Lamaran

6 1 0
                                    

Pintu rumah nampak terbuka,ada sebuah mobil di halaman rumah.
"Bulik...siapa yang datang?"Bulik menggeleng karena selama ini belum pernah ada yang datang selain mereka yang bawa mobil dan parkir di halaman .
"Itu pasti Kak Sifa ...Pa!"
"Hum...kok tahu?"
"Pernah lihat ke sini di antar sama Omnya!"Satrio memarkir mobilnya di sebelahnya.

Bulik turun sambil membawa barang bawaan untuk persiapan tinggal di sini selama Tiara pulang kampung.
"Assalamualaikummm!"teriak Fita berlari ke arah dalam rumah.
"Wa alaikumsalammmm!"jawab beberapa suara di ruang tengah.
Sifa ,dua orang lelaki dan dua orang perempuan.Bulik dan Satrio saling memandang ,siapa mereka ?
"Tataaaa.....oh...Bibi!"Sifa mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Bulik dan Satrio.
"Ramai banget...mana Mbak Tiaranya ?"Bulik tidak melihatnya duduk di antara mereka.
"Sudah berangkat,tadi kami yang antar ke terminal !"jawab Sifa.
"Curang ...Tata gak di ajak ngantar!"Wajahnya langsung cemberut.
"Maaf...Mbak tadi tergesa,mungkin kangen sama Nenek di desa....besok pas jemput deh,Kak Sifa ajak ...yahhh!"Sifa duduk di depanya sambil memegang tangannya.
"Gak bohong kan!"
"Insyaa Allah...!"Tata tersenyum mendengarnya.
Membuat semua tersenyum melihat keakraban keduanya.

Gilang yang memulai pembicaraan karena belum mengenal mereka.
"Saya Kakak Tiara,ini Kaniyah istri tersayang ...itu Ayah dan Ibu kami."Gilang menyalami Bulik dan mencium punggung tangannya karena di lihat usianya lebih tua darinya,untuk Satrio ....Gilang menjabat tanganya .
"Satrio Papa Fita dan ini Bulik."
"Maaf Tiara tadi malam telepon pamit sama Niya dan kami ingin mengantarnya pulang tapi dia menolak jadi kami antar dia sampai terminal saja,"jelas Gilang.
Mereka begitu dekat dengannya ,apa hubungan mereka sebenarnya,apa Tiara benar punya Kakak lelaki ?
"Ini tadi Bulik beli makanan ,ayo di makan...Sifa tolong bantu bawa minumannya ya!"Bulik sudah terbiasa dengan Sifa karena setiap ngantar Bulik ketemu dengannya dan Sifa sudah terbiasa membantunya,untuk sekedar menyiapkan makan dan minum .
Gilang dan Kaniyah saling memandang,termasuk Pak Teguh ...Sifa mau melakukan itu ,di rumah Sifa terkenal suka memerintah untuk di buatkan atau di ambilkan....
"Mas...ini minumnya,Mbak Niya ....Ayah ....Mama,Om...silakan di minum!"mereka masih terkesiap melihatnya begitu cakap membawa minuman di nampan .
"Nii...dari kapan dia seperti itu?"bisik Gilang pada istrinya,Niya menggeleng .
"Buu...putri kita sudah besar ya,sudah pinter ....tapi di rumah kok ...!"Pak Teguh pun berbisik pada istrinya.
"Alhamdulillah Pak,mungkin terbiasa tinggal di sini ....pasti Tiara yang mengajarinya."ada rasa bangga di hatinya ,rasa haru pun terselip di sana.

Sifa sudah mulai ngobrol dengan Fita,Pak Arya dan istri terlihat asyik ngobrol dengan Bulik.
Kaniyah memilih tiduran di kamar Tiara karena perutnya rasa kencang terlalu banyak duduk ,Gilang mengajak Satrio duduk di teras .

"Dia bukan adik kandungku!"Gilang seperti tahu Satrio punya pertanyaan itu.
"Oh!"
"Tapi kami sudah anggap dia keluarga kami ,lama dia tinggal di rumah tapi dia ingin mandiri jadi kami melepasnya ,asal dia baik baik saja kami ikut bahagia ."
"Sering ke rumah?"
"Jarang ,kan Sifa tiap hari tinggal bersamanya jadi kami ikut ketemu denganya."
Satrio melihat ke arahnya.
"Dia gadis yang keras kepala!"
"Oh ya?"
"Tapi sangat baik,keras kepalanya gak mau nikah padahal usianya sudah cukup dewasa!"
"Emang berapa ?"
"25 bulan depan!"Satrio menganggukkan kepala.
Gilang bercerita kalau Tiara dulunya punya kekasih dan sampai sekarang dia masih berharap dia datang ,padahal sekalipun tidak pernah bertemu juga bertegur sapa ,keberadaannyapun tidak tahu.
"Kasihan kan...apa hebatnya dia sampai mengunci hati Tiara,kami sering menjodohkanya tapi itu membuatnya menjauh dari kami ,meski tidak terang terangan dia tahu itu pasti ulah kami yang mau menjodohkannya,"Gilang tersenyum sembari mengusap wajahnya.
"Aku tidak begitu mengenalnya ,yang aku tahu dia gadis yang sabar yang sudah membuat putriku jatuh hati,pertama putriku bilang Tante baik ....dalam hati siapa dia bisa membuatnya jatuh hati ...ternyata benar..."
"Penyayang!"
Satrio mengangguk.
"Boleh minta nomormu?"Gilang memintanya,dia melihat dari sorot matanya Satrio ada perasaan pada adiknya ,mungkin bisa jodoh agar Tiara segera ada yang menjaganya dan Gilang lebih tenang.
Di ulurkan hp Gilang  dan Satrio mengetik nomornya di sana,Papa Fita.
Gilang tersenyum ,semoga awal yang baik...

#Di rumah Tiara

Semua berkumpul,banyak makanan di ruang tengah ,kira kira ada apa ya?
Setelah bersalaman dengan semua ,Tiara bicara pada Ibunya.
"Banyak makanan ...ada acara apa Bu?"
"Duduklah !"Tiara mengikuti perintahnya.
"Nduk...maafkan kami,besok sore adikmu di lamar !"
"Alhamdulillah kalau gitu ....siapa Bu?"wajah Tiara berubah ceria.
Ibu yang cemas.
"Ponakan teman Bapak,dari Kecamatan sebelah yang dekat pasar ...kamu tahu kok tempatnya!"
"Hum...yang belokan itu mungkin ya ?"
Ibu mengangguk,di pegang tangan Tiara dengan lembut.
"Nduk...kamu juga ya!"Tiara terkejut.
"Kamu yang tua jadi kamu harus nikah dulu ,meskipun lamarannya belakang gak papa !"
"Gak bisa begitu Bu!Tiara gak siap ,Tiara masih ingin sendiri,Tiara belum ...!"Tiara kecewa tiba tiba Ibunya memaksanya.
"Kalau kamu gak mau ,kamu gak kasihan sama adikmu ...calonnya sudah menunggunya lama...kumohon buka hatimu ya!"
"Maaf Bu...Tiara tidak bisa!"dadanya terasa sesak,aku gak bisa terima Bu aku tidak bisa jatuh cinta pada orang lain,dia masih ada di sini.
Masuk kamarnya ,di kunci pintu kamarnya agar tidak ada yang mengganggunya,Tiara menangis sekeras kerasnya...aku tidak bisa Ya Allah,aku masih menyayanginya ....meski aku gak tahu apa dia punya rasa yang sama,tapi aku akan tetap menunggunya,H....tolong datanglah katakan pada mereka kalau kamupun sama menungguku,aku mau nikahnya sama kamu H...datanglah....kumohon.
Di ambil surat surat darinya ,di baca kembali di usap lembut tulisan tangannya....air matanya kembali menetes,diapun terisak mengingatnya.

"Tiara mana Buk?"Bapak terdengar mencarinya.
"Dia istirahat di kamarnya!"
"Ibuk sudah bilang sama dia?"
"Dia menolakya,pasti nunggu Hari...lelaki gak jelas keberadaannya ,kalau dia bener bener kan nyari ke sini ,dia tahu kan rumah kita,tapi dia tak memberi kabar sama sekali ,Tiara aja yang bodoh !"
"Stttt...Buk...sudah ,kedengeran Tiara,biar Bapak yang bilang nanti!"
"Bener kata Ibu kan,dia harus mau daripada Ayu gak nikah ....dia harus mau!"Ibuk terdengar emosi.
"Pasti ada cara lain,hati tidak dapat di paksakan...kamu bilang siapa yang mau nglamar?"
"Belum...dia juga dewasa ,soleh pinter ngaji,soal kerjaan juga cukup mapan kurang apa coba,belum di kasih tahu main tidak aja ...!"Ibuk masih marah .
"Nah itu dia ,dia belum tahu siapa yang mau nglamar ,siapa tahu setelah mau nantinya,sudah Ibuk jangan main marah aja,bagaimanapun dia putri kita ...yang sabar ya!"Bapak terdengar menenangkan Ibuk.

Thok...thok...thok...pintu kamar Tiara di ketuk.
"Bentar!"jawab Tiara dengan suara serak.
"Boleh Bapak masuk Nduk?"
Tiara sudah merasa lega bisa menangis,dia sudah siap mendengarkan Bapaknya.
"Gimana kabarmu Nduk,sehat sehat saja kan?"Tiara mencium punggung tanganya dan mengangguk ,kembali mengambil tempat duduk di depan meja riasnya,Bapak duduk di tepi tempat tidurnya.
"Sebelumnya maafkan kami karena mendadak seperti ini !"
"Gak papa Pak,itu jodohnya adik kan...semoga di beri lancar,tapi Tiara beneran ikhlas di lompati ...Tiara rela kok Pak ,adik nikah dulu ...gak papa ,tapi tolong jangan maksa Tiara juga...tolong bilang Ibuk!"Tiara berusaha tegar .
"Kamu gak mau tahu siapa yang ingin nglamar kamu?"Tiara menggelengkan kepalanya.
"Gak baik seperti itu ,tanpa tahu sudah nolak...kasih kesempatan,dia sudah menunggumu sejak kamu SMP loh,sampai sekarang.....baru  dia beranikan diri bilang Bapak,dia pinter ngaji,ukuran ganteng cukuplah ,kulitnya juga bersih ,pekerjaannya lumayan mapan ,anak terakhir yang jelas dia sangat dekat denganmu dan dia juga mencintaimu."
"Tapi Tiara gak bisa Pak...Tiara...!"
"Nunggu Hari....?"Tiara mengangguk dengan ragu.
"Kamu ragu kan?"
"Tapi Tiara gak bisa Pak!"Tiara mulai ingin menangis tapi di tahannya.
"Dia Nono....yang biasa ngajak kamu ke mana mana ,bukankah dia baik ?"
Apaa....Om Nono,dia mau melamarku ,tapi aku hanya menganggapnya Om karena dia temen adik Bapak,sedari SD memang dia sangat dekat denganku suka ngajak main di kali ,ngajak ke pasar beli mainan dan makanan,suka kasih uang jajan ,kalau pas hujan sering juga jemput aku ,aku pegang payungnya sambil di gendong belakang ...tapi...aku hanya anggap dia Om bukan yang lain....ahhh....
Tiara diam,Bapak memberi lebih banyak nasehat ...agar Tiara bisa berpikir jernih,cinta bisa datang seiring waktu ,menunggu seseorang yang belum tentu bisa di harap hanya akan membuatnya sakit hati,istikhorohlah agar di beri jalan terbaik.

"Besok Ayu lamaran,Bapak berharap kamu segera nyusul agar kami tenang karena kamu anak tertua ,renungkan lagi dengan hati tenang!"Bapak keluar dari kamar dan menepuk bahu Tiara.
Tiara masih gak percaya,Om Nono melamarku...SMA aku sudah jarang ketemu ,kalau liburan sekolah saja ketemu ...memang Om selalu bersikap seakan aku ini masih anak kecil ,tetep mengajakku keluar membelikan apa yang aku ingin,kalau balik ke kostan di beri uang untuk jajan.
"Yang pinter sekolaha e,di jaga sholat e ya...Om harap kamu segera lulus !"
"Pengin kuliah !"
"Kok lama ....Om nunggunya!"waktu itu pernah Tiara mendengarnya.
"Tapi sepertinya gak sih,gak ada biaya!"jawab Tiara waktu itu.
"Sambil jalan aja...apa nikah dulu ,nanti kuliah lagi?"katanya sambil tertawa.
"Ya gak lah....masih kecil mikir nikah ,gak ah....."jawab Tiara sambil tertawa.Om Nono mengacak rambutku seperti biasa ,Tiara pun tidak punya perasaan apapun selain nyaman berada di samping Om yang selama ini memang dekat denganya.

Di Ujung PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang