26. Impian yang harus pupus

1.5K 171 12
                                    

Happy Reading
Typo bertebaran

***



"Woy!"teriak seseorang membuat kedua orang itu menoleh.

Floe dan Leo cepat-cepat berdiri. Keduanya sama-sama membuang muka,karena ketiga cecunguk Leo datang. Dan jangan lupakan Davina yang ikut datang juga.

Gadis itu berjalan mendekati Floe yang masih enggan menatapnya. Kemudian,mata Davina beralih ke tangan Floe yang sedang menggenggam buket bunga mawar yang diberikan Leo tadi. Davina pun mengerti sekarang, jadi sahabat dan sepupunya itu sedang bersama karena ingin berduaan, pikirnya.

"Widih ada buket bunga tuh? Floe,itu Leo yang kasih?"celetuk Caesar saat matanya menangkap ke arah tangan Floe.

"Ya iyalah,siapa lagi? Romantis kan sepupu gue?"tanya Davina menimpali.

Leo? Pemuda itu hanya diam tidak bisa berkata-kata. Ia seperti tertangkap basah karena melakukan hal yang salah? Oh ayolah,ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya? Apakah salah? Dan ini lagi, kenapa muncul ketiga curut bersama sepupunya juga.

Ia pasti akan diejek habis-habisan oleh mereka jika Floe tidak ada. Membayangkan itu,ia malas sekali.

"Ganggu aja sih lo!"celetuk Leo.

"Kita ke sini mau ajakin kalian berdua makan tuh di resto depan. Tadinya sih kita nggak mau ajak,eh lihat kalian berdua di sini! Lagi mesra-mesraan lagi,ya sekalian gue ajak deh."sahut Caesar.

"Lo mau bayarin?"tanya Floe bersuara.

"Oh tentu saja TIDAK!"ujar Caesar sambil menekankan kata tidak.

"Dia kan emang kaya gitu. Nggak pernah mau bayarin. Doyannya gratisan mulu!"ujar Raga.

"Jangan mulai deh Ga. Lo diam aja,suara Lo itu terkadang membuat lawan bicara Lo itu sakit hati. Omongan lo itu nylekit nya minta ampun. Nggak ada tandingannya deh!"tutur Caeser. Sedari tadi hanya suara pemuda itu yang berisik.

"Bangsat Lo! Taik!"umpat Raga.

"Nah kan? Belum juga apa? Udah keluar aja. Nggak baik Ga,ngomong kaya gitu! Lidah Lo dipotong nanti sama malaikat. Pakai golok yang panjang,tebal dan bergerigi!"sahut Caesar.

"Bukannya itu ciri-ciri gergaji ya?"tanya Davina polos.

"Budu lah,budu mamat!"kesal Raga.

"Kalian mau ngebacot di sini terus atau gimana?"tanya Leo jengah.

Pemuda itu langsung menggandeng tangan Floe untuk pergi dari danau. Kepalanya pusing mendengar ocehan Caesar yang tiap hari suka sekali mengoceh bagaikan ayam yang tidak diberi makan oleh tuannya. Bedanya sama Caesar,mungkin pemuda itu tidak pernah diberi uang oleh ayahnya karena selalu saja mengoceh tentang uang.

"Mau kemana woy?"teriak Davina. Ia langsung menarik tangan Bara, sedangkan yang ditarik hanya diam saja mengikuti.

"Shit! Di tinggal lagi!"umpat Raga mengejar mereka.

"Gue ikut!"teriak Caesar.

Karena paksaan dari kedua temannya,Leo dan Floe pasrah saat mereka semua menyeretnya ke restoran baru. Ia semua tak membiarkan kedua pasangan itu pergi. Dan di sinilah mereka,di tempat yang tak seharusnya Floe dan Leo datangi.

"Mbak!"panggil Davina.

"Iya?"jawab waiters tersebut.

"Kita pesan menu utama yang ada di sini ya!"ujar Davina memesankan.

"Oh oke. Di tunggu ya,"ujar waiters tersebut yang langsung pergi meninggalkan meja mereka.

"Btw nih Yo,Lo abis ngapain di danau sama Floe?"tanya Caesar membuat Leo memutar bola matanya jengah.

Change of natureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang