itu.
“Barang tak berguna? Kau selalu memamerkan barang-barang itu padaku dan sekarang kau menyebutnya barang yang tidak berguna?” ucap Taehyung diikuti dengan tawa sumbang.
Taehyung mengambil sebuah hoodie yang berada di salah satu kardus didekatnya. “Ini … kado yang ia berikan saat kalian merayakan 100 hari kencan kalian kan?” tanya Taehyung sambil membentangkan hoodie hitam itu di depannya.
Jimin berjalan dan mengambil hoodie itu dengan kasar lalu melemparkannya kembali ke kardus. Ia menatap sini Taehyung yang sangat mengganggu waktunya. Waktu sakral untuk memulai awal baru tanpa wanita itu.
“Wanita itu punya selera yang buruk.”
“Wanita … itu?” tanya Taehyung sambil memiringkan kepalanya. “Apa kau tidak ingin menyebut namanya lagi sekarang?”
“Dia hanya masa lalu.”
“Ya, kau benar. Dia hanya masa lalu. Dan aku masih tidak mengerti kenapa kau bisa patah hati separah ini.”
Jimin yang sedang sibuk membereskan beberapa action figure memasang senyum tipis.
“Maksudmu aku tidak boleh patah hati?”
“Kau menyukai wanita lain dan tidak tahu bagaimana caranya memutuskan wanita itu. Sekarang kau tidak perlu repot-repot lagi untuk memutuskannya dan takut menyakiti perasaannya. Dia sudah menemukan pria lain. Bahkan sudah memiliki bayi bersama pria itu. Kurasa mabuk selama dua hari di restauran adalah hal yang berlebihan,” tutur Taehyung sambil mengambil satu persatu barang yang ada didalam kotak dan mengamatinya dengan intens.
Jimin tertawa keras. Ia bahkan sampai terduduk dilantai karena tawanya itu mengambil alih keseimbangan ditubuhnya.
“Aku tahu. Aku mungkin berlebihan. Tapi, aku tetap merasakan sakit hati. Bagaimana bisa pria lain menyentuh wanita yang berstatus sebagai pacarku. Dia selalu memintaku untuk memakai pengaman setiap kali melakukannya, tapi tiba-tiba dia hamil dengan dokter sialan itu dan memutuskan untuk menikah dengannya. Aku sangat terkejut sampai hampir mati rasanya.
“Aaaah …. Harusnya aku mengucapkan terima kasih pada dokter itu. Dan, soal keributan yang aku timbulkan, bukankah itu akting yang pantas untuk seseorang yang baru saja patah hati? Jika aku bersikap seperti tidak terjadi apa-apa, maka semua orang akan merasa aneh padaku. Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar,” lanjut Jimin sambil menatap Taehyung intens.
Taehyung menghela nafas kasar. “Kau benar-benar gila. Harusnya aku tidak berteman denganmu.”
“Kau benar. Pergilah,” ucap Jimin sambil melemparkan sebuah action figure kearah Taehyung.
Mereka berdua tertawa dengan keras. Entah apa yang lucu, namun sepertinya otak mereka sama-sama memberi sugesti untuk tertawa. Hormon bahagia seolah mengambil alih kendali tubuh keduanya.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanya Taehyung sambil mencoba meredakan tawanya.
“Tentu saja aku akan berusaha.”
Taehyung mengangguk perlahan. Seolah ada gambaran di otaknya mengenai usaha yang dimaksud sahabatnya itu.
“Sayang sekali. Wanita itu cantik dan punya tubuh yang indah,” kata Taehyung sambil merebahkan tubuhnya ke kasur. Ia memandang langit-langit dengan tatapan hampa. Tangannya terus meremas bola baseball yang sejak tadi ia genggam.
“Ya, sayang sekali aku hanya mengencaninya karena nafsu.” Jimin ikut mengiyakan pernyataan Taehyung sambil terus mengemasi barang-barangnya. Ia memilah baju-baju yang ada di ruang ganti miliknya lalu mulai melemparkannya kelantai. Baju-baju itu, ia tidak membutuhkannya lagi. Lagipula semua barang itu tak punya kenangan spesial baginya. Perasaan palsu, kenangan palsu, patah hati palsu.
Ada seulas senyum cerah di wajah Jimin yang tak dilihat oleh siapapun. Senyum cerah yang tak patut ditunjukkan pada dunia saat semua orang sedang iba karena patah hati yang ia derita. Senyum itu terus mengembang saat dirinya tengah mengeluarkan satu persatu barang dari ruang gantinya.
“Taehyung-ah, ambillah beberapa barang yang kau inginkan. Aku ingin segera membuangnya. Mataku benar-benar risih melihat benda-benda ini.”
“Apa kau juga akan membuang mobil mewah pemberiannya?”
“Tentu. Kenapa? Kau ingin mengambilnya? Ambillah. Benda itu tidak memiliki kenangan apapun yang membuatnya pantas ku pertahankan.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]
FanficDalam hidup, pertemuan dan perpisahan adalah misteri yang kerap di simpan rapat oleh takdir. Perpisahan bisa saja menjadi hal yang menyakitkan, namun kadang kala pertemuan setelah perpisahan adalah hal yang lebih menyakitkan berkali-kali lipat. Hal...