40. Cobaan manusia

609 45 5
                                    

Happy Reading
Typo bertebaran

***






Pagi ini Alva dan juga Floe berjalan bersama di koridor sekolah. Sebelumnya,Alva sedari pagi-pagi sekali sudah berada di rumahnya. Ia berencana untuk mengajak Floe ke sekolah bersama. Keduanya berjalan beriringan tanpa menghiraukan keberadaan orang-orang yang menatap mereka heran.

Kebetulan sekali,hari ini adalah hari di mana semua murid-murid SMA Merah Putih akan mengikuti ulangan akhir semester, dan hari ini juga mereka akan dipulangkan lebih awal selama seminggu.

Hingga di ujung koridor, langkah keduanya terhenti saat melihat siapa yang berdiri menghalangi langkah mereka.

"Alva!"panggil orang itu,Alva yang dipanggil hanya membuang muka ke arah lain,seakan ia enggan lagi melihat muka orang di hadapannya.

"Minggir!"pinta Floe dengan menampilkan raut muka datar.

"Va, dengarin aku. Soal...

"Lo budeg ya!"celetuk Floe memandang remeh Adifa.

Adifa menatap Floe balik,ia terlihat kesal saat melihat Floe yang menatapnya remeh.

"Aku nggak punya urusan sama kamu!"tukas Adifa menunjuk Floe.

"Oh ya? Kalau gitu minggir, gue sama Alva mau pergi. Jangan ngalangin jalan kaya polisi tidur. Tapi Lo kayanya pantes deh jadi polisi tidur,cocok diinjak-injak. Apalagi harga diri Lo kan emang pantas diinjak-injak!"sahut Floe pedas.

Adifa terdiam, lalu menatap ke arah Alva yang terlihat tidak perduli kepadanya.

"Va, aku sayang sama kamu!"ucap Adifa kepada Alva membuat Floe melotot.

"Aku, aku lakuin itu semua karena aku terpaksa Va. Tolong dengerin penjelasan aku!"lanjut Adifa mengeluarkan air mata.

"Lo mau ngelak apalagi? Buktinya udah jelas. Memang ya,anjing menggonggong saat dirinya terancam!"tukas Floe menatap tajam Adifa. Orang-orang mulai datang untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.

"Floe kamu nggak tahu apa-apa. Jangan pandang aku rendah Floe, memangnya kalau kamu pandang aku rendah derajat kamu bisa lebih tinggi di mata Tuhan!"sentak Adifa yang mulai kesal.

"Kamu nggak tahu rasanya ketika teman-teman yang lain membahas tentang universitas impian mereka, disaat itu aku merasa menjadi manusia paling lemah. Aku punya impian, aku punya tujuan, aku juga punya keinginan untuk seperti mereka. Tapi aku memikirkan kondisi ekonomi keluargaku,sebab itu aku melakukannya. Masa depanku akan hancur."teriak Adifa kepada Floe membuat semua orang-orang tidak habis pikir.

"Tapi jalan yang Lo ambil itu salah. Lo nggak bersyukur apa? Lo udah masuk ke sini karena jalur apa? Buka mata lo, Lo sekolah pasti akan ditanggung sampai universitas. Yang sebenarnya,yang buat Lo hancur itu diri lo sendiri. Lo udah dapetin itu tapi Lo malah menghancurkan masa depan Lo!"sahut Floe yang sedikit emosi.

"Sebaiknya Lo jangan ganggu kita deh. Sebelum, gue buat nekat sama Lo."timpal Floe sambil menarik Alva melewati Adifa yang masih terdiam.

Kini Floe sampai di sebuah ruangan kelas, berhubung saat tes diadakan,sekolah mereka mencampur adukkan antara kelas 10-12 agar tidak terjadi kecurangan. Dan kebetulan sekali,Alva dan Floe satu ruangan,hanya saja mereka terpisah dengan nomer absen.

"Lo duduk di belakang?"tanya Floe kepada Alva dan dibalas anggukan sang pemilik nama.

"Ih nyebelin,kok gue di depan sih."gerutu Floe kesal.

"Hahaha, kasihan. Dah sana duduk tuh, belajar. Biar nilai Lo itu bagus!"ucap Alva seraya mengacak-acak rambut Floe.

"Males tahu."jawab Floe.

"Pacaran aja Lo!"pekik seseorang membuat Alva dan Floe secara refleks menjauhkan diri masing-masing.

"Jangan ganggu kenapa sih."ujar Alva kesal.

"Heh, belajar woy belajar. Pacaran mulu,ingat nilai!"sahut Rafa. 

"Kaya nilai Lo bagus aja Raf!"timpal Aldi.

"Udah duduk,bentar lagi masuk!"ucap Fano menengahi.

"Yah males banget gue, nanti kasih contekan dong!"ujar Rafa malas.

"Belajar! Jangan andelin contekan. Beban teman banget sih Lo!"ujar Floe pedas.

"Omongan Lo nylekit banget sih. Dasar Mak lampir!"sahut Rafa, namun Floe hanya acuh tak menyahutnya.

***

Setelah pulang sekolah tadi,Floe dan Alva kini sedang berada di taman belakang rumah Floe. Mereka memutuskan untuk belajar bersama untuk pelajaran besok agar nilai mereka bisa memuaskan. 

"Va!"panggil Floe kepada Alva membuat Alva mendongak.

"Kenapa?"tanya Alva.

"Sebenarnya ada hal yang ingin gue tanyakan."ucap Floe hati-hati.

Alva memandang Floe, kemudian meletakkan pulpen yang ia pegang.

"Lo nggak mau ketemu Ayah Lo,dan Lo nggak mau apa tinggal serumah sama Leo?"tanya Floe.

"Gue udah terbiasa hidup sendiri Floe,jadi rasanya kalau gue tinggal sama Ayah seperti tinggal bersama orang asing."jawab Alva memandang Floe. 

"Setidaknya kalian perbaiki hubungan."tukas Floe.

"Leo dan ibunya nggak akan suka. Lagian gue juga belum siap ketemu sama Ayah, walaupun sebenarnya gue ingin."jawab Alva.

"Kenapa Lo nggak balas mereka,mereka udah jahat sama Lo!"ujar Floe membuat Alva malah tersenyum. Alva kemudian mendekat ke arah Floe yang duduk di bangku ayunan.

"Pernah dengar kisah ular sama gergaji nggak?"tanya Alva kepada Floe. Floe menggeleng,ia sama sekali belum pernah mendengar cerita itu.

"Pernah ada seekor ular yang masuk ke dalam toko bangunan. Ketika ular itu merayap ke pojok, ular itu menyenggol sebuah gergaji dan sedikit melukai ular tersebut. Pada saat itu, ular itu berbalik dan menggigitnya hingga mulutnya terluka. Kemudian, tanpa memahami apa yang terjadi padanya dan berpikir bahwa gergaji itu menyerangnya ular itu memutuskan untuk melilit gergaji itu. Semakin kuat ia melilit semakin ia terluka parah.

Kalau kita meluapkan amarah, berpikir untuk menyakiti orang yang menyakiti kita, tetapi sebenarnya kita menyakiti diri sendiri. Dari cerita tadi, gue belajar sabar untuk tidak membalas."ujar Alva membuat Floe memandang Alva tak percaya.

"Dan gue selalu melihat ke bawah, manusia pasti punya cobaan yang berat. Masalah gue belum tentu paling menyedihkan,ada orang lain yang lebih-lebih menderita. Bukan hanya orang,hewan pun punya cobaannya masing-masing. Misalnya ayam,masih jadi telur aja digoreng, setelah menetas dikurung,saatnya sudah besar dipotong."lanjut Alva membuat Floe terkagum-kagum.

"Berarti Lo percaya karma dong?"celetuk Floe.

"Maksudnya?"

"Ketika burung masih hidup,dia akan makan semut, ketika burung sudah mati,maka semut yang akan memakannya. Seperti juga dengan pohon pinus, satu pohon pinus bisa membuat banyak korek api, tapi sebatang korek api bisa membakar pohon pinus tersebut."jelas Floe.

"Mugkin seperti itu."jawab Alva.

Selama ini Alva memendam masalahnya sendiri, mencoba untuk tetap sabar kepada takdir yang dengan senang mempermainkan hidupnya.

"Gue akan bantu sebisa gue Alva, gue akan bantu agar Lo bisa mendapatkan hak Lo sebagai anak,"batin Floe.





Halo ada yang kangen nggak nih sama Change of Nature? Enggak ya😭. Huhu,jadi hari ini author menyempatkan update di sela kesibukan author karena banyaknya tugas-tugas dan author juga sedang sibuk dengan kegiatan sekolah. Oke, jadi Change of Nature akan terus berlanjut lagi atau berhenti nih????

Kalau ingin lanjut kasih command yang banyak ya. Follow, vote dan share jangan lupa. Terimakasih 😘

Change of natureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang